Cerpen Misteri - Teori Hantu Jangkrik

Waktu menunjukan jam 01.23 dini hari, aku dan seorang temanku menyusuri pematang sawah dengan hanya ditemani cahaya senter yang dipegang temanku dan sedikit cahaya dari bintang-bintang, kami berdua hendak mencari jangkrik, bukan sembarang jangkrik yang kami cari, jangkrik yang kami cari berjenis jangkrik gading atau jangkrik kalung karena jangkrik tersebut seolah-olah memakai kalung emas dilehernya, jangkrik tersebut sangat unik dan perilakunya tidak seperti jenis jangkrik yang lainnya, dia hanya bersuara pada jam tertentu saja yaitu dari pukul 01.00 dini hari sampai dengan pukul 05.00 pagi dan satu-satunya tempat dimana mencari jangkrik tersebut ialah padang rumput yang terletak di persawahan paling ujung dan dekat dengan rawa-rawa, jaraknya lumayan jauh dari desa, kurang lebih sekitar 6 km, karena itu jangkrik gading atau jangkrik kalung sangat berharga bagi kami dan nilainya sebanding dengan kepayahan yang harus kami lalui untuk mendapatkannya.

“ yang kau bawa apa saja , wan ? “ Tanya temanku menghentikan langkahnya
Aku pun mendekatinya dan menunjukan linggis yang kupegang ditangan kananku dan mengeluarkan tiga bungkus bekas rokok dari saku belakang celana serta sekotak korek api dan senter kecil dari saku jaket dan memperlihatkan sebuah golok yang kusimpan dibalik jaketku.

“ untuk apa kau bawa golok ? “ lanjutnya, sambil tertawa mengejek
“ akan kugunakan untuk memotong mu !! ” jawabku, menatap mukanya
“ya, ya.” jawabnya singkat dan aku tersenyum membalas perkataannya

Kami berdua melanjutkan langkah kami menuju tempat jangkrik tersebut berada, kami melewati sebuah selokan yang hampir kering dan hanya tersisa sedikit genangan air yang tersebar di sekitarnya, diujung selokan tersebut, terdapat pohon jabon yang terkenal akan cerita angkernya, temanku yang berjalan didepan tidak berani sedikitpun menoleh kearah pohon jabon tersebut. Pandangannya lurus kedepan dan sedikit mempercepat langkahnya, entah siapa yang memulai cerita angker tersebut, sehingga menjadi legenda yang tidak terbukti kebenarannya, tapi menurutku semua hal didunia ini pasti ada penjelasannya, semua cerita dongeng pasti ada permulaannya, entah itu bermula dari sebuah kebohongan besar atau bermula dari sebuah kejadian sederhana yang bisa diterima akal.
Udara semakin dingin, aku selipkan tangan kiriku di saku jaket sedangkan tangan yang kanan memegang batang linggis yang beratnya hampir 2 kg dan kujadikan sebagai tumpuanku, didepan temanku sesekali menyorot dengan senternya kearah persawahan yang sudah tidak ada padinya karena sudah dipanen seminggu yang lalu.
“ masih jauh ? “ tanyaku
“ sebentar lagi “, ujarnya “ itu, sehabis bukit yang disana lurus saja” lanjutnya sambil mengarahkan senternya ke bukit setinggi lima meter.
Kami berdua sampai dibukit yang ditunjukan temanku tadi, tidak perlu usaha keras untuk menaiki bukit tersebut, jalannya cukup landai dan banyak ditumbuhi rerumputan yang bisa dijadikan pijakan kami.

Setelah melewati dua kotak persawahan terakhir kami sampai ditempat tujuan kami, tempat tersebut berupa padang rumput yang lumayan luas dan tidak dimiliki oleh siapapun, tanahnya penuh dengan retakan karena sengatan matahari atau dalam bahasa kami disebut TELA, diantara retakan tersebut jangkrik yang kami cari biasanya bersembunyi, dan kalau terus saja lurus kedepan kira-kira seratus meteran, disana terdapat rawa-rawa yang biasa ditinggali oleh berbagai macam jenis burung liar.
Cerpen Misteri - Teori Hantu Jangkrik
Aku keluarkan senter kecil dari saku jaket kemudian memasang telingaku baik-baik untuk mendengarkan suara jangkrik yang aku cari, suara jangkrik gading atau jangkrik kalung sangat khas sekali, iramanya pelan dan antara bunyi pertama dan seterusnya ada jeda beberapa detik dan terkadang bunyinya sangat tipis dan hampir tak terdengar, aku jongkok sebentar untuk meresapi suara disekitarku dan berusaha memilah dan memilih dari sekian banyak suara yang kudengar kemudian menemukan yang cocok dan mencari tahu asal suara tersebut.
Temanku yang berada sekitar lima belas meter, sepertinya menemukan satu, aku tahu dari gerakan tubuhnya yang mengendap-endap dan memposisikan telinganya lebih dekat ke tanah
“ kesini sebentar, pinjam linggis mu !! ” teriaknya
Aku pun membawa linggis kepunyaanku dan cepat-cepat menghampirinya
“ tami, jika aku membunuhmu apakah kamu akan menghantuiku ? “ tanyaku, sementara itu aku memposisikan diriku dekat-dekat dengannya dan memegang erat batang linggis dengan kedua tanganku yang dari tadi terus berkeringat.
“ kau bicara apa? “ ujarnya, “ sini pinjam linggismu”
Tanpa ragu aku hantamkan batang linggis tersebut kekepalanya, ia roboh dan menggeliat seperti cacing kepanasan disertai rintihan kesakitan, aku merasa hidup melakukan hal tersebut, aku senang bukan main, aku belum pernah merasakan sensasi seindah ini, dengan napas yang tersengal-sengal dan jantungku yang berdegup sangat kencang aku terus menghantamkan batang linggis berkali-kali sehingga kepala temanku remuk tidak berbentuk, sesaat kemudian ia terkulai tak berdaya dan suara rintihannya berhenti seketika. Suasananya pun menjadi syahdu aku dongakkan kepalaku keatas dan melihat bintang-bintang, hari ini, jam ini, detik ini”, pikirku “satu nyawa manusia telah hilang dari dunia ini” ditengah kesyahduan saat itu. Aku mencium aroma yang sangat aku kenal, itu adalah bau dari kotoran manusia, aku pun mencari sumber bau tersebut, aku menemukan asal bau tersebut, bau itu berasal dari mayat temanku, seketika tawaku pecah, aku kegirangan, dengan refleks kakiku menendang-nendang tubuh kakunya.

Aku keluarkan golok yang kusimpan di balik jaket, tepat dibawah dagu aku membacok beberapa kali, perlu tenaga lebih untuk melakukannya karena golokku sudah tidak terlalu tajam lagi, aku pun memuntir bagian kepala agar benar-benar terpisah dari lehernya, kulepaskan semua pakaian yang melekat ditubuhnya, aku mundur beberapa meter kearah persawahan, aku taruh semua pakaiannya ke tumpukan sekam padi, aku keluarkan korek api kayu dari saku jaket, lalu aku bakar semuanya. Aku melanjutkan kegilaanku, ah itu kata yang kurang sesuai aku lebih senang menyebutnya dengan kelogisan. Aku potong kedua lengan dan kakinya dengan golokku kemudian aku seret semua potongan tubuh tersebut ke rawa-rawa. Sebelumnya, aku ikatkan dulu beberapa bongkah batu pada bagian-bagian tubuh tersebut sebagai pemberat kemudian aku lempar potongan tubuh tersebut kearah yang berlainan disekitar rawa.

“kalau kamu mau membalas, balaslah dengan perbuatan yang lebih kejam dari perbuatanku”, teriakku kearah rawa-rawa “kamu punya alasan yang masuk akal untuk melakukannya, terorlah aku seumur hidupku dan jika kamu berkenan akan kutengok kamu tiap malam dan akan kuceritakan keadaan dunia tanpa adanya dirimu dan baik-baiklah kamu disana hehehe hehehe”.

Temanku tami adalah orang yang sangat baik, aku tidak punya alasan yang cukup masuk akal sehingga melakukan perbuatan yang begitu kejam pada dirinya, dia tidak pernah mengusik hidup ku, bukan juga persoalan materi, persoalanku tidak serumit itu dan hal-hal demikian bukanlah intinya, aku tidak punya alasan melakukan perbuatan keji tersebut dan itulah masalahnya dan dilain sisi menjadi kekuatan terbesarku yang mendorong aku untuk melakukannya, memang terlihat janggal, dan akan kupilihkan satu kata yang tepat untuk menutupi kejanggalan tersebut, kata itu adalah iseng. Aku hanya ingin membuktikan teori sederhanaku. Aku percaya orang yang sudah mati tidak akan pernah menjadi hantu dan melukai orang lain walaupun dia punya alasan kuat untuk melakukannya.

Tanpa diduga ibu dari tami datang kerumahku, aku bersikap biasa saja, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, sikap ku seperti biasanya, sangat normal dan santai, sehingga dia tidak menaruh curiga sedikitpun kepadaku, alibiku kuat dan seperti yang sudah kusinggung sebelumnya, aku tidak punya alasan untuk melakukan perbuatan yang tidak-tidak kepada tami dan itulah yang aku maksud kekuatan terbesarku. Kupersilahkan dia masuk kedalam rumah, kubawa dia ke ruang tamu dan dengan ramah kusilahkan dia untuk duduk disofaku yang nyaman.

“ kamu tahu dimana, haetami wan? “ tanya wanita berumur 50 tahunan itu, “ sudah empat hari dia tidak pulang kerumah “
“ memang dia tidak memberi kabar ke ibu?“ dia hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaanku “terakhir aku lihat dia, sekitar empat hari yang lalu, saat itu dia sedang mencari jangkrik di sawah yang paling ujung dekat rawa setelah itu aku tidak pernah melihat dia lagi “ lanjutku
“ makasih yah wan.” Ia mengakhiri pembicaraanya, aku pun mengantarnya sampai gerbang rumahku, ia puas dengan jawabanku karena aku begitu meyakinkan.

Seminggu kemudian orang tua tami memanggil seorang paranormal yang cukup terkenal di lingkungan desa kami dan coba tebak apa kata paranormal tersebut, dia bilang tami diculik oleh raja dari para jangkrik dan perlu ritual khusus untuk membawanya kembali ke alam manusia, dalam hati aku tertawa puas, begitulah manusia ketika dihadapkan pada posisi yang sulit dia akan berpikir diluar batas wajar dan berusaha mempercayainya dengan mengumpulkan bukti yang tidak berdasar untuk mendukung pemikirannya.

Sesekali aku mengunjungi tempat dimana aku membuang potongan tubuh temanku tami, aku berharap dia muncul dihadapanku dan menerorku dengan lebih kejam dari yang pernah kulakukan padanya, dan mematahkan teori sederhanaku, aku sudah memberinya alasan yang sangat kuat untuk mengutukku, akan tetapi dia tidak pernah datang dan kehadirannya pun tidak pernah kurasakan dan saat itu juga dengan rasa bangga dan puas aku benarkan teori sederhanaku bahwa orang yang sudah mati tidak akan pernah menjadi hantu dan melukai orang lain walaupun dia punya alasan kuat untuk melakukannya, manusia berpotensi lebih besar dilukai bahkan dihancurkan oleh manusia lainnya daripada mahkluk tak kasat mata, manusia bisa membinasakan manusia lainnya walaupun hanya dengan alasan yang sangat sederhana yaitu iseng.

SELESAI

Profil Penulis:
Nama: A Arifin
Email: arie.arifin13@yahoo.com
FB: https://facebook.com/penjelajah.semesta
Share & Like