Copet Dicocet - Cerpen Remaja

COPET DICOCET
Karya Jane Marsha

Terik matahari tidak menghalangi Jingga memuluskan niatnya. Dia terus berlari mengejar metro mini yang baru saja bergerak melewati halte. Berhasil. Seperti sudah terbiasa melakukan hal ini,dengan cepatnya gadis 19 tahun itu menyusup kedalam metromini.
Keadaan didalam metro mini semakin mendukung niat Jingga. Kursi yang penuh,banyak orang berdiri berdesaka,membuat panas siang itu semakin menyengat,sehingga tidak akan ada yang menyadari niat bulus Jingga.

Target pertama. Seorang bapak yang berdiri persis didepannya mengenakan kemeja panjang,celana kain dan sepatu pantofel. Sasaran yang pas. Pikir Jingga.
Setelah itu, hanya dengan beberapa tipu gerakan, Jingga berhasil mendapat 2 dompet sekaligus.
+++

Kedua dompet yang berhasil didapatnya beberapa jam lalu,dibuka satu persatu. “Seratus,dua ratus,tiga ratus,tiga ratus lima puluh. “ Ucap Jingga sambil menghitung beberapa lembaran biru didalam dompet itu. “Lumayan !“ Lanjut Jingga menutup dompet pertama. “Apaan nih isinya Cuma dua puluh ribu! Gak ada ATM nya pula. Cuma KTP sama kartu mahasiswa“ gerutu Jingga kesal. Ia memasukka dua dompet itu kedalam tas selempang kecil yang selalu dibawanya. Dalam tas yang sama,sudah terdapat 5 dompet lain,hasil kerja Jingga. “Nah! Gak bisa kabur lagi lo sekarang. Cepet bayar utang lo !“ bentak seorang pria bertubuh besar yang tiba-tiba muncul dihadapan Jingga,didampingi 2 jongos yang tak kalah besar dibelakangnya. Jingga mengeluarkan 2 lembar uang lima puluh ribu dari dalam kantong celananya. Dengan santai,jingga menyerahkan uang itu pada Ibhe si preman sekaligus rentenir. “Apaan nih?utang lo itu satu juta lima ratus ribu belum termasuk bunga. Ini seperempatnya aja gak nyampe ! “ bentak Ibhe lebih keras lalu memukul meja kayu disamping Jingga. Jingga tersentak.

“Gue pasti lunasin bang tapi gak sekarang! Segitu aja udah syukur gue bisa bayar.. NYICIL BANG NYICIL..” Jingga menekan kata-kata pada kalimat terakhir. Sebenar nya jingga bisa saja membayar hutangnya sekarang,tapi masih banyak kebutuhan penting yang harus dipenuhi. “Sampe kapan lo mau nyicil ha ?sampe Jakarta berhenti macet ? gak bakal !!“ “Udah abisin aja bos“ si jongos yang berkulit hitam pekat semakin menyudutkan jingga. Ibhe terlihat berpikir. Padahal dari tampangnya yang preman-pasar banget,sangat gak cocok seorang ibhe bisa berpikir. Itu juga menurut Jingga. “Gue kasih lo waktu 1 minggu lagi dan setengah dari semua utang lo beserta bunganya udah harus lo bayar. Ngerti ? “ ibhe mendekatkan wajahnya hingga tepat berada didepan jingga. “Iye bang ngerti. Lo munduran dong bang gue ngeri liat muka lo “ Jawab Jingga dengan polosnya disambut tawa kedua jongos ibhe dibelakang. “Diem lu !“ bentak Ibhe pada kedua orang dibelakangnya. Sontak,kedua jongos itu langsung diam. Ketiga preman pasar itu berjalan meninggalkan Jingga. Jingga menarik napas lega.
+++

Rumah kardus di kawasan pinggiran Jakarta,menjadi istana bagi Jingga dan adik-adik yang tinggal bersamanya. Kebakaran yang menimpa panti asuhan tempat mereka tinggal,membuat Jingga harus menghidupi sendiri anak-anak yang selamat dari kebakaran karena semua pengasuh ikut terbakar api.
“Kak Jingga kata bu guru,aku harus bayar buku besok.. “ gerutu Mira yang langsung menghampiri jingga saat melihatnya dari kejauhan. “Aku udah nunggak uang sekolah 2 bulan kak “ sahut Tina. “Aku juga kak.. “ lanjut Rino yang semakin menyudutkan Jingga. 

Jingga menarik napas dalam. Ia mengeluarkan beberapa lembar lima puluh ribuan dan memberikan kepada mereka. Uang satu juta yang berhasil didapatnya hari ini,hanya tersisa tiga puluh ribu rupiah. “Kak jingga,aku belum bayar LKS.. “ ucap Sifa yang baru bergabung dengan beberapa anak lain. Setelah itu,hampir semua dari mereka datang menyudutkan Jingga dengan hal yang sama. Kalau saja dia tidak membayar hutang pada Ibhe tadi,dia bisa membantu adik-adiknya ini. “ tenang ya,kakak cari uang dulu sebentar nanti kakak kesini lagi bawa uang. Sekarang kalian belajar aja biar pinter.. “ ucap jingga lembut lalu tersenyum pada mereka. “ gimana kalau kita ngamen aja?biar bisa bantu kak Jingga.. “ Rino memberi usul. “ gak boleh. Kalian gak boleh ada yang kerja. Kalian harus belajar. Biar kak Jingga aja yang kerja “ sahut Jingga tegas. Semua diam. Selama ini mereka memang tidak mengetahui apa pekerjaan jingga,mereka tidak tau kalau selama ini,jingga menjadi pencopet yang pro. Dari manapun uang yang ia dapat Jingga tidak peduli,yang penting semua adik-adiknya bisa bersekolah dan kelak menjadi orang sukses,tidak seperti dirinya.
+++

Halte bus yang biasa menjadi tempat Jingga melakukan pekerjaannya,sore ini terlihat ramai. Banyak orang berdiri menunggu bus ada juga yang tertidur di senderan tiang tempat duduk memanjang itu. Seorang wanita muda yang dari penampilannya seperti wanita kantoran,menarik perhatian Jingga. Ia merapikan topi yang melekat dikepalanya lalu berjalan pelan mendekat wanita itu. Diantara banyaknya orang,Jingga berhasil berdiri disamping tas wanita muda itu yang digantungkan pada tangannya. Hanya dengan berpura-pura seperti terdorong orang disamping,Jingga berhasil memasukkan tanganya kedalam tas itu. Tidak perlu meraba lama,benda yang dicari sudah didapat. Sebelum wanita itu menyadari,jingga berlari cepat menjauhi halte. “ toloooooong,dompet saya…..” terdengar teriakan keras dari dalam halte. Jingga yang masih belum jauh dari tempat itu,bisa mendengar jelas teriakan itu. Ia menambah kecepatan larinya. Saat jingga menoleh kebelakang,beberapa orang sudah berlari mengejarnya. Sudah terbiasa dengan hal ini,jingga berlari lebih cepat. 

Tapi ternyata,orang-orang yang mengejar jingga itu mengejar jingga lebih cepat sehingga jarak mereka sudah tidak terlalu jauh. Karena bingung,Jingga berbelok kekanan dan melihat gerobak sampah diujung gang. Jingga segera melompatkan dirinya kedalam gerobak yang ternyata penuh dengan sampah. Kerumunan orang yang mengejar Jingga berlari lurus melewati tempat persembunyian jingga. Selamat. Jingga mengelus-ngelus dadanya. “Udah aman… “ kata seorang cowok yang sedari tadi berdiri disamping gerobak sampah itu. Tapi Jingga sama sekali tidak menyadari kehadiran cowok itu. Tanpa berbasi-basi dengan,Jingga hendak meninggalkan tempat itu. “Lo sama sekali gak mau bilang makasih ? “ ucap cowok tak dikenal itu membuat langkah jingga terhenti. “ apa yang ngebuat gue harus bilang makasih sama lo ? “ tanya jingga sinis. “Jadi lo sama sekali gak nyadar siapa yang buat kerumunan orang yang ngejar lo tadi gak belok kesini ? “ Jingga terdiam. Ia sama sekali tidak sadar kalau cowok didepan ini telah membantunya. “Ooh. Yaudah makasih.. “ jawab Jingga singkat,tetap menjaga gensinya. Jingga tidak mempedulikan jawaban cowok itu.
“Lo sama sekali gak ngerasa ada yang ketinggalan ? “ tanya cowok itu lagi. Jingga sadar tas selempangnya tidak tergantung dilehernya. Jingga kembali melirik cowok itu yang sekarang telah memegang tas Jingga. Dengan cepat,Jingga mengambil tas selempangnya dari tangan sang cowok. “Nama gue Dimas dan gue tinggal di ujung gang ini.” Ucap Dimas dengan rasa percaya diri yang tinggi. Jingga membelakangi Dimas saat ia memperkenalkan dirinya. Tidak penting bagi Jingga untuk mengenal lebih jauh tentang cowok menyebalkan itu. Jingga terus berjalan keluar gang sedang Dimas tetap menatap langkah cepat Jingga dari belakang.
+++

3 hari kemudian dirumah kardus. “ Kak Jingga udah dapet duitnya ? “ Tanya Rino saat mereka sedang berkumpul didepan rumah kardus. “Udah dong.. “ Jingga merogoh tas selempangnya mencari dompet hasil copetannya beberapa hari lalu. Gak ada. Jingga mengeluarkan semua isi tasnya berharap menemukan dompet itu. Nihil. Dompet itu tidak ada. Dompet yang menjadi harapan satu-satunya agar bisa membantu adik-adiknya. “ Duitnya hilang ya kak ? “ Tanya Rino lagi. Jingga tidak menyadari pertanyaan Rino,ia teteap mencari dompet itu tapi hasilnya tetap sama. Ia yakin sekali langsung memasukkan dompet itu setelah berhasil mengambilnya. Tunggu. 

Beberapa hari lalu saat Jingga bersembunyi di gerobak sampah itu dan bertemu dengan cowok bernama Dimas,tas Jingga jatuh dan diambil oleh … Jingga yakin,pasti dompet itu diambil sama dimas-dimas itu. “Cowok sialan.. “ Gumam Jingga pelan. Jingga tidak menyangka,cowok itu juga memilik profesi yang sama dengan dirinya. Padahal dari penampilannya,Dimas terlihat seperti anak kuliahan. “ Kalian tunggu disini ya,kakak ada urusan sebentar. “ Jingga berlari cepat menuju tempat dimana ia bersembunyi beberapa hari lalu. Hanya dalam beberapa menit saja,jingga sudah berada dalam gang dan berjalan ke bagian ujung mencari cowok pencopet itu.

Tepat seperti yang dikatakan dimas,Jingga menemukan Dimas disebuah rumah kecil di ujung gang. Dimas menyadari kehadiran Jingga didepan rumahnya. “Ada yang ketinggalan mbak ? “ tanya Dimas cengengesan. Keluar 2 cowok dari dalam rumah dan berdiri diam dimuka pintu. “Gak usah banyak omong lo,balikin dompet gue ! “ perintah Jingga dengan suara keras. “Siapa Dim ? “ tanya cowok berambut gondrong yang berdiri dibelakang dimas. “ Biasa fans gue “ sahut dimas lalu tersenyum sinis pada Jingga. “Oke,gue kirain ada apaan.” Setelah itu kedua cowok itu kembali masuk kedalam rumah. “ Selain pencopet,ternyata lo juga kepedean yaa “ Kata Jingga penuh emosi “ Hahaha.. emang kenyataannya gitu sih “ Jingga semakin kesal dengan cowok didepannya ini. “ Yaudah cepetan balikin dompet gue..” “ Dompet elu? Ini yang lo bilang dompet lo ? “ Dimas memegang dompet merah hasil copetan Jingga. Jingga berusaha meraih dompet itu tapi Dimas lebih dulu menariknya. “Nama lo bukan Rismawati kan ? dan lo bukan pegawai swasta ! “ Cerca Dimas sambil melihat KTP yang diambilnya dari dalam dompet merah itu. “Bukan urusan lo!sini balikin..“ Kedua kalinya Jingga berusaha mengambil dompet itu tapi tidak berhasil. “kita sesama copet harusnya punya rasa toleransi sesama copet dong! “ lanjut Jingga. “Gue bukan copet!dan gue gak akan balikin dompet ini. Seharusnya lo bisa nyari duit dengan cara yang lebih halal “ Ucap Dimas. “Itu sama sekali bukan urusan lo. Balikin dompetnya sekarang! “ Bentak Jingga. 

Selama 3 tahun menjalani menggeluti dunia pencopetan,Jingga tidak pernah mengalami hal seburuk ini. “Mau lo sujud didepan gue pun gue gak bakal kasih dompet ini. Sekarang mending lo balik dan cari cara gimana dapet duit yang lebih halal. “ Gertak Dimas. “Gue harap ini pertemuan kita yang terakhir.“ Jingga menyerah. Toh,ia masih bisa mencari duit besok. Jingga tidak menghiraukan tiap kata yang keluar dari Dimas setelah itu. Jingga langsung pergi begitu saja tanpa berpamitan. Tanpa sepengetahuan Jingga,dimas mengikuti langkah gadis itu dari belakang,membuntutinya kemana Jingga pergi. Dimas merasa ada magnet dari cewek galak itu yang membuatnya selalu ingin tau semua tentang Jingga. Tak lama setelah itu,Jingga berhenti didepan sebuah gubuk kardus disambut banyak anak-anak kecil yang sedari tadi menunggu Jingga. Dimas mengawasi Jingga dari jauh dibalik tiang listrik. Dari jarak ini,Dimas masih bisa mendengar pecakapan mereka. Ia tidak percaya dengan penglihatannya. Bagaimana bisa dijaman sekarang ini,masih ada orang yang tinggal dalam sebuah gubuk dari kardus pula. “Gimana kak Jingga?dapet uangnya ?“ Tanya seorang anak perempuan berkepang dua. Dimas mendengar baik-baik tiap ucapan anak itu. “ Maaf ya adik-adik,kakak belum bisa kasih duitnya sekarang. Besok kakak akan kerja lebih keras lagi biar kalian bisa bayar uang sekolah dan buku. Malam ini kita gak makan lagi ya,kakka udah sama gak punya uang.. “ Jelas Jingga penuh penyesalan. Dimas sama sekali tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. Ternyata cewek galak itu melakukan tindak kriminal untuk membiayai kehidupan anak-anak kecil itu. Tapi siapa anak-anak itu sebenarnya ? pikir Dimas.
+++

Disaat yang sama,Ibhe dan kedua anak buahnya datang menghampiri Jingga. “Bayar utang sekarang” bentak ibhe. Kedua jongos dibelakang memerhatikan Jingga sangar. “Perjanjiannya kan masih minggu depan bang,sekarang gue sama sekali gak punya duit.” Jawab Jingga ketakutan. Dimas masih ditempat yang sama,memperhatikan kejadian didepannya.
“Gak bisa,udah dirubah. Lo harus bayar sekarang atau gubuk lo ini gue hancurin “ Balas Ibhe tak kalah sangar dengan kedua jongos dibelakangnya. “Gak bisa gitu dong bang,perjanjiannya kan minggu depan. Abang gak bisa batalin perjanjian gitu aja. “ emosi Jingga naik drastis. “Terus kalo gue batalin perjanjian,lo mau lapor kemana?kantor pos,pak lurah atau pak RT ? Kita gak ada perjanjian hitam diatas putih,jadi perjanjian itu bisa gue batalin semau gue. Ngerti lo ?” Belum sempat jingga membela diri,Ibhe dan kedua jongosnya sudah siap merobohkan rumah kardus Jingga dengan sekali hantaman. “Tunggu.. berapa utang dia biar gue yang bayar semuanya.” 

Semua mata menoleh ke arah datangnya suara. Dimas sudah berada diantara mereka. “Lo ngebuntutin gue ya?mau lo apa sih ? ikut campur semua urusan gue. “ Bentak Jingga pada Dimas lalu mendorong bahu dimas. Dimas tidak mempedulikan sikap Jingga. “Berapa semua utang dia ?” Dimas mengulang pertanyaannya. “gede juga nyali lo,utang dia satu juta delapan ratus udah termasuk bunga. Sanggup gak lo?” Tantang Ibhe. Tanpa berkata-kata,Dimas mengeluarkan sejumlah uang dari dalam dompetnya dan menyerahkan semua pada Ibhe. “LUNAS. Lo pergi sekarang dan jangan ganggu dia lagi” bentak dimas sambil menujuk Tingga. Tanpa diperintah,ketiga preman itu pergi meninggalkan mereka. Jingga tampak kesal dengan perbuatan dimas,ingin sekali rasanya menjabak rambut cowok sok kenal ini,tapi bagaimapun juga,Dimas telah membantunya dari jeratan preman-preman itu. “Gue tau lo mau ngomong apa,anggep aja duit tadi pinjeman dari gue,lo bisa balikin kapan aja sesuka hati lo.” Jelas Dimas seperti mengetahui isi pikiran Jingga . “Makasih. Mungkin gue bakal balikin kalau Jakarta mau buka lowongan kerja buat brandal lulusan SMA dengan NEM dibawah rata-rata kayak gue.” Jawab Jingga sambil menunduk. Cowok dihadapannya ini berhasil menaklukan Jingga hingga berkata-kata halus bukan marah-marah seperti yang dipikir Dimas.
+++

“Boleh gak gue tau,kenapa lo dan anak-anak itu bisa ada di tempat kayak gini ?” tanya Dimas
memecah keheningan antara Jingga dan dirinya.
“Singkat nya, karena kita gak punya rumah. Tapi,buat gue dan anak-anak itu, rumah kardus ini
udah seperti istana buat kita,” jelas Jingga.
Secara singkat Jingga menjelaskan tragedi yang menimpa panti asuhan Istana Kasih beberapa
tahun lalu. Kejadian itu akan selalu teringat jelas di pikiran Jingga.
“Gue gak nyangka segitu parah nya. Maafin gue ya udah bentak-bentak lo tadi. Tapi tetap aja
cara lo itu salah, nyopet itu malah nambah masalah lo.”
“Justru gue yang minta maaf sama lo. Soal itu, kalo gue udah dapat kerjaan pasti gue bakal
berhenti nyopet kok,” jawab Jingga yakin.
“Kalo itu soal gampang,gue bisa bantu cari kerjaan yang pas buat lo,” lanjut Dimas tulus dan
Jingga bisa melihat itu dari mata Dimas.
“Tapi masih ada satu lagi yang buat bingung, kenapa lo bisa baik banget sih sama gue ?padahal
Kita baru aja kenal kan ? dan lo kan tau gue pencopet,kenapa lo mau deket sama gue ? “ cerca Jingga mengeluarkan rasa penasaran nya.
“Gue rasa pertanyaan pertama dan ketiga akan terjawab setelah gue jawab pertanyaan lo yang
kedua. Mungkin lo baru kenal gue,tapi gue sudah sering ngeliat lo nyopet dan gue selalu merhatiin lo,” Dimas mengambil napas sejenak.
“Gak tau kenapa,gue malah tertarik sama lo dan gue yakin lo orang baik-baik. Ternyata
keyakinan gue itu terbukti dan yang jelas, gue makin tertarik sama lo. “ tutup Dimas lalu menundukan kepalanya setelah pengakuan tak direncakannya itu.
“APA?? Lo tertarik sama seorang pencopet ? HAHAHAAA... “ tawa Jingga mewakili ketidak
Percayaannya.
“Mau percaya atau enggak,ini pertama kali nya gue ngomong suka sama cewek. Maaf kalau
gak romantis.” Aku Dimas masih tetap menunduk.
Tawa Jingga semakin keras saat melihat perubahan di wajah Dimas. Pipi nya memerah
seperti tomat rebus. Sekarang, Jingga percaya.

PROFIL PENULIS
Jane marsha pricilia.. tapi biasa dipangggil ja-ne. Banyak yg bilang panggilan 'jen' yang rada bule itu gak cocok sama orang kayak saya hehe. Muncul di dunia tanggal 14 maret 1995. Udah punya ktp loh..
Find me on facebook by typing my full name :)

Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.
Share & Like