KETULUSAN TIARA
Karya Novi Ratnasari
Disebuah panti asuhan di Ibu kota, ada seorang gadis cantik bernama Tiara,,,
Sejak kecil dia harus di tinggal dipanti karena 17 tahun lalu diditelantarkan didepan pintu panti asuhan “Kasih Bunda” itu,,,
Tiara atau biasa disebut ara, adalah sosok gadis cantik dan manis, sikap dan prilakunya begitu baik, dia gadis yang ramah, sopan, lemah lembut, penyayang, Ara adalah sosok gadis yang ceria, meski dia tak mengetahui keberadaan orang tuanya dia tak pernah terlihat sedih dengan keadaannya,,,
Suatu ketika ada 1 keluarga yang ingin mengadopsi Ara, karena mereka merasa dekat dengan Ara,,,
“bunda, Ara pasti kangen sama bunda juga yang lainnya” ucap Ara saat berpamitan dengan Bundanya diPanti
“Ara, kita juga pasti kangen tapi Tuhan sudah menyiapkan rencana buat Ara” ucap bunda
“Arakan pernah bilang kalau Ara pengen punya keluarga” lanjut Bunda
“tapi Ara kan udah punya Bunda dan adik2 disini” ucap Ara sedih
“Ara kamu enggak boleh donk kayak gini, Ara yang bunda kenal dulu ceria dan enggak cengeng” ucap bunda
Sejak kecil dia harus di tinggal dipanti karena 17 tahun lalu diditelantarkan didepan pintu panti asuhan “Kasih Bunda” itu,,,
Tiara atau biasa disebut ara, adalah sosok gadis cantik dan manis, sikap dan prilakunya begitu baik, dia gadis yang ramah, sopan, lemah lembut, penyayang, Ara adalah sosok gadis yang ceria, meski dia tak mengetahui keberadaan orang tuanya dia tak pernah terlihat sedih dengan keadaannya,,,
Suatu ketika ada 1 keluarga yang ingin mengadopsi Ara, karena mereka merasa dekat dengan Ara,,,
“bunda, Ara pasti kangen sama bunda juga yang lainnya” ucap Ara saat berpamitan dengan Bundanya diPanti
“Ara, kita juga pasti kangen tapi Tuhan sudah menyiapkan rencana buat Ara” ucap bunda
“Arakan pernah bilang kalau Ara pengen punya keluarga” lanjut Bunda
“tapi Ara kan udah punya Bunda dan adik2 disini” ucap Ara sedih
“Ara kamu enggak boleh donk kayak gini, Ara yang bunda kenal dulu ceria dan enggak cengeng” ucap bunda
Setelah cukup, akhirnya Ara ikut dengan keluarga barunya , keluarga Bramantyo,,,
“ayo sayang masuk” ucap Ibu Bramantyo, Lusi
Tiara hanya tersenyum dan mengikuti langkah kedua orang tua barunya,,,
“Ara ini kamar kamu sayank” ucap bu Lusi yang menunjukan kamar untuk Tiara
“makasih bu” ucap Tiara masih canggung
“Ara kok panggil bu sih, kamu panggil kita papa sama mama” ucap pak bramantyo
“iya pa ma” ucap Tiara tersenyum
“ya udah Ara istirahat aja, nanti mama kenalkan sama saudara kamu ya” ucap bu Lusi
Tiara hanya mengangguk
Malam harinya semua tengah berkumpul dimeja makan, termasuk Tiara
“bi tolong panggilkan Mutia ya” ucap pak bramantyo
“baik tuan” ucap bibi
“Non, non Tia ditunggu ibu sama bapak dimeja makan” ucap bibi
“Iya bi, sebentar” teriak Mutia
Tak lama kemudian, seorang gadis dengan memakai baju yang tergolong sexy menuruni anak tangga dengan badan meliuk2 bak seorang model,,,
“malem ma pa” sapa Mutia mencium kedua pipi orang tuannya
“malam sayank” balas bu Lusi
“siapa dia? Kenapa dia duduk disini?” tanya mutia menatap tajam kearah Tiara
“kenalin sayank ini Tiara, disaudara baru kamu” ucap pak Bramantyo
“What? Gadis kampung ini jadi saudara Tia? Enggak salah” ucap Mutia mengejek
“Mutia jaga bicara kamu” seru pak bramantyo
“papa apa2an sih? Ngapain juga bawa gadis kampung kerumah kita” ucap Mutia sombong
“cukup Tia, dia sekarang jadi adik kamu jadi jaga bicara kamu” seru bu Lusi
“iuuhh, sorry pa gak level banget sih” ucap Mutia mengejek dan langsung pergi
“Mutia,,,Mutia” teriak pak bramantyo namun tak dihiraukan oleh Mutia
“pa ma, apa yang dikatakan kak mutia ada benarnya” ucap Tiara yang mendongakan wajahnya karena sebelumnya dia hanya menunduk
“ara hanya gadis kampung yang enggak pantas ada dirumah sebesar dan semewah ini” lanjut ara
“sayank kamu anak papa dan mama, jadi kamu pantas disini” ucap pak bramantyo mantap
***
Sudah hampir 1 bulan Tiara menyandang status anak keluarga Bramantyo..
Selama itu juga dia selalu mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari saudaranya Mutia,,,
Sikap mutia tak pernah berubah malah sikapnya terhadap Tiara semakin menjadi, meski sudah diperingatkan berkali2 oleh kedua orang tuannya tak pernah didengar oleh Mutia,,,
Seperti pagi ini, saat semua dimeja makan dan seperti biasa Mutia tak pernah mau dekat dengan Tiara,,,
“pa ma Tia berangkat dulu ya” pamit Mutia
“Tia sekalian kamu bareng sama Ara” seru pak Bramantyo
“Papa” ucap mutia protes
“udah jangan banyak protes, Ara kamu bareng tia saja kekampusnya” ucap pak bramantyo
“ara bisa berangkat sendiri kok pa, biar kak tia berangkat dulu aja” ucap Tiara manis
“bagus deh kalau loe nyadar, papa denger sendirikan dia bisa berangkat sendiri” ucap Mutia
“enggak, ara kamu bareng sama mutia” ucap pak bramantyo
“iihh ngeselin banget sih” gerutu Mutia
“ya udah yuk berangkat jangan lelet” ucap Mutia kesal
“pa ma ara berangkat ya” pamit tiara
“iya sayank, hati2” pesan bu Lusi
“udah deh ayo cepetan, lelet banget sih loe” teriak mutia dari dalam mobil
“ma’af kak” ucap ara
Saat baru beberapa menit mobil mutia berjalan tiba2 berhenti ditengah jalan,,,
“lho kok berhenti kak?” tanya Tiara heran
“gue kan sudah bilang kalau gue enggak mau bareng sama loe” ucap mutia menatap tajam ara
“so loe turun disini” bentak Mutia
Tanpa banyak jawab, akhirnya Tiara turun dari mobil Mutia,,,
Seperti itulah setiap hari yang dilakukan Mutia, berangkat dari rumah bareng pasti ujung2nya diturunkan ditengah jalan,,,
****
Suatu ketika disaat bu Lusi masuk kedalam kamar Tiara dia menemukan sebuah Liontin,,,
“Liontin ini” ucap bu Lusi tak percaya
“Papa,,, papa” teriak bu Lusi keluar dari kamar Tiara
“kenapa ma?” tanya pak Bramantyo menghampiri sang istri
“pa lihat liontin ini” ucap bu lusi memperlihatkan liontin yang ia temukan
“bukannya ini Liontin,,,,,” ucap pak bramantyo menggantungkan kata2nya
“iya pa ini Liontin Tiara anak kita yang hilang 18 tahun lalu” ucap bu Lusi
“jadi Tiara adalah Tiara kita?” tanya pak Bramantyo
Bu lusi hanya mengangguk
FLASH BACK,,,
Disuatu malam ditengah hujan yang begitu lebat, seorang wanita tengah memperjuangkan nyawa melahirkan anaknya,,,
“oek...oek...oek” suara meramaikan malam itu
“selamat bu, putri anda selamat” ucap seorang bidan sambil menggendong seorang bayi cantik
“kamu begitu cantik sayank” ucap bu Lusi
“namanya siapa putri kecil kita ini?” tanya seorang laki2 yng tak lain adalah pak bramantyo
“Tiara, Tiara Keyzha Bramantyo” ucap bu Lusi sambil mengalungkan sebuah liontin dileher sang bayi
Ditengah malam, disaat semua tengah terlelap dan disaat Bayi kecil Tiara tertidur disebuah Box baby,,, tiba2 seorang suster datang dan langsung membawanya lari,,,
Tiara kecil diletakan didepan pintu sebuah panti asuhan oleh suster tersebut,,,
Semenjak itulah Tiara harus terpisah dari keluarganya, hanya karena orang yang tak bertanggung jawab karena ingin menghancurkan kelurga Bramantyo,
Seorang suster yang menjadi suruhan salah satu saingan bisnis pak bramantyo...
***
“sayank kamu anak kandung papa dan mama” ucap bu Lusi memeluk Tiara
Saat itu pak bramantyo dan sang istri menemui tiara yang ada diruang tengah
“enggak,,, enggak mungkin” seru Mutia yang mendengar semuanya
“Tia, Ara ini adik kandung kamu yang telah hilang sayank” ucap pak Bramntyo
“enggak pa, tia enggak mau punya adik kayak dia” ucap Mutia
“ka kenapa kak tia begitu benci dengan Ara?” tanya Tiara yang mulai memberanikan dirinya
“kenapa? Loe masih tanya kenapa?” ucap Mutia marah
“loe tahu karena kehadiran loe dirumah ini papa sama mama lebih sayang sama loe” bentak Mutia
“Tia kamu ngomong apa sayank? Papa sama mama sayang sama kalian berdua” ucap bu Lusi
“kak ma’afin ara kalau emang Ara udah buat kak Tia kehilangan kasih sayang papa sama mama” ucap Ara yang akhirnya meneteskan Air matany
“halah enggak perlu deh loe nangis, gue udah benci sama loe” bentak Mutia
“Mutia cukup” bentak pak Bramantyo
“kenapa? Papa mau marah sama tia?” tanya mutia menangis
“papa sama mama berubah setelah kehadiran Tiara disini” ucap Mutia
“sayank papa sama mama enggak pernah berubah, kita tetep sayang sama Mutia” ucap bu Lusi
“papa sama mama lebih sayang Tiara dari pada Mutia” ucap Mutia dalam tangisnya
“Ka ma’afin Ara, Ara enggak bermaksud buat.....” ucap Tiara terpotong
“halah loe enggak usah sok baik didepan gue” bentak Mutia
“denger lo Tiara, sampai kapanpun gue akan benci sama loe” bentak Mutia menatap Tiara
“Mutia,,, (PLAAAK)” sbuah tamparan mendarat dipipi mulus Mutia
“papa” seru Bu Lusi
“seumur2 baru kali ini Tia ditampar oleh papa, hanya keran dia” ucap Mutia menunjuk Tiara
“Tiara adik kandung kamu Tia, apa kamu harus seperti itu” bentak pak Bramantyo
“Puas kamu Tiara? Puas kamu dibela mati2an sama papa” ucap Mutia tak terima
“kak” ucap Tiara sedih
“Cukup,,, aku bukan kaka kamu” bentak Mutia
“Mutia” seru pak bramantyo dan hendak menampar kembali Mutia
“apa pa? Papa mau nampar Tia lagi? Iya” teriak mutia
“Mutia benci sama kalian semua” ucap Mutia dan langsung berlari keluar
“mutia tunggu” teriak bu Lusi
“kak Tia” panggil Tiara mengejar Mutia
“aku benci papa, aku benci mama, aku benci kalian semua” ucap mutia sambil berlari
“kak tunggu” panggil Tiara yang masih mengejar Mutia diikuti oleh bu Lusi dan Pak Bramantyo
Saat mutia masih berlari dan menyebrang jalan, tiba2 ada sebuah mobil melintas dan,,,
“Kak Tia awaaaaassss” teriak Tiara
“aaaaaaaa” jerit Mutia dan langsung terlempar jauh
“Mutiiiaaa” teriak bu Lusi dan pak bramantyo
Tubuh mutia tergeletak dengan berlumuran darah
“kak bangun ka” ucap Tiara menangis
“sayank bangun” ucap bu Lusi
Mutia pun langsung dilarikan dirumah sakit,,,
Dengan cepat beberapa dokter dan suster menangani Mutia,,,
1jam,,,
2jam,,,
3jam,,,
4jam,,, dokter tak kunjung keluar, kedua orang tua Mutia dan juga Tiara dengan cemas menunggu didepan ruang UGD,,,
“ya Tuhan, selamatkan kak Mutia” ucap Tiara menangis
“sayank kamu yang kuat ya” ucap pak bramantyo menenangkan putri bungsunya
“pa ini salah Ara, coba Ara enggak hadir ditengah2 kalian” ucap Tiara
“sssstttt Ara anak papa, Ara enggak boleh ngomong kayak gitu” ucap pak Bramantyo
“tapi pa,,,,,” ucap Tiara terpotong
“Ara ini semua sudah kehendak Tuhan, ada hikmah dibalik musibah ini” ucap pak bramantyo
“iya sayank, Tuhan sudah menyediakan rencana yang terindah buat keluarga kita” sambung bu Lusi
Tak lama kemudian pintu UGD terbuka, seorang dokter keluarg dari UGD,,,
“dok gimana keadaan putri saya?” tanya pak bramantyo
“ma’af pak, akibat dari benturan yang dialami putri anda saat kecelakaan membuat putri anda harus BUTA” ucap dokter
“apa dok Buta” ucap Tiara tak percaya
“iya, akibat benturan yang dialaminya membuat kornea matanya rusak” jawab dokter
“dok tolong sembuhkan putri saya” ucap pak bramantyo
“ma’af pak, kebutaan putri anda bersifat permanent karena kornea matany rusak parah” jawab dokter
“apa tidak ada jalan lain dok?” tanya bu lusi
“belum kita ketehui bu, setelah putri anda sadar kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut” jelas dokter
***
“ma, pa, kok gelap” ucap Mutia saat ia tersadar
“sayank ini mama” ucap bu Lusi menangis
“ma lampunya nyalain donk, mutia enggak bisa lihat” ucap mutia ketakutan
“sayank disini terang banget, enggak gelap” ucap pak bramantyo
“tapi ini gelap pa, mutia enggak bisa lihat” seru mutia
Semua hanya terdiam sambil menangis melihat nasib mutia
“pa ma jangan bilang kalau mutia buta” tangis mutia
“sayank kamu akan sembuh” ucap bu Lusi
“enggak,,, mutia enggak mau buta pa ma” teriak mutia
Tiara yang sedari tadi diam melihat sang kaka histeris memutuskan untk keluar,,,
“Ya Tuhan, kenapa ini harus terjadi dengan kak Mutia” seru Tiara terduduk didepan pintu
“ampuni kesalahan kakak hamba, jangan biarkan dia menderita dalam kegelapan” tangis tiara
Hari ini telah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut atas kondisi mata Mutia,,,
“dok bagaimana keadaan anak saya? Dia masih bisa sembuhkan?” tanya pak bramantyo saat bertemu dengan dokter
“seperti yang pernah saya katakan dari pertama pak, kebutaan ini bersifat permanent karena kerusakan kornea mata putri anda” jelas dokter
“apa tidak ada jalan lain?” tanya oak bramantyo
“hanya ada 1 jalan pak untuk mengembalikan penglihatan putri anda” jawab dokter
“apa itu dok?” tanya pak bramantyo
“dengan operasi pencangkokan kornea mata” ucap dokter
“lakukan apapun dok untuk menyelamatkan putri saya” ucap pak bramantyo
“ini yang sulit pak, tidak sembarang kornea mata yang dapat didonorkan” ucap dokter
“terus?” tanya pak bramantyo
“kornea mata yang benar2 cocok pak, apalagi kerusakan yang dialami oleh putri anda begitu parah jadi sangat berbahaya jika kita sedikit saja salah memilih kornea mata” jelas dokter
Pak bramantyo kembali keruangan Mutia dan menjelaskan semuanya apa yang terjadi,
“pa tia enggak mau buta” tangis mutia
“iya sayank, papa janji papa akan berusaha untuk mencari donor mata buat kamu” ucap pak bramantyo
Tiara yang mendengarnya langsung keluar dan langsung menuju ruangan dokter yang menangani Mutia,,,
“dok, saya mau mendonorkan mata saya untuk kaka saya” ucap tiara saat bertemu dengan sang dokter
“dek, yang dapat mendonorkan kornea mata itu hanya orang2 yang sudah meninggal atau orang2 yang sudah dalam kondisi akhir” ucap dokter
“dok saya mohon, saya bersedia” ucap tiara kekeh
“ma’af kami enggak bisa, itu sangat berbahaya buat nyawa kamu” ucap tiara
“saya mohon dok, saya rela nyawa saya harus jadi taruhannya, asal kaka saya bisa melihat” ucap tiara
Setelah berdebat cukup lama, dengan berat hati dokter menuruti keinginan tiara,,,
“lebih baik kamu fikirkan kembali keputusan kamu” ucap dokter
“saya sudah yakin dok” ucap tiara mantap
“oke kapan kamu siapa melakukan pemeriksaan?” tanya dokter
“sekarang dok” ucap tiara
“begitu mulia hati gadis ini, dia rela nyawanya menjadi taruhan demi sang kakak” ucap dokter dalam hati
Akhirnya hari itu Tiara mengikuti serangkaian pemeriksaan, dan hasilnya positif,,,
Keesokan harinya operasipun dilakukan, kedua orang tua Mutia dan Tiara masih belum tahu kalau Tiaralah yang mendonorkan matanya,,,
“pa, Tiara kemana ya?” tanya bu lusi saat tengah berdiri didepan ruang operasi
“iya2 ma, papa belum lihat tiara” jawab pak bramantyo
Merekapun dibuat cemas dua kali lipat,,,
Setelah beberapa jam operasi akhirnya selesai,,,
Mutia langsung dipindahkan keruang VVIP untuk pemulihan,
“pak bu ada yang mau saya bicarakan” ucap dokter saat didalam ruangan VVIP
“ada apa dok?” tanya pak bramantyo
“bisakah anda berdua ikut saya?” ucap dokter
Akhirnya Pak Bramantyo dan bu Lusi mengikuti langkah sang dokter,,,
“mau apa dok kita kesini?” tanya pak bramantyo saat mereka berhenti didepan ruang mayat
“mari pak masuk” ajak dokter
Dengan rasa bingung dan penasaran akhirnya mereka masuk kedalam,,,
“ini siapa dok?” tanya bu Lusi saat dokter berhenti didepan sebuah mayat tertutup kain putih
Dokter perlahan membuka kain tersebut dan betapa terkejutnya pak bramantyo dan bu Lusi saat melihat mayat tersebut adalah putri bungsungnya Tiara,,,
“Tiaraa” teriak bu Lusi
“tiara bangun sayang, jangan tinggalin mama” ucap bu Lusi histeris
“dok apa yang sebenarnya terjadi?” tanya pak bramantyo
“kenapa putri saya bisa seperti ini?” lanjut pak bramantyo
Dokterpun menceritakan semuanya dan menjelaskan apa yang yang telah terjadi,,,
Ya disaat operasi tengah berjalan, tiba2 kondisi Tiara menurun dan akhirnya Tiara harus menghembuskan nafas terakhirnya saat operasi berlangsung,,,
“enggak, tiara bangun sayank” tangis bu Lusi menangisi putri bungsunya
***
Hari ini pemakaman Tiara dilakukan, Mutia masih belum tahu siapa pendonor untuknya,,,
Tangis haru masih dirasakan oleh keluarga Bramantyo, begitu juga keluarga Tiara dipanti,,,
Semua ikut sedih dengan apa yang telah terjadi,,,
Hari ini tepat 3 hari sudah pasca operasi, dan hari ini perban yang menutupi mata mutia akan dibuka,,,
Perlahan namun pasti, perban tersebut terbuka,,,
“buka mata kamu perlahan2” ucap dokter
Perlahan dan perlahan akhirnya mata Mutia terbuka, dilihatnya kiri kanan,,,
“ma pa, mutia bisa lihat lagi” ucap Mutia senang
“Terima kasih Tuhan, kau telah mengembalikan penglihatan putri hamba” saru pak bramantyo
Saat Mutia tengah berbahagia, mutia melihat wajah kedua orang tuannya yang masih memancarkan kesedihan
“pa ma, papa sama mama kok kayak enggak seneng gitu Mutia bisa lihat lagi” ucap Mutia
“enggak sayank, papa sama mama seneng Mutia bisa melihat lagi” ucap pak Bramantyo
“pa mutia tahu kalau papa enggak seneng, kenapa pa? Apa papa sama mama udah enggak sayang lagi sama Mutia?” ucap Mutia
“sayang papa sama mama sayang banget sama Mutia” ucap bu Lusi
“terus kenapa?” ucap Mutia melihat sekitarnya
“apa karena Tiara enggak ada? “ ucap Mutia yang memang dia tak melihat tiara
Semuanya hanya terdiam
“jawab, papa sama mama lebih sayang sama Tiara” seru mutia
“cukup Tia, jangan kamu bicara yang enggak2 tantang adik kamu” ucap pak bramantyo
“kenapa? Sampai kapan papa akan membanggakan gadis itu” ucap mutia marah
“sampai papa menyusul Ara, papa akan tetap bengga dengan dia” ucap pak bramantyo menangis
“mutia, seharusnya kamu berterima kasih sama adik kamu” sahut dokter
“kenapa sih semua harus Tiara2 dan Tiara” ucap mutia kesal
“Cukup Tia, tanpa ketulusan adik kamu, enggak mungkin kamu melihat lagi” ucap bu Lusi yang mulai habis kesabaran
“maksud mama?” tanya mutia
“mutia, tiaralah yang sudah mendonorkan matanya untuk kamu, dia rela kehilangan nyawanya asal kamu dapat melihat lagi” jawab dokter
“jadi tiara.....” ucap mutia menangis
“kamu sekarang baru sadar Tia kalau ara begitu Tulus sayang sama kamu” ucap pak bramantyo
“Araa,, ma’afkan aku” tangis mutia menyesal
“ini ada surat untuk kamu dan keluarga kamu mutia” ucap dokter memberikan secarik kertas
Dear my sister,,,
Ka Tia ma’afkan Ara yang sudah mengambil kasih sayang papa dan mama, Ara tak pernah bermaksud untuk merebut mereka dari kak Tia,
Ara senang waktu itu ara diangkat sebagai bagian dari keluarga Bramantyo, apalagi Ara tahu kalau Ara punya saudara kayak Kak Tia,
Bahkan kebahagian Ara bertambah ketika Ara benar2 anak kandung Bramantyo, itu artinya Ara adalah adik kandung kak Tia,
Itu adalah kebahagian yang Ara rindukan selama bertahun2 kak,
Tapi Ara nyesel karena Ara telah membuat Kak Tia sedih dan marah akan kehadiran Ara ditengah2 kalian,
Maka Ara memutuskan untuk pergi dari kehidupan kalian, tapi Ara merasa begitu tak tahu terima kasih kalau Ara tiba2 pergi gitu aja tanpa membalas kebaikan kak Tia dan papa sama mama,
Semoga dengan apa yang Ara lakukan untuk terakhir kalinya bisa membuat kak Tia mema’afkan Ara dan mengakui Ara adik kak Tia,
Ara akan selalu ada dihati kak Tia, papa sama mama,
Terima kasih buat kalian semua, karena telah menjadi keluarga dan memberikan kasih sayang yang selama hidup Ara begitu Ara rindukan,
Ara sayang kak Tia, papa sama mama,
Selamat tinggal,
Tiara
“Tiara adik Kak Mutia, sampai kapanpun Ara tetap adik kak Tia” ucap Mutia menangis
“terima kasih kak Tia, Ara sayank kalian” ucap Ara yang hadir ditengah2 mereka dengan berupa bayangan
Bayangan Ara tersenyum dan menghilang,,,
THE END
“ayo sayang masuk” ucap Ibu Bramantyo, Lusi
Tiara hanya tersenyum dan mengikuti langkah kedua orang tua barunya,,,
“Ara ini kamar kamu sayank” ucap bu Lusi yang menunjukan kamar untuk Tiara
“makasih bu” ucap Tiara masih canggung
“Ara kok panggil bu sih, kamu panggil kita papa sama mama” ucap pak bramantyo
“iya pa ma” ucap Tiara tersenyum
“ya udah Ara istirahat aja, nanti mama kenalkan sama saudara kamu ya” ucap bu Lusi
Tiara hanya mengangguk
Malam harinya semua tengah berkumpul dimeja makan, termasuk Tiara
“bi tolong panggilkan Mutia ya” ucap pak bramantyo
“baik tuan” ucap bibi
“Non, non Tia ditunggu ibu sama bapak dimeja makan” ucap bibi
“Iya bi, sebentar” teriak Mutia
Tak lama kemudian, seorang gadis dengan memakai baju yang tergolong sexy menuruni anak tangga dengan badan meliuk2 bak seorang model,,,
“malem ma pa” sapa Mutia mencium kedua pipi orang tuannya
“malam sayank” balas bu Lusi
“siapa dia? Kenapa dia duduk disini?” tanya mutia menatap tajam kearah Tiara
“kenalin sayank ini Tiara, disaudara baru kamu” ucap pak Bramantyo
“What? Gadis kampung ini jadi saudara Tia? Enggak salah” ucap Mutia mengejek
“Mutia jaga bicara kamu” seru pak bramantyo
“papa apa2an sih? Ngapain juga bawa gadis kampung kerumah kita” ucap Mutia sombong
“cukup Tia, dia sekarang jadi adik kamu jadi jaga bicara kamu” seru bu Lusi
“iuuhh, sorry pa gak level banget sih” ucap Mutia mengejek dan langsung pergi
“Mutia,,,Mutia” teriak pak bramantyo namun tak dihiraukan oleh Mutia
“pa ma, apa yang dikatakan kak mutia ada benarnya” ucap Tiara yang mendongakan wajahnya karena sebelumnya dia hanya menunduk
“ara hanya gadis kampung yang enggak pantas ada dirumah sebesar dan semewah ini” lanjut ara
“sayank kamu anak papa dan mama, jadi kamu pantas disini” ucap pak bramantyo mantap
***
Sudah hampir 1 bulan Tiara menyandang status anak keluarga Bramantyo..
Selama itu juga dia selalu mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari saudaranya Mutia,,,
Sikap mutia tak pernah berubah malah sikapnya terhadap Tiara semakin menjadi, meski sudah diperingatkan berkali2 oleh kedua orang tuannya tak pernah didengar oleh Mutia,,,
Seperti pagi ini, saat semua dimeja makan dan seperti biasa Mutia tak pernah mau dekat dengan Tiara,,,
“pa ma Tia berangkat dulu ya” pamit Mutia
“Tia sekalian kamu bareng sama Ara” seru pak Bramantyo
“Papa” ucap mutia protes
“udah jangan banyak protes, Ara kamu bareng tia saja kekampusnya” ucap pak bramantyo
“ara bisa berangkat sendiri kok pa, biar kak tia berangkat dulu aja” ucap Tiara manis
“bagus deh kalau loe nyadar, papa denger sendirikan dia bisa berangkat sendiri” ucap Mutia
“enggak, ara kamu bareng sama mutia” ucap pak bramantyo
“iihh ngeselin banget sih” gerutu Mutia
“ya udah yuk berangkat jangan lelet” ucap Mutia kesal
“pa ma ara berangkat ya” pamit tiara
“iya sayank, hati2” pesan bu Lusi
“udah deh ayo cepetan, lelet banget sih loe” teriak mutia dari dalam mobil
“ma’af kak” ucap ara
Saat baru beberapa menit mobil mutia berjalan tiba2 berhenti ditengah jalan,,,
“lho kok berhenti kak?” tanya Tiara heran
“gue kan sudah bilang kalau gue enggak mau bareng sama loe” ucap mutia menatap tajam ara
“so loe turun disini” bentak Mutia
Tanpa banyak jawab, akhirnya Tiara turun dari mobil Mutia,,,
Seperti itulah setiap hari yang dilakukan Mutia, berangkat dari rumah bareng pasti ujung2nya diturunkan ditengah jalan,,,
****
Suatu ketika disaat bu Lusi masuk kedalam kamar Tiara dia menemukan sebuah Liontin,,,
“Liontin ini” ucap bu Lusi tak percaya
“Papa,,, papa” teriak bu Lusi keluar dari kamar Tiara
“kenapa ma?” tanya pak Bramantyo menghampiri sang istri
“pa lihat liontin ini” ucap bu lusi memperlihatkan liontin yang ia temukan
“bukannya ini Liontin,,,,,” ucap pak bramantyo menggantungkan kata2nya
“iya pa ini Liontin Tiara anak kita yang hilang 18 tahun lalu” ucap bu Lusi
“jadi Tiara adalah Tiara kita?” tanya pak Bramantyo
Bu lusi hanya mengangguk
FLASH BACK,,,
Disuatu malam ditengah hujan yang begitu lebat, seorang wanita tengah memperjuangkan nyawa melahirkan anaknya,,,
“oek...oek...oek” suara meramaikan malam itu
“selamat bu, putri anda selamat” ucap seorang bidan sambil menggendong seorang bayi cantik
“kamu begitu cantik sayank” ucap bu Lusi
“namanya siapa putri kecil kita ini?” tanya seorang laki2 yng tak lain adalah pak bramantyo
“Tiara, Tiara Keyzha Bramantyo” ucap bu Lusi sambil mengalungkan sebuah liontin dileher sang bayi
Ditengah malam, disaat semua tengah terlelap dan disaat Bayi kecil Tiara tertidur disebuah Box baby,,, tiba2 seorang suster datang dan langsung membawanya lari,,,
Tiara kecil diletakan didepan pintu sebuah panti asuhan oleh suster tersebut,,,
Semenjak itulah Tiara harus terpisah dari keluarganya, hanya karena orang yang tak bertanggung jawab karena ingin menghancurkan kelurga Bramantyo,
Seorang suster yang menjadi suruhan salah satu saingan bisnis pak bramantyo...
***
“sayank kamu anak kandung papa dan mama” ucap bu Lusi memeluk Tiara
Saat itu pak bramantyo dan sang istri menemui tiara yang ada diruang tengah
“enggak,,, enggak mungkin” seru Mutia yang mendengar semuanya
“Tia, Ara ini adik kandung kamu yang telah hilang sayank” ucap pak Bramntyo
“enggak pa, tia enggak mau punya adik kayak dia” ucap Mutia
“ka kenapa kak tia begitu benci dengan Ara?” tanya Tiara yang mulai memberanikan dirinya
“kenapa? Loe masih tanya kenapa?” ucap Mutia marah
“loe tahu karena kehadiran loe dirumah ini papa sama mama lebih sayang sama loe” bentak Mutia
“Tia kamu ngomong apa sayank? Papa sama mama sayang sama kalian berdua” ucap bu Lusi
“kak ma’afin ara kalau emang Ara udah buat kak Tia kehilangan kasih sayang papa sama mama” ucap Ara yang akhirnya meneteskan Air matany
“halah enggak perlu deh loe nangis, gue udah benci sama loe” bentak Mutia
“Mutia cukup” bentak pak Bramantyo
“kenapa? Papa mau marah sama tia?” tanya mutia menangis
“papa sama mama berubah setelah kehadiran Tiara disini” ucap Mutia
“sayank papa sama mama enggak pernah berubah, kita tetep sayang sama Mutia” ucap bu Lusi
“papa sama mama lebih sayang Tiara dari pada Mutia” ucap Mutia dalam tangisnya
“Ka ma’afin Ara, Ara enggak bermaksud buat.....” ucap Tiara terpotong
“halah loe enggak usah sok baik didepan gue” bentak Mutia
“denger lo Tiara, sampai kapanpun gue akan benci sama loe” bentak Mutia menatap Tiara
“Mutia,,, (PLAAAK)” sbuah tamparan mendarat dipipi mulus Mutia
“papa” seru Bu Lusi
“seumur2 baru kali ini Tia ditampar oleh papa, hanya keran dia” ucap Mutia menunjuk Tiara
“Tiara adik kandung kamu Tia, apa kamu harus seperti itu” bentak pak Bramantyo
“Puas kamu Tiara? Puas kamu dibela mati2an sama papa” ucap Mutia tak terima
“kak” ucap Tiara sedih
“Cukup,,, aku bukan kaka kamu” bentak Mutia
“Mutia” seru pak bramantyo dan hendak menampar kembali Mutia
“apa pa? Papa mau nampar Tia lagi? Iya” teriak mutia
“Mutia benci sama kalian semua” ucap Mutia dan langsung berlari keluar
“mutia tunggu” teriak bu Lusi
“kak Tia” panggil Tiara mengejar Mutia
“aku benci papa, aku benci mama, aku benci kalian semua” ucap mutia sambil berlari
“kak tunggu” panggil Tiara yang masih mengejar Mutia diikuti oleh bu Lusi dan Pak Bramantyo
Saat mutia masih berlari dan menyebrang jalan, tiba2 ada sebuah mobil melintas dan,,,
“Kak Tia awaaaaassss” teriak Tiara
“aaaaaaaa” jerit Mutia dan langsung terlempar jauh
“Mutiiiaaa” teriak bu Lusi dan pak bramantyo
Tubuh mutia tergeletak dengan berlumuran darah
“kak bangun ka” ucap Tiara menangis
“sayank bangun” ucap bu Lusi
Mutia pun langsung dilarikan dirumah sakit,,,
Dengan cepat beberapa dokter dan suster menangani Mutia,,,
1jam,,,
2jam,,,
3jam,,,
4jam,,, dokter tak kunjung keluar, kedua orang tua Mutia dan juga Tiara dengan cemas menunggu didepan ruang UGD,,,
“ya Tuhan, selamatkan kak Mutia” ucap Tiara menangis
“sayank kamu yang kuat ya” ucap pak bramantyo menenangkan putri bungsunya
“pa ini salah Ara, coba Ara enggak hadir ditengah2 kalian” ucap Tiara
“sssstttt Ara anak papa, Ara enggak boleh ngomong kayak gitu” ucap pak Bramantyo
“tapi pa,,,,,” ucap Tiara terpotong
“Ara ini semua sudah kehendak Tuhan, ada hikmah dibalik musibah ini” ucap pak bramantyo
“iya sayank, Tuhan sudah menyediakan rencana yang terindah buat keluarga kita” sambung bu Lusi
Tak lama kemudian pintu UGD terbuka, seorang dokter keluarg dari UGD,,,
“dok gimana keadaan putri saya?” tanya pak bramantyo
“ma’af pak, akibat dari benturan yang dialami putri anda saat kecelakaan membuat putri anda harus BUTA” ucap dokter
“apa dok Buta” ucap Tiara tak percaya
“iya, akibat benturan yang dialaminya membuat kornea matanya rusak” jawab dokter
“dok tolong sembuhkan putri saya” ucap pak bramantyo
“ma’af pak, kebutaan putri anda bersifat permanent karena kornea matany rusak parah” jawab dokter
“apa tidak ada jalan lain dok?” tanya bu lusi
“belum kita ketehui bu, setelah putri anda sadar kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut” jelas dokter
***
“ma, pa, kok gelap” ucap Mutia saat ia tersadar
“sayank ini mama” ucap bu Lusi menangis
“ma lampunya nyalain donk, mutia enggak bisa lihat” ucap mutia ketakutan
“sayank disini terang banget, enggak gelap” ucap pak bramantyo
“tapi ini gelap pa, mutia enggak bisa lihat” seru mutia
Semua hanya terdiam sambil menangis melihat nasib mutia
“pa ma jangan bilang kalau mutia buta” tangis mutia
“sayank kamu akan sembuh” ucap bu Lusi
“enggak,,, mutia enggak mau buta pa ma” teriak mutia
Tiara yang sedari tadi diam melihat sang kaka histeris memutuskan untk keluar,,,
“Ya Tuhan, kenapa ini harus terjadi dengan kak Mutia” seru Tiara terduduk didepan pintu
“ampuni kesalahan kakak hamba, jangan biarkan dia menderita dalam kegelapan” tangis tiara
Hari ini telah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut atas kondisi mata Mutia,,,
“dok bagaimana keadaan anak saya? Dia masih bisa sembuhkan?” tanya pak bramantyo saat bertemu dengan dokter
“seperti yang pernah saya katakan dari pertama pak, kebutaan ini bersifat permanent karena kerusakan kornea mata putri anda” jelas dokter
“apa tidak ada jalan lain?” tanya oak bramantyo
“hanya ada 1 jalan pak untuk mengembalikan penglihatan putri anda” jawab dokter
“apa itu dok?” tanya pak bramantyo
“dengan operasi pencangkokan kornea mata” ucap dokter
“lakukan apapun dok untuk menyelamatkan putri saya” ucap pak bramantyo
“ini yang sulit pak, tidak sembarang kornea mata yang dapat didonorkan” ucap dokter
“terus?” tanya pak bramantyo
“kornea mata yang benar2 cocok pak, apalagi kerusakan yang dialami oleh putri anda begitu parah jadi sangat berbahaya jika kita sedikit saja salah memilih kornea mata” jelas dokter
Pak bramantyo kembali keruangan Mutia dan menjelaskan semuanya apa yang terjadi,
“pa tia enggak mau buta” tangis mutia
“iya sayank, papa janji papa akan berusaha untuk mencari donor mata buat kamu” ucap pak bramantyo
Tiara yang mendengarnya langsung keluar dan langsung menuju ruangan dokter yang menangani Mutia,,,
“dok, saya mau mendonorkan mata saya untuk kaka saya” ucap tiara saat bertemu dengan sang dokter
“dek, yang dapat mendonorkan kornea mata itu hanya orang2 yang sudah meninggal atau orang2 yang sudah dalam kondisi akhir” ucap dokter
“dok saya mohon, saya bersedia” ucap tiara kekeh
“ma’af kami enggak bisa, itu sangat berbahaya buat nyawa kamu” ucap tiara
“saya mohon dok, saya rela nyawa saya harus jadi taruhannya, asal kaka saya bisa melihat” ucap tiara
Setelah berdebat cukup lama, dengan berat hati dokter menuruti keinginan tiara,,,
“lebih baik kamu fikirkan kembali keputusan kamu” ucap dokter
“saya sudah yakin dok” ucap tiara mantap
“oke kapan kamu siapa melakukan pemeriksaan?” tanya dokter
“sekarang dok” ucap tiara
“begitu mulia hati gadis ini, dia rela nyawanya menjadi taruhan demi sang kakak” ucap dokter dalam hati
Akhirnya hari itu Tiara mengikuti serangkaian pemeriksaan, dan hasilnya positif,,,
Keesokan harinya operasipun dilakukan, kedua orang tua Mutia dan Tiara masih belum tahu kalau Tiaralah yang mendonorkan matanya,,,
“pa, Tiara kemana ya?” tanya bu lusi saat tengah berdiri didepan ruang operasi
“iya2 ma, papa belum lihat tiara” jawab pak bramantyo
Merekapun dibuat cemas dua kali lipat,,,
Setelah beberapa jam operasi akhirnya selesai,,,
Mutia langsung dipindahkan keruang VVIP untuk pemulihan,
“pak bu ada yang mau saya bicarakan” ucap dokter saat didalam ruangan VVIP
“ada apa dok?” tanya pak bramantyo
“bisakah anda berdua ikut saya?” ucap dokter
Akhirnya Pak Bramantyo dan bu Lusi mengikuti langkah sang dokter,,,
“mau apa dok kita kesini?” tanya pak bramantyo saat mereka berhenti didepan ruang mayat
“mari pak masuk” ajak dokter
Dengan rasa bingung dan penasaran akhirnya mereka masuk kedalam,,,
“ini siapa dok?” tanya bu Lusi saat dokter berhenti didepan sebuah mayat tertutup kain putih
Dokter perlahan membuka kain tersebut dan betapa terkejutnya pak bramantyo dan bu Lusi saat melihat mayat tersebut adalah putri bungsungnya Tiara,,,
“Tiaraa” teriak bu Lusi
“tiara bangun sayang, jangan tinggalin mama” ucap bu Lusi histeris
“dok apa yang sebenarnya terjadi?” tanya pak bramantyo
“kenapa putri saya bisa seperti ini?” lanjut pak bramantyo
Dokterpun menceritakan semuanya dan menjelaskan apa yang yang telah terjadi,,,
Ya disaat operasi tengah berjalan, tiba2 kondisi Tiara menurun dan akhirnya Tiara harus menghembuskan nafas terakhirnya saat operasi berlangsung,,,
“enggak, tiara bangun sayank” tangis bu Lusi menangisi putri bungsunya
***
Hari ini pemakaman Tiara dilakukan, Mutia masih belum tahu siapa pendonor untuknya,,,
Tangis haru masih dirasakan oleh keluarga Bramantyo, begitu juga keluarga Tiara dipanti,,,
Semua ikut sedih dengan apa yang telah terjadi,,,
Hari ini tepat 3 hari sudah pasca operasi, dan hari ini perban yang menutupi mata mutia akan dibuka,,,
Perlahan namun pasti, perban tersebut terbuka,,,
“buka mata kamu perlahan2” ucap dokter
Perlahan dan perlahan akhirnya mata Mutia terbuka, dilihatnya kiri kanan,,,
“ma pa, mutia bisa lihat lagi” ucap Mutia senang
“Terima kasih Tuhan, kau telah mengembalikan penglihatan putri hamba” saru pak bramantyo
Saat Mutia tengah berbahagia, mutia melihat wajah kedua orang tuannya yang masih memancarkan kesedihan
“pa ma, papa sama mama kok kayak enggak seneng gitu Mutia bisa lihat lagi” ucap Mutia
“enggak sayank, papa sama mama seneng Mutia bisa melihat lagi” ucap pak Bramantyo
“pa mutia tahu kalau papa enggak seneng, kenapa pa? Apa papa sama mama udah enggak sayang lagi sama Mutia?” ucap Mutia
“sayang papa sama mama sayang banget sama Mutia” ucap bu Lusi
“terus kenapa?” ucap Mutia melihat sekitarnya
“apa karena Tiara enggak ada? “ ucap Mutia yang memang dia tak melihat tiara
Semuanya hanya terdiam
“jawab, papa sama mama lebih sayang sama Tiara” seru mutia
“cukup Tia, jangan kamu bicara yang enggak2 tantang adik kamu” ucap pak bramantyo
“kenapa? Sampai kapan papa akan membanggakan gadis itu” ucap mutia marah
“sampai papa menyusul Ara, papa akan tetap bengga dengan dia” ucap pak bramantyo menangis
“mutia, seharusnya kamu berterima kasih sama adik kamu” sahut dokter
“kenapa sih semua harus Tiara2 dan Tiara” ucap mutia kesal
“Cukup Tia, tanpa ketulusan adik kamu, enggak mungkin kamu melihat lagi” ucap bu Lusi yang mulai habis kesabaran
“maksud mama?” tanya mutia
“mutia, tiaralah yang sudah mendonorkan matanya untuk kamu, dia rela kehilangan nyawanya asal kamu dapat melihat lagi” jawab dokter
“jadi tiara.....” ucap mutia menangis
“kamu sekarang baru sadar Tia kalau ara begitu Tulus sayang sama kamu” ucap pak bramantyo
“Araa,, ma’afkan aku” tangis mutia menyesal
“ini ada surat untuk kamu dan keluarga kamu mutia” ucap dokter memberikan secarik kertas
Dear my sister,,,
Ka Tia ma’afkan Ara yang sudah mengambil kasih sayang papa dan mama, Ara tak pernah bermaksud untuk merebut mereka dari kak Tia,
Ara senang waktu itu ara diangkat sebagai bagian dari keluarga Bramantyo, apalagi Ara tahu kalau Ara punya saudara kayak Kak Tia,
Bahkan kebahagian Ara bertambah ketika Ara benar2 anak kandung Bramantyo, itu artinya Ara adalah adik kandung kak Tia,
Itu adalah kebahagian yang Ara rindukan selama bertahun2 kak,
Tapi Ara nyesel karena Ara telah membuat Kak Tia sedih dan marah akan kehadiran Ara ditengah2 kalian,
Maka Ara memutuskan untuk pergi dari kehidupan kalian, tapi Ara merasa begitu tak tahu terima kasih kalau Ara tiba2 pergi gitu aja tanpa membalas kebaikan kak Tia dan papa sama mama,
Semoga dengan apa yang Ara lakukan untuk terakhir kalinya bisa membuat kak Tia mema’afkan Ara dan mengakui Ara adik kak Tia,
Ara akan selalu ada dihati kak Tia, papa sama mama,
Terima kasih buat kalian semua, karena telah menjadi keluarga dan memberikan kasih sayang yang selama hidup Ara begitu Ara rindukan,
Ara sayang kak Tia, papa sama mama,
Selamat tinggal,
Tiara
“Tiara adik Kak Mutia, sampai kapanpun Ara tetap adik kak Tia” ucap Mutia menangis
“terima kasih kak Tia, Ara sayank kalian” ucap Ara yang hadir ditengah2 mereka dengan berupa bayangan
Bayangan Ara tersenyum dan menghilang,,,
THE END
PROFIL PENULIS
Nama : Novi ratnasari
Tgl lahir : 28-Maret-1996
Alamat fb : facebook.com/noviansgloria.victorya
Tgl lahir : 28-Maret-1996
Alamat fb : facebook.com/noviansgloria.victorya