KENRICO
Karya Diangga
“Ken. Gue sama sayang lo!”
“Serius ?”
“Iya Ken. Gue udah suka sama lo tuh dari dulu. Gue sayang sama lo ken.”
“Hahaha.... Serius amat lo jawabnya. Santai aja kali, gue suka sama acting lo yang ini. Dalem artinya.”
1 Tahun kemudian ,
Tahun lalu Kenrico menolak ku dengan sadis. Dan sejak itu aku sadar gag akan lagi menyatakan cinta ke kenrico. Bodoh banget aku bisa bertindak senekat itu nembak Kenrico. Jelas banget kalo bakalan di tolak. Benar-benar bodoh..
Sebenernya kenrico itu gag ada bagus-bagus nya. Cakep juga enggak, yang ada dia itu bodoh,pemalas, dan kumel dengan kacamatanya. Tapi itu yang menurut ku keren dari seorang Kenrico, dengan semua kebodohannya. Aku sudah kenal Kenrico sejak 3 tahun yang lalu. Saat pertama kali Kenrico baru pindah dari Pekan Baru dan tinggal di sebalah rumah ku. Kenrico itu sesuatu banget, sesuatu yang gag bisa di jelasin dengan kata-kata. Tapi sudah tiga tahun aku suka sama dia, tetap saja dia gag pernah sadar. Huhh..
“Van, ayo berngkat. Ntar telat”, sapa januar pada ku.
“eh iya Nu,”
“lagian lo pagi-pagi udah ngelamun. Pasti lo mikirin Kenrico.”
“enggak. Lo ah asal nebak aja”, sanggah ku pada nya.
“Wajah lo tuh gag bisa bo’ong. Mau ngeles kayak bajai juga tetep aja keliatan”
“ih rese ya lu Nu.”
“Udah deh Van, lupain Kenrico. Masih banyak cowok lain di luar sana.”
“Apa an sih lu. Udah nyetir aja sana,”
“Serius ?”
“Iya Ken. Gue udah suka sama lo tuh dari dulu. Gue sayang sama lo ken.”
“Hahaha.... Serius amat lo jawabnya. Santai aja kali, gue suka sama acting lo yang ini. Dalem artinya.”
1 Tahun kemudian ,
Tahun lalu Kenrico menolak ku dengan sadis. Dan sejak itu aku sadar gag akan lagi menyatakan cinta ke kenrico. Bodoh banget aku bisa bertindak senekat itu nembak Kenrico. Jelas banget kalo bakalan di tolak. Benar-benar bodoh..
Sebenernya kenrico itu gag ada bagus-bagus nya. Cakep juga enggak, yang ada dia itu bodoh,pemalas, dan kumel dengan kacamatanya. Tapi itu yang menurut ku keren dari seorang Kenrico, dengan semua kebodohannya. Aku sudah kenal Kenrico sejak 3 tahun yang lalu. Saat pertama kali Kenrico baru pindah dari Pekan Baru dan tinggal di sebalah rumah ku. Kenrico itu sesuatu banget, sesuatu yang gag bisa di jelasin dengan kata-kata. Tapi sudah tiga tahun aku suka sama dia, tetap saja dia gag pernah sadar. Huhh..
“Van, ayo berngkat. Ntar telat”, sapa januar pada ku.
“eh iya Nu,”
“lagian lo pagi-pagi udah ngelamun. Pasti lo mikirin Kenrico.”
“enggak. Lo ah asal nebak aja”, sanggah ku pada nya.
“Wajah lo tuh gag bisa bo’ong. Mau ngeles kayak bajai juga tetep aja keliatan”
“ih rese ya lu Nu.”
“Udah deh Van, lupain Kenrico. Masih banyak cowok lain di luar sana.”
“Apa an sih lu. Udah nyetir aja sana,”
-Sekolah-
Kelas ku masih sepi, sialan si Januar bilangnya udah telat padahal berangkat nya kepagian. Alasan Januar aja biar bisa pacaran sama Niken pagi-pagi. Aku berjalan menuju kantin dan tidak sengaja bertemu Kenrico. Dia sedang duduk di depan kelas nya sambil membaca buku.
“Hei Ken.” Sapa ku padanya
“Eh, lu Van. Tumben pagi-pagi udah berangkat.”
“Iya kepagian nih. Lo sendiri tumben dateng pagi. Biasanya juga ngaret.”
“Hari ini jam pertama ada akutansi. Gue gag boleh telat. Lagian gue juga belum sarapan, haha.. gag lucu ya ?”
Kenrico bodoh, ngapain lagi dia ngomong yang gag jelas kaya gini.
“Sorry ya, gue gag nyambung.” Ucap kenrico pada ku.
Aku hanya tersenyam kaku, antara ilfil atau senang bisa ngobrol sama Kenrico untuk saat ini masih belum jelas. Akhirnya aku pergi sarapan bersamanya. Kenrico bercerita panjang lebar dengan cerianya. Dan aku hanya tersenyum mendengar sejuta ke tidak jelasanya. Cukup ngobrol bersamanya saja sudah membuat ku senang. Walaupun aku harus menahan semua ketidak nyambungan obrolan ku dengan nya.
Bel pulang seolah pun berbunyi, aku sedang menunggu Januar di depan gerbang. 10 menit aku menunggu namun Januar belum juga terlihat. Dan sebuah pesan singkat dari handphone ku cukup menyentakan ku. “Van. Sorry ya gue pulang duluan. Gue harus nganterin Niken pulang. Gua tau lo pengertiaan , sorry ya.”. Seperti bom atom yang siap meledak , bingung , panik , dan gag tau harus gimana lagi, karna hanya Januar satu-satunya transportasi ku. Tiba-tiba saja Kenrico datang bak dewa penyelamat.
“Sendirian aja Van ?”, tanya nya pada ku.
“Iya nih, gue di tinggal Januar pulang duluan.”
“Bareng gua aja, lagian rumah lo sama rumah gue kan sebelahan.”
“Gimana ya, boleh deh”
Aku dan Kenrico pulang dengan motor antiknya. Di gonceng oleh seorang Kenrico menerpa keramaian di jalanan, bak putri Diana dan pangeran Charless yang berjalan di karpet merah. Semua mate tertuju pada kami,entah pandangan menganggumkanatau pandangan ilfil. Sewot aja yang penting pulang bareng dengan Kenrico seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Tiba-tiba saja suara dari Kenrico membuyarkan semua imajinasi ku.
“Van. Udah nyampek”
“Makasih ya ken udah nganterin gue pulang. Masuk dulu yuk”
“Gag usah deh Van. Salam buat mamah dan papah lo aja ya.”
Begitu saja Kenrico pergi meninggalkan ku. Aku berlari menuju kamar, aku meloncat-loncat di atas kasur. Senang gembira seperti anak kecil yang baru saja di belikan mainan. Seharian bersama Kenrico benar-benar seperti mimpi. Hal yang sudah sangat lama aku dambakan.
-Malam hari-
Semua perlengkapan sudah selesai. Setelah lama memilih, akhirnya ku putuskan untuk mengenakan gaun berwarna pink dengan high glass berwarna pink juga. Make up juga udah selesai, hari ini aku haru tampil cntik di depan Kenrico. Karena malam ini malam paling special dari semua malam yang pernah ada. Malam ini malam promnight, malam yang selalu di rayakan setahun sekali. Thema promnight malam ini ialah castil. So semua siswa wajib mengenakan gaun dan jas.
TIN-TIN.. mobil Januar sudah ada di depan. Aku dengan sigapnya berjalan ke depan. Malam ini Januar terlihat tampan dengan jas abu-abunya. Yang di padukan dengan style rambut ala k-pop. Seperti boy band yang ada di korea.
“Cantik banget lo hari ini. Speakless gue.” Sindir Januar pada ku.
“Ah, lebay lo Janu.”
“Vanila Vanila, harusnya dari dulu lo dandan kaya beini. Pasti si Kenrico udah klepek-klepek sama lo”
“Jadi maksud lo selama ini gue gag cantik gitu ?”
“Yah.. salah kan gue ngomong.”
Kami ber dua tertawa terbahak-bahak di dalam mobil. Kami meluncur ke sekolah dengan riang. Ternyata di sekolah sudah ramai, setelah Januar memakirjan mobilnya aku langung bergabung dengan teman yang lain. Semua sudah mulai menentukan pasangan dansanya sendiri-sendiri. Tapi tidak dengan ku, aku masih sibuk mencari Kenrico. Tiba-tiba saja suara Kenrico dari belakang menyentakan ku.
“Vanila” sapanya pada ku
“Eh lo Ken.”
“Lo udah punya passangan dansa belum?” tanya nya pada ku.
Aku tersentak mendengar pertanyaan nya.
“Gimana Van ?” tanyanya kembali pada ku
“Belum Ken. Gue juga lagi bingung nyari pasangan dansa nih”
“Sama gue aja. Mau gag?”,
berdebar-debar jantung ku mendengar ajakan Kenrico. Walaupun Kenrico mengajaknya tidak seperti yang ku harapan. Dia akan merunduk dan menggenggam tangan ku sambil berkata Maukah kamu jadi pasangan dansa ku?. Upss.. sorry bahasnya agak lebay. Hehe!!
“Iya gue mau.” Jawabku dengan sok manis.
Acara pun di mulai, musik mulai di putar, semua yang ada di ruangan mulai berdansa dengan pasangannya sendiri-sendiri. Kenrico menggenggam tangan ku, dan melingkarkan tangannya di punggung ku. Jantung ku berdebar-debar bisa berada di sisi Kenrico.
“Van, gue boleh ngomong sesuatu gag?”, tannya pada ku
“iya ngomong aja.”
“Lo tau gag. Sebenernya.. emh..”
“Apa Ken ?”
“Gue suka sama lo Van. Gue sayang sama lo.”
“LO nembak gue Ken ?”
“Menurut lo ?”
“Kenapa gag ngomong dari dulu?”
“Gue malu mau ngomong ke lo Van. Baru sekarang aja gue bisa ngungkapin perasaan gue ke lo. Lo mau gag jadi cewek gue?”
Apa??? Syok aku mendengarnya. Kenrico nembak aku, seperti mimpi yang ribuan tahun aku harapkan akan terkabul.
“Iya gue mau. Tapi, tunggu dulu deh. Kalo lo suka sama gue dari dulu kenapa waktu gue nembak lo , lo gag ngerespon?”
“Kapan lo nembak gue?” tannya nya bingung
“3 tahun yang lalu di aula sekolah”
“HA,, Waktu itu lo nembak gue? Jadi lo nembak gue Van? Gue kira lo lagi latihan drama buat perpisahan smp. Hahaha.. sorry gue gag tau”
Ternyata selama ini aku salah mengira. Aku kira Kenrico menolak ku, ternyata dia tidak mengerti kalau aku sedang mengungkapkan peasaan ku padanya. Huahhh.. dasar Kenrico bodoh. Yang penting hari ini aku resmi berpacaran dengan Kenrico.
Kelas ku masih sepi, sialan si Januar bilangnya udah telat padahal berangkat nya kepagian. Alasan Januar aja biar bisa pacaran sama Niken pagi-pagi. Aku berjalan menuju kantin dan tidak sengaja bertemu Kenrico. Dia sedang duduk di depan kelas nya sambil membaca buku.
“Hei Ken.” Sapa ku padanya
“Eh, lu Van. Tumben pagi-pagi udah berangkat.”
“Iya kepagian nih. Lo sendiri tumben dateng pagi. Biasanya juga ngaret.”
“Hari ini jam pertama ada akutansi. Gue gag boleh telat. Lagian gue juga belum sarapan, haha.. gag lucu ya ?”
Kenrico bodoh, ngapain lagi dia ngomong yang gag jelas kaya gini.
“Sorry ya, gue gag nyambung.” Ucap kenrico pada ku.
Aku hanya tersenyam kaku, antara ilfil atau senang bisa ngobrol sama Kenrico untuk saat ini masih belum jelas. Akhirnya aku pergi sarapan bersamanya. Kenrico bercerita panjang lebar dengan cerianya. Dan aku hanya tersenyum mendengar sejuta ke tidak jelasanya. Cukup ngobrol bersamanya saja sudah membuat ku senang. Walaupun aku harus menahan semua ketidak nyambungan obrolan ku dengan nya.
Bel pulang seolah pun berbunyi, aku sedang menunggu Januar di depan gerbang. 10 menit aku menunggu namun Januar belum juga terlihat. Dan sebuah pesan singkat dari handphone ku cukup menyentakan ku. “Van. Sorry ya gue pulang duluan. Gue harus nganterin Niken pulang. Gua tau lo pengertiaan , sorry ya.”. Seperti bom atom yang siap meledak , bingung , panik , dan gag tau harus gimana lagi, karna hanya Januar satu-satunya transportasi ku. Tiba-tiba saja Kenrico datang bak dewa penyelamat.
“Sendirian aja Van ?”, tanya nya pada ku.
“Iya nih, gue di tinggal Januar pulang duluan.”
“Bareng gua aja, lagian rumah lo sama rumah gue kan sebelahan.”
“Gimana ya, boleh deh”
Aku dan Kenrico pulang dengan motor antiknya. Di gonceng oleh seorang Kenrico menerpa keramaian di jalanan, bak putri Diana dan pangeran Charless yang berjalan di karpet merah. Semua mate tertuju pada kami,entah pandangan menganggumkanatau pandangan ilfil. Sewot aja yang penting pulang bareng dengan Kenrico seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Tiba-tiba saja suara dari Kenrico membuyarkan semua imajinasi ku.
“Van. Udah nyampek”
“Makasih ya ken udah nganterin gue pulang. Masuk dulu yuk”
“Gag usah deh Van. Salam buat mamah dan papah lo aja ya.”
Begitu saja Kenrico pergi meninggalkan ku. Aku berlari menuju kamar, aku meloncat-loncat di atas kasur. Senang gembira seperti anak kecil yang baru saja di belikan mainan. Seharian bersama Kenrico benar-benar seperti mimpi. Hal yang sudah sangat lama aku dambakan.
-Malam hari-
Semua perlengkapan sudah selesai. Setelah lama memilih, akhirnya ku putuskan untuk mengenakan gaun berwarna pink dengan high glass berwarna pink juga. Make up juga udah selesai, hari ini aku haru tampil cntik di depan Kenrico. Karena malam ini malam paling special dari semua malam yang pernah ada. Malam ini malam promnight, malam yang selalu di rayakan setahun sekali. Thema promnight malam ini ialah castil. So semua siswa wajib mengenakan gaun dan jas.
TIN-TIN.. mobil Januar sudah ada di depan. Aku dengan sigapnya berjalan ke depan. Malam ini Januar terlihat tampan dengan jas abu-abunya. Yang di padukan dengan style rambut ala k-pop. Seperti boy band yang ada di korea.
“Cantik banget lo hari ini. Speakless gue.” Sindir Januar pada ku.
“Ah, lebay lo Janu.”
“Vanila Vanila, harusnya dari dulu lo dandan kaya beini. Pasti si Kenrico udah klepek-klepek sama lo”
“Jadi maksud lo selama ini gue gag cantik gitu ?”
“Yah.. salah kan gue ngomong.”
Kami ber dua tertawa terbahak-bahak di dalam mobil. Kami meluncur ke sekolah dengan riang. Ternyata di sekolah sudah ramai, setelah Januar memakirjan mobilnya aku langung bergabung dengan teman yang lain. Semua sudah mulai menentukan pasangan dansanya sendiri-sendiri. Tapi tidak dengan ku, aku masih sibuk mencari Kenrico. Tiba-tiba saja suara Kenrico dari belakang menyentakan ku.
“Vanila” sapanya pada ku
“Eh lo Ken.”
“Lo udah punya passangan dansa belum?” tanya nya pada ku.
Aku tersentak mendengar pertanyaan nya.
“Gimana Van ?” tanyanya kembali pada ku
“Belum Ken. Gue juga lagi bingung nyari pasangan dansa nih”
“Sama gue aja. Mau gag?”,
berdebar-debar jantung ku mendengar ajakan Kenrico. Walaupun Kenrico mengajaknya tidak seperti yang ku harapan. Dia akan merunduk dan menggenggam tangan ku sambil berkata Maukah kamu jadi pasangan dansa ku?. Upss.. sorry bahasnya agak lebay. Hehe!!
“Iya gue mau.” Jawabku dengan sok manis.
Acara pun di mulai, musik mulai di putar, semua yang ada di ruangan mulai berdansa dengan pasangannya sendiri-sendiri. Kenrico menggenggam tangan ku, dan melingkarkan tangannya di punggung ku. Jantung ku berdebar-debar bisa berada di sisi Kenrico.
“Van, gue boleh ngomong sesuatu gag?”, tannya pada ku
“iya ngomong aja.”
“Lo tau gag. Sebenernya.. emh..”
“Apa Ken ?”
“Gue suka sama lo Van. Gue sayang sama lo.”
“LO nembak gue Ken ?”
“Menurut lo ?”
“Kenapa gag ngomong dari dulu?”
“Gue malu mau ngomong ke lo Van. Baru sekarang aja gue bisa ngungkapin perasaan gue ke lo. Lo mau gag jadi cewek gue?”
Apa??? Syok aku mendengarnya. Kenrico nembak aku, seperti mimpi yang ribuan tahun aku harapkan akan terkabul.
“Iya gue mau. Tapi, tunggu dulu deh. Kalo lo suka sama gue dari dulu kenapa waktu gue nembak lo , lo gag ngerespon?”
“Kapan lo nembak gue?” tannya nya bingung
“3 tahun yang lalu di aula sekolah”
“HA,, Waktu itu lo nembak gue? Jadi lo nembak gue Van? Gue kira lo lagi latihan drama buat perpisahan smp. Hahaha.. sorry gue gag tau”
Ternyata selama ini aku salah mengira. Aku kira Kenrico menolak ku, ternyata dia tidak mengerti kalau aku sedang mengungkapkan peasaan ku padanya. Huahhh.. dasar Kenrico bodoh. Yang penting hari ini aku resmi berpacaran dengan Kenrico.
Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.