Cinta yang Tertunda - Cerpen Romantis

CINTA YANG TERTUNDA
Karya Mano Tyas
 
Kriiiiiiiiing....
Kriiiiiiiiing....
Telepon berdering sangat nyaring, dengan sangat berat aku terpaksa bangun, sejenak aku menatap ke dinding atas kamarku,

Jam 3 pagi, siapa yang telepon malam- malam gini?!...
“ halo...” suaraku masih serak, maklum masih ngantuk. Tak terdengar suara, hanya suara seperti kasak- kusuk dan langkah kaki.
“ halo...” aku menyapanya lagi, tak ada suara. Lama, hingga...
“ hiks,... “ suara dibalik telepon seperti sedang menahan tangis...
“ halo... “ suaraku pelan, aku mencoba menyapa kembali, tak ada jawaban.
Tuuuuut... tuuuuut...
Kemudian terputus.
Hatiku mulai gelisah, tidak bukan gelisah aku rasa aku sedikit takut... sekarang aku tak lagi berbaring, kini aku duduk, rasa ngantukku mulai buyar.
siapa yang telepon malam- malam gini? Pertanyaan itu membuat aku hampir melupakan rasa ngantukku.
kriiiiiiiiiiiing....
Astaga, aku bener-bener kaget sampai hampir loncat dari tempat dudukku...

Lama aku menatap telepon dimeja kecil tepat disamping tempat tidurku,.. suara deringnya berhenti, tak lama kemudian deringannya kembali terdengar. Dengan super hati- hati, aku mengangkat teleponnya,
“halo...” suaraku lemah, sedikit bergetar.
“halo, anne?”
Lega rasanya, itu suara ibunya Adith, terdengar parau seperti habis nangis... perasaanku gak enak, aku yakin terjadi sesuatu sama adith.
Adith temen aku dari SD, sampai sekarang kami kuliah di tempat yang sama, fakultas yang sama dan jurusan yang sama, apapun yang kami lakukan selalu barengan. Orang bilang kita bagai 2 sejoli yang gak bisa dipisahin, mungkin... Tapi kami tak pernah menjadi dua sejoli yang dimabuk cinta, dan aku rasa itu gak akan pernah terjadi. Yaaah... walaupun kadang aku sedikit mengharapkannya, tapi aku rasa Adith gak pernah menginginkanya.
Dia punya pacar, banyak malah...
Cantik- cantik lagi, apa sih aku dibanding mereka...
Aku juga punya pacar, tapi itu aku lakukan agar aku gak terlalu sakit hati. Karna, jujur...
Aku sakit setiap kali melihat Adith bersama pacarnya, yang manapun itu...

Aku rasa Adith udah punya tempat khusus di hati aku, walau dia tak akan pernah tau itu,
“ Anne ini sama mama Adith, maaf malam- malam ganggu kamu, tapi kamu harus tau ini, hiks... “ terdengar tangisan lirih yang tertahan dari balik telepon,
“ Adith di rumah sakit nne... “
Deg ... benarkan aku yakin terjadi sesuatu sama adith, aku mulai lemas...
Seribu pertanyaan mulai bermunculain dalam pikiranku, ada apa? Kenapa? Bagaimana?
Tiba disana, pelan aku mengetuk pintu, dari balik kaca pintu aku lihat Adith terbujur kaku, disampingnya mama Adith duduk lemas, bahunya terlihat naik turun dengan cepat, aku rasa dia sedang menagis...

Aku kagum pada mama Adith, dalam balutan kerudungnya beliau seorang ibu yang sangat bersahaja, sabar, sepertinya tak ada sedikitpun hal negatif dalam pikirannya, selalu positif. Aku yakin jika ibuku masih disini bersamaku beliaupun pasti akan sangat bersahaja seperti ibunya Adith, dan setiap aku membayangkan wajahnya, dia sangat anggun dan cantik dengan kerudung yang selalu membalut kepalanya... Ibu, mengapa begitu cepat kau lepas pelukanmu dariku, aku takut Bu, aku gak mau senyummu semakin memudar dari ingatanku. Mungkin karna itu aku selalu takut saat orang- orang yang aku sayangi berada di tempat ini, tempat yang serba putih, tempat yang selalu sepi, dan yang paling aku benci adalah selalu bau obat yang menyengat. Rasa sakit kehilangan itu tak pernah luntur dari hatiku, dan kini aku merasakan ketakutan itu kembali saat aku melihat sosok seseorang yang sangat aku kenal berbaring tak berdaya.
“ masuk...”

Aku melangkah masuk, pelan... mama Adith langsung menyerbu dan memelukku, dia menangis semakin jadi... aku gak tahu apa yang terjadi, benar- benar gak tahu... aku masih gak ngerti, ada apa? Kenapa Adith bisa di sini? Kalo dia sakit, aku gak mungkin gak tahu, kenapa aku baru dikasih tahu sekarang? Kenapa? Kenapa? Kenapa?
“ Jam 1 tadi Oom pulang dari luar kota, saat lewat kamar adith, Oom denger suara benda jatuh... Oom masuk, dan Oom liat adith tergeletek di lantai... kejang, mulutnya berbusa... dokter bilang, adith over dosis obat- obatan terlarang “
Aku kaget, benar- benar kaget... gak mungkin.... gak mungkin... kenapa aku sampai gak tau Adith masih make? Gak mungkin, gak mungkin...
Perlahan mama Adith mulai melepas pelukannya, dia membiarkan aku berjalan mendekati tempat dimana Adith berbaring... tetes demi tetes air mataku mulai jatuh, sebagian pertanyaan aku mulai terjawab, tapi itu gak bikin aku lega karna pertanyaan lain mulai muncul, semakin banyak mungkin lebih dari saat aku masuk ke sini.
Kenapa? Kenapa Dith? Kenapaaaaaaaaa?
“ tadinya Oom tidak ingin mengganggu kamu, tapi sejak sejam yang lalu Adith terus memanggil- manggil nama kamu, Oom rasa ada yang ingin disampaikan Adith sama kamu”
Suara Oom Teguh sedikit bergetar, aku yakin selama ini dia hanya berusaha meneragkan dirinya sendiri demi Tante. Oom, maafin aku....
Setelah kalimat itu Oom Teguh merangkul istrinya keluar ruangan,.. kini aku berdua sama Adith, tapi tidak seperti biasa saat Adith selalu merangkulkan tangannya ketika berjalan berdua, gak seperti dulu saat Adith berpura- pura pingsan karana ingin mengagetkanku.
Yaaaaah... sesaat aku berharap dia sedang pura- pura... aku berharap dia terbangun dan kembali tersenyum, sayang itu tak terjadi.
Tangisku mulai pecah, walau tanpa suara, aku menangis sejadi jadinya, aku gak tahu apa yang aku rasakan saat ini, takut, sedih, kesal, marah, entah apalagi yang aku rasa saat ini...
Saat petama masuk kuliah, kami pernah mencoba sesuatu yang hitam...
Obat terlarang, tapi kami janji kalo itu tak akan lama... dan itu memang gak lama, kami berjanji untuk kembali memutih, dan memang begitu. setidaknya itu yang aku tahu...

Dan yang aku tahu Adith tak pernah berubah, dia tak pernah tak tersenyum saat melihatku, Adith tak pernah tak tersenyum walaupun dia sedang kesal, tapi aku selalu tahu jika itu terjadi, Adith selalu tersenyum walau dia sangat ingin menangis... dia selalu bilang dia gak akan pernah menangis kecuali melihat aku menangis, jadi aku selalu berusaha tidak menangis dihadapannya dan aku tidak pernah ingin sekalipun dia tahu kalau aku menangis, walau sebenarnya aku sering menangis dibelakangnya karna dia... karna dia berpacaran, mungkin itu cemburu.

Tapi kini aku menangis dihadapannya, dan saat ini untuk pertama kalinya aku ingin Adith tahu kalo aku menangis karna dia, aku ingin akui bahwa aku tak pernah ingin kehilangannya, aku ingin akui bahwa selama ini aku selalu cemburu saat dia bersama pacar- pacarnya, aku ingin akui sejuta rasa saat dia selalu membelaku walau aku yang salah, aku ingin akui betapa banyaknya kupu- kupu di dalam perutku setiap kali dia tersenyum padaku, aku hanya ingin dia tahu bahwa aku... menyayanginya...
“Ann...” suara yang aku kenal memanggilku, sangat lemah bahkan hampir seperti bisikan...

Aku hampir gak percaya adith terbangun, aku mengusap air mataku, aku mau teriak memanggil Oom dan Tante diluar, tapi Adith menggelengkan kepala...
“Maafin gue Ann, gue ingkari janji kita... “
“kenapa? Kenapa Dith? Sejak kapan? Kenapa gue gak tahu? Kenapa lo setega ini sama gue? Kenapa...”
“sssstt...
Gue tahu gue salah, gue akan jujur walau mungkin terlambat...

Gue g pernah berhenti sejak gue mulai Ann, gue kecanduan, gue sempet nyoba berhenti karna lo, tapi gak bisa... gue tetep gak bisa, sekalipun seribu kali gue mencoba...”
“Kenapa lo g pernah bilang sama gue?”
“gue takut Ann, gue... gue takut lo pergi dari gue, gue takut lo kecewa sama gue, gue gak mau itu terjadi... gue selalu mau jadi yang terbaik buat lo, gue ingin lo ingat gue sebagai cowo yang paling baik buat lo...
Karna gue...
Gue sayang sama lo...”

Deg, deg, deg,
“gue gak mau kehilangan lo Ann, lo satu- satunya buat gue... “
“ lo... ???“
“gue punya pacar Cuma pengen bikin lo cemburu, karna gue juga mau lo ngerasain apa yang gue rasa saat ngeliat lo jalan sm cowo lain, gue selalu gak rela... gue sayang sama lo tapi gue terlalu pengecut buat bilang itu, gue bisa bilang sayang sama setiap cewe yang gue temui, tapi gak sama lo... gue takut lo gak ngerasain hal yang sama, sama gue dan lo akan berubah ninggalin gue Ann...

Tapi sekarang gue gak takut lagi Ann, yang gue takutin saat ini adalah saat gue gak akan pernah liat senyum lo lagi... jangan nangis Ann... lo masih ingetkan?! gue gak akan nangis kecuali jika gue liat lo nangis, gue ingin ngeliat lo tersenyum bahkan saat gue pergi, gue ingin selalu mengingat senyum lo walau Cuma di mimpi...
Maafin gue Ann... maafin gue karna gue gak pernah ngakuin perasaan gue sama lo, maafin gue karna gue trelalu pengecut buat jujur sama lo, bahkan tentang perasaan ini pun, tentang sayang gue, tentang cinta gue,.. tentang semuanya.... “
Air mataku bener- benar gak bisa aku tahan, terus dan terus... hingga tak sedikitpun tersisa...
Kenapa? kenapa gak dari dulu kamu bilang sayang sama aku? kenapa baru sekarang kamu jujur sama aku, kenapa? Aku menangis semakin menjadi dan menjadi...
Pagi yang cerah, dan entah mengapa kali ini aku merasa bahwa sinar matahari terasa hangat menerpa tubuhku dari baik kaca jendela kamar yang sengaja di buka ini... mengapa baru pagi ini aku merasa duniaku sangat sepi...

Aku menatap ranjang yang berbalut kain putih, suster- suster itu dengan terampil membereskannya, tak ada lagi yang berbaring disana karna kini adith telah dipindahkan ke tempatnya yang lebih nyaman untuknya di sampingNya, disanalah dia akan damai...
Aku berjalan keluar menyusuri lorong- lorong rumah sakit menuruni lift, entah kemana arahku sekarang ... aku kehilangan untuk yang kedua kalinya, orang yang sangat aku cintai... aku berjalan dan terus berjalan, dibawah sinar mentari, diantara keramayan kota dan bisingnya suara kendaraan, tapi hatiku terasa sepi... sangat senyap.

“ Ann... “ aku gak percaya rasanya baru tadi dia memangil namaku dan tersenyum padaku, tapi kini aku merindukannya, benar- benar merindukannya....
Selamat tinggal Adith... tidak, bukan selamat tinggal tapi selamat jalan...
Selamat jalan saudaraku, selamat jalan sahabatku, selamat jalan kekasihku...
Kita akan tetap berjalan bersama, walau tak bergandengan...
Kau jalani jalamu, dan aku akan jalani jalanku.
Aku masih harus terus berjalan, walau kini kau tak mungkin lagi mengulurkan tanganmu saat aku terjatuh, walau tak akan ada yang akan merangkul ku dalam perjalanan ini, walau kau tak mungkin lagi bisa memapahku saat aku letih, walau tak akan ada senyum indahmu yang akan membuat kupu- kupu itu masuk ke dalam perutku....

Aku akan terus berjalan, masa depanku menungguku...
Tapi kau tak usah takut, suatu hari nanti kita akan bertemu lagi, dan saat itu kita akan memulainya dari awal, aku akan selalu mendengar bisikan cinta dari mu, dan kau pun begitu...
saat itulah kita akan menjadi sepasang kekasih,
...
Selamat jalan sayang,..

Baca juga Cerpen Romantis yang lainnya.
Share & Like