Surat Terakhir Sahabatku - Cerpen Sedih

Fiha, sahabatku. Ia adalah sahabat sejak kecil bagiku. Tak pernah terpisahkan oleh apapun. Bagai kepompong dan kupu – kupu. Itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan persahabatanku dengan Fiha. Hari demi hari kulewati dengan persahabatan yang erat dan lekat. Aku dan Fiha pun makin besar dan dewasa.

Usia yang semakin menua menyebabkan Fiha sakit – sakitan. Beberapa bulan terakhir ini, Fiha mulai sakit – sakitan. Sering kujenguk dia, entah ke rumahnya maupun rumah sakit. Tapi, kali ini adalah saat dimana aku tidak bisa menjenguk sahabatku. Urusan perusahaan dan bisnis membuatku tidak bisa menjenguk Fiha. Kukira hanya beberapa hari urusanku itu, tetapi sampai berbulan – bulan. Tour dari negeri satu ke negeri lain pun ku ikuti hanya karena urusan bisnis. Sudah lama aku tidak berhubungan dengan Fiha. Syukurlah, urusan bisnisku sudah selesai. Aku pun kembali ke kampung halamanku.
Surat Terakhir Sahabatku - Cerpen Sedih
Aku teringat Fiha. Saat pertama aku pergi, yang ku ketahui Fiha ada di rumah sakit. Rumah sakit tersebut pun ku datangi. Ternyata Fiha pun telah dibawa pulang. Aku pun langsung menuju rumah Fiha. Tapi apa yang ku terima, Fiha telah meninggal. Adiknya, memberikan surat kepadaku saat aku berkunjung tersebut. Katanya itu surat dari Fiha sebelum meninggal. Ku baca surat tersebut yang isinya:

’’Wahai sahabatku, aku mohon maaf kalau pertemanan kita hanya disini saja. Aku teringat jasa – jasa mu yang telah kau berikan padaku. Aku pun ingin mengucapkan terimakasih. Wahai sahabatku, aku menghargai perilaku mu tersebut. Mudah – mudahan kamu sukses dalam berbisnis. Saat kau pergi, tidak apa – apa, kau tidak menjengukku. Perjalanan yang jauh dan melelahkan tak memungkinkan. Aku harap kau menikmati perjalananmu tersebut. Wahai sahabatku, aku sebenarnya ingin terus di dunia dan terus melanjutkan persahabatan kita. Tapi apa daya, takdir berkata lain. Ajal pun menjemputku. Tidak usah sedih dan menyesal. Aku tidak ingin minta yang macam – macam yang dapat mnyusahkan kamu. Aku hanya ingin doa mu dan kamu tetap ingat padaku. Ku maafkan semua kesalahanmu padaku yang sebenarnya tidak ada kesalahan pada dirimu. Wahai sahabatku, tak usah sedih, kau pun akan bertemu dan bersahabat dengan ku lagi di surga. Tak perlu sedih karena kehilanganku. Masih banyak sahabat yang lebih baik dariku untuk mu. Harapan selalu ada wahai sahabatku’’.

Aku pun menitihkan air mata membaca dan melihat surat ini. Dia menganggapku tidak pernah berbuat salah, padahal aku sering berbuat salah. Dia mengatakan masih banyak sahabat yang lebih baik darinya, padaal kuanggap dirinya-lah yang paling baik bagiku. Kalimat untukmu sahabat ’’Selamat jalan sahabatku, semoga kita dapat berjumpa lagi disana’’ .

Profil Penulis
Nama: Wildan Hasibuan Amriansyah
Blog: whamriansyah.blogspot.co.id
Share & Like