Ku Korbankan Cintaku Untukmu - Cerpen Cinta

KU KORBANKAN CINTAKU UNTUKMU
Karya Kholifah

Diantara Simron, Amron & Ayda Sebuah Kisah nyata yang memilukan, Amron adalah Seorang guru swasta di kotanya, dia tinggi, berkulit sawo matang, dia manis bila tersenyum, Amron lebih awal kenal Ayda ketimbang Simron, Simron adalah laki-laki yang murah senyum, dia tinggi berkulit putih, dia bekerja disalah satu perusahaan swasta di kotanya, Simron adalah type cowok yang mudah bergaul, Humoris sedangkan Amron type cowok Pendiam, Senyum pun jarang, hanya Ketika Ayda Menggodanya ia baru tersenyum.

Sedangkan Ayda berkulit putih, bibirnya tipis, senyumnya pun manis, dia type cewek pendiam, tanpa terasa kebersamaan simron dan amron ditengah-tengah Ayda, Benih Cinta pun Tumbuh, dulunya Ayda Lebih Dekat dengan Amron, Amron Selalu menemani dimanapun Ayda berada baik dalam Canda & tangis, walaupun dengan kediamannya, dia lebih senang menemani Ayda ketimbang berkumpul dengan teman-temannya, Amron Sering berkunjung ditempat Ayda mengajar kadang dia sering menjemputnya, ketika pulang Sekolah.
 
Ku Korbankan Cintaku Untukmu

Suatu hari Ketika Simron Mengantar keponakannya keSekolah, Saat Pertama kali Simron Mengenal Ayda, Gadis yang Cantik & anggun Ingin sekali aku menegenalnya, Siapakah nama Bidadari itu, Gumam di hati Simron, dari Kejauhan ada anak kecil Yang lucu memakai ikat rambut Berwarna pink, “ Bu Ayda Tungguin Anita” simron pun Tersenyum melihat Pemandangan itu, “ternyata namanya Ayda” sambil tersenyum dan Berlalu.

Simron semakin semangat untuk mengantar keponakannya kesekolah, ia ingin lebih tau tentang ayda guru Cantik itu, hari berjalan terus menerus tanpa henti, oktober menjadi November, minggu menjadi minggu lagi, beberapa minggu ini guru cantik itu tak kelihatan diSekolah, setelah Simron Tanya kepada keponakannya ternyata ayda sakit, memang ayda wanita yang ringkih dia sering sakit, daya tahan tubuhnya juga lemah, simron mengajak keponakannya yang masih kecil untuk menengok Ayda kerumahnya. Pertemuan pertama & perkenalan Pertama, tak pernah terlupakan oleh Ayda & simron, dari situlah semua Berawal.

Simron & Ayda mulai dekat, walau sesibuk apapun Simron selalu menyapa Ayda lewat via zmz, walau Simron tak selalu bisa bersama, simron adalah cowok yang romantis, dia selalu mengirimkan makan siang ditempat ayda mengajar, Simron sering minta tolong bang udin, clening service di kantornya untuk mengantarkan makanan, kadang seminggu sekali, tau sebulan sekali simron mengajak ayda makan siang diluar.

Tak perlu diungkapkan benih-benih cinta tumbuh di hati ayda, ayda sempat binggung kenapa rasa ini berbeda, terasa nyaman & damai ketika aku dekat dengan simron ketimbang Amron, terasa biasa-biasa saja, ketika aku bersama Amron, simron seperti memilki warna tersendiri bagiku, tingkahnya sering membuat ku terpesona & kagum, walau dalam kenyataan aku tak pernah memujinya, dia tetaplah dia yang selalu sayang & perhatian kepada ku, walau kadang aku sering menyakitinya.

Amron tetap setia menemani & menjemput ayda ketika Ayda pulang mengajar, Ayda hanya menganggap Amron sebagai Sahabat terbaiknya, seperti tak ada rasa lebih, ayda tau apa yang dirasakan dihati Simron, ada getaran cinta padanya, tetapi amron belum berani mengungkapkannya pada Ayda, kerkadang ketika amron mengajak ayda makan, hanya diam & kadang sekedar Tanya tentang murid-muridnya.

Ketika Januari datang, tepatnya tanggal 1 januari hari jadi Ayda dilahirkan didunia, Amron memberikan sebuah kado istimewa untuk ayda sebuah baju berwarna merah jambu, warna yang menarik, Amron memberikannya langsung saat pulang sekolah, ayda senang dengan kado itu, tapi sedikit terbesit kegelisahan, “apakah simron lupa dengan hari jadi ku ini, padahal baru tiga hari kemarin dia menanyakannya kepada ku, ku kira dia sibuk tau lupa karena pekerjaan yang menumpuk”, ayda pun tetap menunggu hingga sore, tapi tak ada zmz tau paketan yang dikirim.

Tepat pukul 17:30 terdengar ketukan pintu, ayda membukanya “mb ada titipan, tolong tanda tangan disini, Terima kasih “ ia lalu berlalu, ayda buru-buru membuka bungkusan itu, Sebuah kotak kecil bersampul berwarna hijau, Terlihat menarik, Ayda membuka kotak itu, ternyata berisi Sebuah jam Tangan berwana putih perak, ada mute-mute yang melingkar dibulatan, mute-mute itu terlihat mengkilat bila tesentuh cahaya, ada juga Surat didalam kotak itu

Dear Bu guru yang Cantik
Sanah hilwa ya Ukhti fillah!!! mubarokan fi umrik,,
Sebenarnya aku tak tau artinya, aku hanya tau maksutnya saja, itu kejujuran hatiku
Intinya semoga umur bu guru tambah berkah, ma’af ngucapinnya telat, bukannya aku lupa tau pura-pura lupa, tidak kog bu guru Cantik,
Tadi aku diajak meeting atasan ku, hingga sore, tau kah kau apa yang ku rasakan
Rasanya seperti secangkir kopi, antara pahit & manis, setelah meeting Selesai aku langsung terbang bak burung, menuju sebuah tempat, untuk memberikan barang yang tak begitu bagus, tapi InsyaAllah bermanfa’at bagi mu bu guru, dari waktu, kau bisa mengatur laku mu, menjadi Afektif & efesien.
Ayda senang dengan jam tangan itu, jam tangan itu hampir mirip dengan jam tangannya yang dulu retak, senyumnya mengembang dan melipat surat itu.
****

Waktu berlalu bagai poros bumi yang mengitari matahari. Tragedi itu dimulai, saat Simron menjemput keponakannya, simron bertemu dengan Amron, ternyata oh ternyata Amron adalah teman kecil Simron ketika SD, sebuah pertemuan yang tak disenaja namun luar biasa, mereka berdua berbagi pengalaman, bercerita, & saling bertanya, “kerja dimana? sudah memiliki pendamping belum? “ Amron tersenyum tipis, baru mencarinya sim” kau disini mau menjemput siapa Tanya simron kepada Amron,,?, Pujaan hati lah Sim hehehehe Amron sambil tersenyum, ya kau??” aku menjemput keponakan aku, kapan-kapan mampir kerumah ku, tawaran dari simron.

Keponakan Simron akhirnya keluar, tapi safina tak ingin langsung pulang dia ingin beli es krim terlebih dulu disamping sekolahannya, tak disenaja Simron melihat Amron memboncengkan Ayda, seperti mimpi apa yang dia lihat tadi, Benarkah seperti kenyataannya, teman Kecil ku mencintai gadis yang sama dengan ku, lebih baik ku tanyakan langsung dengan Amron.

Dua hari setelah kejadian itu simron berkunjung kerumah Amron, untuk mencari kejelasan itu, walau tak secara langsung ia bertanya,
“am Kemaren benarkah yang kau bonceng adalah wanita yang kau puja, cantik z” goda Simron
Amron Tersenyum, ia Sim dia emang cantik, baik hati, & lembut, pasti setiap pria yang melihatnya ingin memilikinya, tapi sayang aku belum berani melamarnya, menyatakan perasaan ku saja, aku tak berani, aku sangat mencintainya sim, tapi aku tak tau bagaimana perasaan ayda ke aku,

Hati Simron seperti tersanyat belati, haruskah aku terus maju tau mundur secara teratur, dia sahabat ku, dia teman ku, dia pernah menolong ku, aku pernah berhutang nyawa kepadanya, dia laki-laki yang baik, tak mungkin dia akan menyakiti ayda,
“ kau utarakan saja niat mu kepadanya, ntar keburu diambil orang lho” mereka berdua tertawa, kau dari dulu tak pernah berubah Sim, kau suka bercanda, setelah bercerita panjang lebar, tentang rasa Amron ke ayda, & niat Amron untuk melamar Ayda, kini giliran kau yang bercerita sim siapa Gadis yang kau puja, Simron tertawa, Simron menutupi lukanya dengan tertawa “ Belum ada kawan, bisakah kau mencarikannya??”
“ku kira kau lebih pintar dari pada ku tuk menggait cewek”, tak terasa hampir sore Simron minta undur tuk pamit, sesampai dirumah simron menuju kekamar menghamparkan tubuhnya diatas kasur “ Aku harus menjauhi Ayda, aku harus menjauhi Ayda, Aku harus menjauhi Ayda bagaimana pun caranya, Aku tak ingin merebutnya dari Amron, Sahabat Kecil ku, orang yang telah menyelamatkan ku, ketika aku hampir tenggelam diSungai ketika aku kelas 6 SD, mungkin tanpa pelantara Amron, sosok simron tak kan hidup hingga seperti ini.

Setelah pertemuan itu, Simron belajar menjauhi Ayda, dia mundur secara teratur, jarang sekali ia menemui ayda, bahkan tak pernah, simron juga tak pernah mengantarkan keponakannya ke sekolah, simron belajar menyibukkan diri dengan pekerjaannya yang semakin menumpuk, tapi semua itu hanya bertahan dua bulan saja, rasa itu semakin mencabik-cabik dirinya, semakin simron ingin melupakan semakin Nampak kenangan itu, apalagi saat ayda menanyakan kabarnya lewat zmz, rasanya ingin menjerit, dan menyudahi hidup ini, kenapa aku harus mencintai wanita yang dicintai sahabat ku sendiri, simron menangis dalam kediamannya.

Kondisi simron semakin menurun, akhirnya simron jatuh sakit, hampir tiga minggu simron sakit, namun ayda tak tau menahu tentang keadaan simron, ayda malah berbalik arah, ayda mulai membenci simron karena kediamannya, berulang kali ayda zmz hanya sekali simron membalasnya, “cerita indah itu, perhatian itu, senyuman itu, kini hilang menjauhi ku, kau pergi kemana sim, aku merindukan mu yang dulu”, ayda menangis dengan kesendiriannya.
****

Suatu pagi amron mendatangi rumah ayda, berniat untuk mengajak ayda menjenguk temannya yang sudah tiga minggu dirumah sakit, ayda menerima ajakan amron, mereka menuju rumah sakit swasta dipinggir kota, diperjalanan ayda bertanya siapa yang sakit am,,??” sahabat ku ayda, dia sahabat kecil ku, dia baik orangnya, dia juga humoris tidak seperti aku, ayda tersenyum “ orang itu memiliki karakter yang berbeda-beda, kamu juga orangnya baek,” mereka berhenti disebuah ruangan, didepan pintu tertera R.Anggerek 09, Amron membuka pintu dan ayda mengikutinya dibelakang, sebuah pemandangan yang mengejutkan, ayda ingin menjerit tapi mulutnya kelu, tak bersuara, ayda memandangi orang yang terbaring diatas kasur itu, sosok yang selama ini menghilang tanpa kabar, sampai-sampai ku beperasangka buruk kepadanya, ku kira kau telah pergi tau melupakan ku”, rasanya ayda ingin memeluk orang yang berbaring didepannya, ayda tahu itu tak mungkin, itu sudah melanggar batasan, ayda dan Amron dipersilahkan duduk oleh ibu paruh baya, yang dari tadi berdiri mematung.

Ayda hanya diam memandang sosok yang memberi warna dihidupnya, Amron memulai pembicaraan memecah keheningan itu dengan menanyakan keadaan Simron kepada ibunya, “ Simron sakit apa bu,,,?

Dokter juga kurang tau pasti, nak,,,kata dokter complikasi, sudah hampir tiga minggu ini simron dirawat dirumah sakit, tapi belum ada tanda-tanda membaik,” ayda hanya bisa diam & diam, tetapi hatinya menangis dan menjerit, sudah hampir dua jam amron dan ayda disitu tetapi, simron belum terbangun dari obat bius yang disuntikkan dokter tadi pagi. Dengan berat hati ayda mengikuti ajakan amron untuk pulang, dijalan ayda bertanya panjang lebar, bagaimana amron & simron bisa kenal bahkan menjadi seorang sahabat, amron menjelaskan dengan panjang lebar, hingga ayda menemui titik temu, kenapa simron menjauhi ayda, setelah pertemuan simron dengan amron, ayda merasa semakin bersalah dengan semua ini.

Aku terlalu egois, aku langsung mendakwa simron dengan zmz yang kasar, mungkin telah menyakiti hatinya, sampai-sampai aku tak tau kalau simron sakit hampir tiga minggu, aku harus bertanggung jawab dengan semua ini.
****

Setiap hari, setelah ayda pulang ngajar, ayda menyempatkan diri untuk menjenguk simron, ia lebih suka naik angkot ketimbang dijemput oleh amron, itu berlangsung selama satu minggu, ayda merawat simron dengan telaten, pengorbanan ayda tak sia-sia, simron berangsur-angsur membaik, dokter mengizinkan dua hari kedepan simron diperbolehkan pulang, sebuah kabar yang sangat menggembirakan, bagi ayda dan keluarga, amron menangkap sesuatu yang berbeda dari simron dan ayda, amron mulai curiga, dengan sikap ayda yang begitu perhatian pada simron.

Suatu hari amron berkunjung kerumah simron untuk melihat kondisi simron saat ini, bukan hanya itu saja, amron ingin tau lebih jelas tentang hubungan Ayda kepada simron, saat itu awan terlihat sedikit mendung, namun amron memaksakan diri untuk tetap berkunjung, Alhamdulillah hujan turun ketika amron sudah sampai dirumah simron, Allah sudah mengatur semua, batin amron.

Amron mengetuk pintu yang ada didepannya, selang beberapa detik pintu terbuka, terlihat dibalik pintu, gadis berkerudung hijau, amron tersenyum, “Simron ada mbak”, Iza ada ini mas amron teman mas Simron waktu SD, silahkan masuk mas, amron tersenyum “iza mbak”, amron dipersilahkan duduk, amron melihat lihat isi rumah Simron, tak ada yang berubah, tetap klasik dan indah, hanya sedikit berbeda terpasang sebuah foto besar, antara simron, ibunya, dan gadis tadi, mungkin itu adek simron batin amron, cantik juga tak jauh beda dengan kakaknya yang ganteng.

Simron membunyarkan lamunannya, “Hai,,,amron Asslamulaikum gimana kabarnya?” dengan menata posisi duduk, “Alhmdllh baex, gimana dengan kabar kau Sim, sudah sembuhkah??”
“Iza Alhmdllh aku sudah sangat baik,” mereka bicara ngalor-ngidul hingga tibalah pada titik pembahasaan, “Sim, bolehkah ku bertanya?? “
“Boleh saja lah Am,,kau mau bertanya apa??”, Amron sedikit ragu-ragu ingin mempertanyakan itu, dengan menarik nafas, akhirnya amron mulai berbicara, “Sim ada hubungan apakah kau dengan ayda”

Simron seperti terkena aliran listrik 700 watt, simron binggung mau menjawab apa, “kenapa kau diam sim, jawab!!! Kalian punya hubungan seirus kan,???” simron tetap saja diam
“kau pecundang sim, kau pengecut, kau menusuk ku dari belakang, ku kira kau sahabat terbaik ku, ternyata kau telah merebut orang yang ku sayangi, apakah tak ada wanita lain, kenapa kau harus mencintai ayda” simron hanya menangis saat itu, dia telah membuat amron kecewa kepadanya,

Simron akhirnya memberanikan diri, dan berniat meluruskan masalah itu, ia tak ingin emosi amron semakin memuncak, “ aku memang yang salah, aku tak tau menahu tentang alur hidup ini, Semula rasa itu tumbuh pada hatiku, ketika pertama kali aku melihat ayda”, wajah amron memerah padam, temperaturnya terlihat semakin naik, namun simron tetap melanjutkan ceritanya, waktu berlalu akhirnya kami saling mengenal dan akrab, tapi setelah ku tau perempuan yang kau puja adalah ayda, akhirnya ku putuskan tuk mundur secara teratur, agar tak terjadi kesalah pahaman, ketauhilah Amron ternyata aku tak sanggup melupkan dia, aku jatuh sakit, hingga berminggu, tapi percayalah am, aku tak akan mendekati ayda lagi, aku kan pergi jauh dari kehidupan kau dan ayda, aku tak ingin sahabat terbaik ku sakit hati, apa lagi penyebab utamanya aku sendiri, simron mengakhiri ceritanya dengan tersenyum, Simron mengulurkan tangannya, mengajak amron bersalaman, dan mendekapnya, maafkan aku ya Am, mereka saling berma’afan jangan sakiti ayda ku titipkan ayda kepadamu,

Malam itu, saksi pertama dalam usaha simron menjauh dari kehidupan ayda, hujan mengguyur deras diluar, Simron teriak-teriak sendiri dikamarnya,”kenapa aku harus kenal kau ayda,,kenapa??? Kenapa Q harus mencintaimu, rasanya ingin memutar lagi waktu, agar aku tak mengenalmu,” anita memasuki kamar simron “kak,,kakak kenapa?? Kog berteriak-teriak sendiri, ada apa kak,” simron mendekati anita dan mendekapnya, “dek kau mau bantu kakak kan,,??” anita menggangguk “ Bantu kakak agar jauh dari kehidupan kak ayda, adik bisa bantukan” kenapa kakak harus menjauh dari kehidupan kak ayda, anita lihat kalian saling mencintai, bahkan pasangan serasi, aku sempat berharap semoga kak ayda menjadi kakak ipar ku, kenapa kakak lakukan ini” simron menjelaskan panjang lebar pada anita, akhirnya anita mengerti dengan semua ini, “ia kak anita akan membantu kakak.
****

Setiap pulang mengajar ayda menyempatkan diri berkunjung kerumah simron, tapi apa yang dia dapati sebuah jawaban dari anita, “bahwa kak simron sedang berada diluar kota untuk mengurus pekerjaannya, untuk beberapa minggu”, ayda percaya dengan apa yang dikatakan anita, padahal kenyataannya simron dirumah sedang berbaring sakit, tubuhnya semakin kurus, matanya cekung, jarang sekali ia tersenyum, tapi simron tetaplah gigih dalam mengerjakan pekerjaan kantornya dirumah, sebagai seorang menejer disalah satu perusahaan tekstil dikotanya.
****

Seminggu berlalu, ayda kembali berkunjung kerumah simron, tapi ayda tak menemui sosok simron, yang dia temui hanyalah anita dan ibu simron, ayda bertanya kepada mereka, “sudah seminggu simron tak mengabariku, lewat telpon tau via zmz tidak sama sekali, “Simron baik-baik saja kan bu???” ibu simron hanya diam mata beliau berkaca-kaca, tak kuasa ibu simron menjawab pertanyaan ayda, terasa hening seketika, “kak Simron baek-baek saja kog kak, kemarin sore dia habis telpon kami, dan ada salam untuk kakak” senyum ayda mengembang, “ya sudah ayda pamit dulu ya bu” setelah ayda berlalu ibu simron memeluk anita, “sampai kapan kita akan bersandiwara seperti ini ta,,,ibu tak kuat melihat keadaan kakak mu” anita hanya bisa berkata sabar bu “semuanya akan segera usai, ketika kak amron melamar kak ayda”.

Anita menuju kekamar simron, dia lihat kakaknya yang sedang berdiri didepan jendela, anita memeluk simron dari belakang, memeluk tubuh kakaknya yang semakin kurus, tangannya kejahutan setitik air bening “ kak menangis za??” simron berbalik arah “ tidak kok dek, hanya merasa bersalah telah membohongi ayda,” “kakak cinta kan dengan kak ayda”, simron hanya tersenyum, “bila kakak cinta kenapa kakak melalukan semua ini, seharusnya kakak dengan kak amron harus bersaingan secara normal, bukan seperti ini,” “dek bukankah kakak pernah cerita sama adek, kakak rela mengorbankan nyawa kakak untuk amron, karena kakak telah berhutang nyawa dengannya” amron menghapus air mata adiknya, yang dari tadi mengalir, simron lalu menggambil hpnya untuk menghubungi amron, simron meminta amron untuk berkunjung kerumahnya.

Habis magrib amron sampai kerumah simron, kali ini malam terlihat indah purnama tampak saat itu, simron menyambut kedatangan sahabatnya dengan senyuman yang khas “ silahkan duduk,,amron, gimana kabar kau, sudah hampir satu bulan kita tak bertemu,” “ma’af sim aku lagi sibuk menyiapkan UN untuk murid-murid ku” mereka berdua bercerita, bercanda, anita dan ibu, mendengarkan gelagak tawa simron yang lepas, membuat mereka tersenyum bahagia, sepertinya kakak mu bahagia sekali bercanda dengan teman kecilnya, simron bertanya pada amron “kapan kau akan melamar ayda am??” amron menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tak gatal “ InsyaAllah bulan depan Sim, do’akan aku semoga lamaran ku diterima” itu pasti am, aku selalu mendo’akan mu semoga kalian selalu bahagia,

Amron tersenyum,”terima ksih ya sim, kau memang sahabat terbaik ku” kau juga sahabat terbaik ku,
Malam semakin larut aku mau pamit pulang dulu sim, “ini baru jam berapa am, kok sudah mau pulang, lama kita tak pernah salat jama’ah bareng, kita solat isya’ dulu, baru kau ku izinkan pulang”, ya sudah tapi kau yang jadi imamnya sim,” za ndak papa aku yang jadi imam untuk kali ini, ibu, anita, juga ikut jama’ah bareng , kami memulai berintreaksi dengan sang Kholiq, simron membaca surat al-Inshirah dengan fasih dan tartil, pada rakaat yang pertama, dan pada raka’at yang kedua simron memilih surat al-ikhlas, dilanjutkan rakaat ketiga dan keempat, terus salam, simron memimpin do’a pada malam itu, terasa beban yang dipundak, derita dunia pergi seketika, seperti yang terkutip dalam surat al-inshirah Inna ma’al usri yusro, “Sesungguhnya sesudah ada kesulitan pasti ada kemudahan” itu janji Allah, amron minta izin untuk udzur diri karena malam semakin larut, tak pernah disangka oleh amron,anita dan ibu bahwa malam itu, terakhir kali mereka solat berjama’ah dengan simron, kehidupan adalah mistri yang sulit untuk ditebak.

Sekitar pukul 03:15 pagi, hp amron bordering ada sebuah panggilan masuk, dari anita ada sebuah suara isakan tangis diluar sana “ada apa anita, kenapa kau menangis, tenanglah dulu, dan jelaskan apa yang terjadi” dengan suara terbata-bata “kak,,kak,,Simron telah tiada kak,” tangis anita meledak, tulang amron seperti dilolosi,amron seperti orang lunglai, fikiran kosong, seperti tak mempercayai semua ini, padahal baru tadi malam ,kita bercanda, berbagi cerita, kita solat berjama’ah bersama, dan dia menanyakan kapan aku akan melamar ayda,,,??? Kepana kau begitu cepat meninggalkan kami sim, amron berteriak-teriak sendiri dikamarnya, ini seperti mimpi, mimpi yang sangat buruk, ini, mimpi kan ya Allah,,ya Allah, kenapa kau ambil sahabat ku. 
 
Amron berusaha tegar dia segera menuju kerumah simron, rumah simron sudah dipadati, sanak family yang membacakan tahlil, terlihat digerbang ada bendera berwarna kuning, masih terlintas senyum simron tadi malam yang menyambut kedatangannya, kini deraian air mata, dan senduan tangis yang menyambutnya, terlihat dipojok anita dan ibu, menangis tak henti-henti, amron mendekati jenazah sahabatnya yang terbujur kaku dan ditutupi kain berwarna putih, dan kepalanya ditutup dengan sorban yang dikenakannya tadi malam untuk mengimami salat, Air mata amron menetes, “kenapa kau diam sim, hanya tersenyum kaku, mana canda ria mu untuk menyambut ku, kenapa kau begitu cepat meninggalkan ku, apakah kau tak ingin menyaksikan pernikahan ku dengan ayda, kenapa kau tak bercerita tentang penyakitmu, kepada ku sim, mungkin aku yang jahat yang tak pernah memperhatikan mu, Amron berdo’a sejenak terus menghampiri ibu dan anita.

Anita, Ibu yang sabar ya, mereka hanya terus menangis, amron duduk disamping anita, saat itu ayda belum diberi kabar, tanpa di minta anita bercerita pada amron, “kak” amron menjawab “iza anita ada apa?” setelah kepulangan kakak tadi malam, kak simron sempat bercanda dengan kami berdua, seakan-akan tekanan batin dihatinya tak ada,” tekanan batin apa anita?? Ainta tag bisa berkata-kata, sebenarnya ka,,k,,suaranya terbata-bata, “ kak Simron sangat menderita batinnya, ketika dia harus menjauhi kehidupan kak ayda, kak simron sering diam, melamun, dia sering menghabiskan waktunya didepan laptopnya, jarang sekali ia tersenyum, baru semalam kak simron terlihat berbeda, ia terlihat bahagia sekali, tapi kebahagian itu hanya sebentar kak,,kini kak simron telah tiada, anita menangis sesenggukan, “ ma’afkan kakak anita, kak amron tak tau, kak amron begitu egois, hanya mementingkan perasaan kakak saja, tak menengok perasaan sahabatnya yang begitu menderita, mengorbankan cintanya hanya untuk ku,” kak ayda pa sudah dikasih kabar kak,??” belum dek, ini baru kakak kabari.
****

Bagaikan bumi ini runtuh, ayda tak kuasa menahan kabar yang begitu menyobek hatinya, ayda tak kuasa untuk berjalan, ayda diantar oleh rahma sahabatnya, bagaikan mimpi buruk, dia melihat bendera kuning yang berkibar diteras rumah simron, ayda sempat pingsan saat sampai didepan pintu, sempat terjadi kericuhan, akhirnya terkendalikan, ayda sudah sadarkan diri, dia menangis didepan jenazah orang yang dicintainya, “kenapa kau tega lakukan ini pada ku sim, kenapa??” apa salah ku, tak pantaskah aku dekat dengan mu, ma’afkan aku sim,,, aku tak pernah peduli pada mu, tapi aku baru sadar betapa kau pedulinya pada diriku, aku menyadarinya saat kau mulai menjauhi ku, terasa sepi, kau itu unik, beda dari yang lain, kau tak pernah membiyarkan aku bersedih, tapi kenapa kini membuatku sedih,” semuanya yang melayat hanya menyaksikan kebisuan itu, semua sudah menjadi suratan.

Senin 27 November 2005 Jam 10:05 jenazah simron dikebumikan dipemakaman umum randu gunting tegal, disamping makam ayahnya, isakan tangis menghantarkan kepergiaannya, ayda belum bisa menerima kenyataan ini, setelah prosesi pemakanan selesai, ayda kembali kerumah simron, ia Ingin meminta sebuah kejelasan, “kenapa kalian tega membohongi ku” ma’afkan kami kak, ini semua atas permintaan kak simron, ia tak ingin melihat kak ayda sedih bila mengetahui keadaannya, anita bercerita panjang lebar, menjelaskan semua yang terjadi, ayda hanya menangis dan menyesali semuanya, “malam itu, malam terakhir kami solat bersama, kak simron sebagai imamnya, setelah kak amron pamit pulang, kak simron melanjutkan candanya kepada kami, seakan-akan kak simron kembali seprti dulu, malam hampir larut, kami kembali kekamar masing-masing, ketika aku ingin kekamar mandi untuk berwudhu, ku dengarkan sayu-sayu lantunan al-Qur’an yang begitu merdu, ku intip dari balik pintu, ternyata kak simron yang melantunkan, aku pun berlalu, sekitar jam 01:30 ibu membangunkan ku, “Nit dari tadi ibu mendengar kakakmu, batuk-batuk coba kita tenggok,” anita beranjak dari tidurnya mengikuti ibunya yang berjalan didepannya, ketika pintu kamar kak simron kami buka sebuah pemandangan yang mengejutkan kami, baju koko putih tulang yang ia kenakan terkena bercak darah dari mulut kak simron, kak simron terkapar dilantai tak sadarkan diri, aku segera menghubungi dokter, tapi takdir berkata lain, sesampainya dokter dirumah, kak simron sudah tak tertolong, denyut nadinya sudah tak berfungsi lagi,” anita memeluk ibunya dan menyudahi ceritanya, ayda dari tadi matanya mengalir butiran bening yang tak bisa dihentikan, ayda dan rahma pamit undur diri.

Setelah seminggu kepergian simron ayda sering murung dikamarnya, ia sering absen mengajar, amron berusaha keras untuk menghiburnya namun hasilnya nihil, ayda sering menghabiskan waktunya untuk melamun, kadang ia pergunakan untuk mengunjungi keluarga simron. Suatu hari ketika ayda berkunjung kerumah simron, ibu simron cerita sedikit tentang keinginan simron “menikahlah kau nak, dengan amron, sebelum simron meninggal ia ingin melihat amron melamarmu, tapi keduluan ajar menjemputnya” ayda memandang lekat-lekat ibu simro, “Bu,,ayda tak mencintai amron, bu tau itu kan?? Ayda hanya mencintai anak ibu” ayda semakin mendekat ia menangis dipangkuan ibu simron, “Nak ibu tau kau sangat mencintai simron, tapi simron sudah tak ada, apakah kau akan begini terus menerus, apakah kau tak kasian dengan masa depan mu, menikahlah dengan amron, ia akan membahagiakanmu percayalah jangan kau jatuh menyesal yang kedua”.

Akhirnya ayda menerima lamaran dari amron, tepat empat puluh hari setelah kematian simron, dan pada tanggal 01 januari 2006 ayda dan simron melangsungkan pernikahan, walau berat dirasa harus menikah dengan orang yang tidak kita cintai, ayda masih ingat dengan kata-kata simron tempo dulu “ belajarlah mencintai ku, seperti ku belajar mencintaimu” aku akan belajar mencintai amron, seprti dulu aku belajar mencintai simron.

TAMAT
 
PROFIL PENULIS
Nama : Kholifah
Almat : Desa Sidogemah,Dusun Badong, Sayung Demak
Tempat tanggal lahir : Demak, 21 Agustus 1991
status : Mahasiswa Unisfat Demak Angkatan 2011
Aktifis : Organisasi IPNU/IPPNU Pimpinan Cabang demak
No. Urut : 249
Taggal Kirim : 22/12/2012 10:42:58

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.
Share & Like