LIMITLESS
Karya Dewi Rosita
Detakan jarum jam menemani heningnya suasana disaat bastian sedang bertatap muka dengan ayahnya. Ini bukan kali pertama ayahnya melarang ia untuk tidak bermain sepak bola, tetapi bastian terus membantah dan keras kepala. Dia merasa bahwa inilah hidupnya, ia tidak dapat bernafas tanpa bola. Tak jarang juga bastian kabur dari rumah untuk melakukan latihan bola bersama teman-temannya.
Bastian memang berasal dari keluarga berada. Ayahnya pemilik perusahaan sukses dan ibunya seorang pengusaha butik terkenal. Ia memiliki seorang kakak lelaki bernama rizal. Tak jauh berbeda dengan ayahnya, rizal juga sangat menentang hobi bastian bermain sepak bola.
Keheningan itu semakin terasa, ayahnya sudah tidak bisa melawan sifat keras kepala dari bastian.
''usaha apapun yang papa lakuin, aku gak bakalan ninggalin bola'' ucap bastian membantah.
'plaaak' satu tamparan meluncur dari tangan ayah bastian. Kini emosinya mulai memuncak.
''papa dapat saja berbuat nekad untuk menghentikan kamu dari dunia sepak bola'' ucap ayahnya.
Bastian memang berasal dari keluarga berada. Ayahnya pemilik perusahaan sukses dan ibunya seorang pengusaha butik terkenal. Ia memiliki seorang kakak lelaki bernama rizal. Tak jauh berbeda dengan ayahnya, rizal juga sangat menentang hobi bastian bermain sepak bola.
Keheningan itu semakin terasa, ayahnya sudah tidak bisa melawan sifat keras kepala dari bastian.
''usaha apapun yang papa lakuin, aku gak bakalan ninggalin bola'' ucap bastian membantah.
'plaaak' satu tamparan meluncur dari tangan ayah bastian. Kini emosinya mulai memuncak.
''papa dapat saja berbuat nekad untuk menghentikan kamu dari dunia sepak bola'' ucap ayahnya.
Bastian hanya terdiam.
''ini dunia bastian pah, papa gak bisa ngelarang bastian buat ngelakuin ini'' bela bastian.
''berani kamu membantah papah'' bentak ayahnya.
Bastian tak berani menjawab. Ayahnya semakin berontak dan bastian tak mungkin berkata tidak.
''baik pa, kalo itu mau papah. Mulai besok, bastian bakal keluar dari club sepak bola bastian'' ucap bastian.
Ayahnya tersenyum licik mendengar perkataan bastian.
''oke kalo itu keputusan yang kamu pilih, papah akan gunain kepercayaan papa buat kamu. Papah gak mau kamu bohong lagi sama papa'' ucap ayahnya yang kemudian pergi meninggalkan ruang tengah.
Bastian hanya menghela nafas, melihat ayahnya keluar dari ruangan. Ia lalu mengeluarkan BBnya dan menghubungi teman seclub sepak bolanya.
Ayah bastian memang melarang keras anaknya bermain olah raga sepak bola. Ia berfikiran jika itu adalah olah raga yang kampungan.
***
Keesokan harinya, sepulang sekolah, bastian segera menuju ke tempat latihan sepak bola. Ia tetap keras kepala untuk melakukan olah raga itu. Ia akan berusaha menyembunyikan ini semua dari ayahnya.
''hai broo... Kok lesu sih? Ngapa loe? Galau ye?'' tanya aldi yang melihat wajah bastian nampak tak bersemangat sore itu.
Bastian hanya menggelengkan kepalanya. Ia Terus memikirkan nasibnya di club sepak bolanya ini, ia masih tidak rela jika harus meninggalkan club ini.
Pada saat latihan, bastian pun nampak tidak bersemangat. Konsentrasinya terngganggu dan pelatih bastian dapat membaca itu.
''bastian'' panggil sang pelatih.
Bastian pun segera menghadap ke pelatihnya.
''kelihatannya kamu tidak begitu serius latihan hari ini'' tanya si pelatih.
''lagi ada sedikit pikiran pak'' jawab bastian.
''hey, ini club sepak bola, jangan campurkan urusan mu didalam club ini. Ingat keseriusan yang harus kamu lakukan. Sebentar lagi kita akan ada pertandingan. Bagaimana kalo terus begini. Bisa bisa club kita kalah'' ucap pelatih yang memarahi bastian.
Bastian hanya terdiam dan tidak menjawab.
''kalo kamu sudah tidak serius sama club ini. Lebih baik kamu keluar saja'' ucap si pelatihan mengakhiri pembicaraan.
Aldi dan edo yang melihat kejadian itupun segera menghampiri bastian.
''bro. Loe lagi ada masalah ya? Cerita dong sama kita'' ucap edo, sabahat bastian.
''pelatih marahin gue, katanya gue kurang konsentrasi tadi latihannya'' jawab bastian.
''nah, itu dia bro yang gue tanyain, kenapa loe bisa gak konsentrasi?'' tanya edo.
''ya gitu deh pokoknya, eh gue balik dulu ya'' ucap bastian yang mulai membereskan barang bawaannya.
''eh bas, loe tadi udah ditunggu samacitra didepan'' ucap aldi.
''hah! Citra?'' tanya bastian terkejut.
Citra adalah wanita cantik yang sudah lama naksir sama bastian. Tapi bastian terus saja tidak dapat menerima citra.
''iya'' jawab edo singkat.
''ngapain lagi sih tu cewek'' ucap bastian kesal.
Aldi dan Edo hanya saling bertatapan dan memberikan kode bahwa mereka saling tidak tau.
Bastian pun berjalan menuju keluar studion dan menemui citra yang berdiri didepan mobilnya.
''hay bas, kamu habis latihanya?'' tanya citra sok perhatian sama bastian.
''apa sih cit, udah tau gue habis latihan, masih aja tanya tanya. Gue capek nih, ngapain loe kesini?'' tanya bastian jengkel.
''ih kok loe gitu bgt sih sama gue'' ucap citra.
Bastian pun sibuk memasukan tasnnya didalam bagasi mobilnya yang penuh dengan koleksi sepatu dan baju bolanya itu. Ia sengaja menyembunyikannya di bagasi mobilnya karena bastian tidak ingin ayahnya tahu.
Pada saat bagasi terbuka, citra melirik kearah itu.
''bas, bukannya loe udah janji sama bokaploe buat gak maen bola lagi ya?'' tanya citra.
''emangnya kenapa kalo gue maen bola, jadi masalah buat loe?'' tanya bastian sembari menutup bagasinya.
''ya gak gitu sih bas, tapi kan...'' ucap citra yang tiba-tiba dipotong oleh bastian.
''ah, udah deh, aku capek, mau pulang. Dah dulu ya'' ucap bastian yang langsung masuk kedalam mobilnya dan pergi meninggalkan citra.
Dilain sisi.
Filda cewek imut yang juga diam-diam mengagumi bastian ini keluar dari stadion. Nampaknya ia baru saja usai menonton bastian cs berlatih bola sore itu. Ia tak pernah melewatkan untuk menonton club sepak bola bastian, setiap kali ada latihan, filda pasti menontonnya. Ia selalu mengajak caca sahabatanya untuk menonton.
''hari ini, bastian kok beda ya, biasanya dia keren kok latihannya. Tp tadi kayak dia lagi ada masalah deh'' ucap filda sembari berjalan menelusuri jalanan sore itu.
''eh fil, loe gak ada bosen bosennya ya jadi penggemar rahasianya bastian. Loe kenapa gak bilang langsung aja sama bastiannya. Loe kan cantik, imut lucu. Gak mungkinkan bastian nolak loe?'' ucap caca yang terkenal cerewet itu.
''gak semudah itu ca. Bastian itu orgnya dingin. Gue takut ditolak sama dia. Yang ada ntar dia gak mau kenal lagi sama gue'' sambung filda.
''dari pada loe terus terusa kayak gini. Emangnya batin loe kuat apa nyimpen perasaan loe?'' tanya caca.
''gak usah tanya itu deh. Udah pasti sakit bgt lah'' jawab filda.
Langkah demi langkah filda tempuh bersama caca. Dan itulah yang menjadi kebiasaan caca dan filda usai menonton club bastian berlatih, mereka selalu pulang dengan berjalan kaki, karena tempat latihannya bastian tak jauh dari tempat tinggal filda.
***
Bastian membuka pintu rumahnya secara berlahan dan memnyembunyikan butiran keringatnya dari ayah dan kakaknya. Bastian pun menaiki tangga demi tangga dirumahnya untuk menuju kekamarnya yang berada dilantai dua. Dan dengan segera ia mencuci badannya.
Usai itu, bastian menuju kelantai dasar dan berniat untuk mengambil segelas air putih. Tiba-tiba rizal memanggilnya.
''bas, dari mana loe pulang jam segini?'' tanya rizal.
''ya dari sekolah lah kak'' jawab bastian gugup.
''tapi bukan dari latihan bola kan?'' tanya rizal.
''ya gak mungkinlah kak. Bastian kan udah janji buat gak maen bola lagi'' ucap bastian.
Rizal terdiam mendengar pernyataan bastian. Ia masih belum yakin jika adiknya memang benar-benar memutuskan untuk tidak bermain bola lagi.
***
Pagi hari yang cerah itu, bastian berjalan melewati lobi disekolahnya. Tetapi tiba-tiba bastian terkejut mendengar edo memanggilnya.
''bas'' panggil edo yang berlari dari arah berlawanan.
''ada apa do. Tumben loe pagi-pagi manggil gue?'' tanya bastian.
''bas, gue denger loe bakal keluar dari club sepak bola kita ya?'' tanya edo dengan nafas yang masih ngos ngosan.
Bastian kaget dengan pertanyaan edo. Mulutnya melongo dan tak mampu berkata-kata. 'tau dari mana edo soal masalah ini?'
''jawan bas'' paksa edo.
''ee..loe.!! Loe tu ada ada aja ya, mana mungkin gue keluar dari club sepak bola kita. Sepak bola itu darah gue. Gak mungkin gue hidup tanpa sepak bola. Aneh aneh aja lu dpt gosip darimana sih?'' tanya bastian.
''banyak kok yang bilang gitu'' jawab edo.
''percaya deh sama gue. Gue gak bakal ninggalain club sepak bola yang udah ngebesarin nama gue'' ucap bastian sembari menepuk pundak edo.
Bastian pun melanjutkan langkahnya menuju ke kelasnya yang berada di lantai 3 sekolah itu.
Ia menaiki tangga demi tangga disekolahnya. Dan tanpa sengaja ia berpapasan dengan filda yang kebetulan satu sekolah dengannya.
Bastian terus berjalan tanpa mempedulikan filda, karena ia tak begitu mengenal filda. Sedangkan filda menatap bastian dengan rasa penuh kekaguman. Dan filda hampir pingsan melihat bastian merapikan rambutnya yang sedikit berantakan itu.
''fil, loe ngeliatain bastian sampe gitu banget sih? Loe makin hari makin gila ya gara-gara dia'' ucap caca.
''dia cool bgt'' ucap filda tanpa mengedipkan matanya dan terus memandang bastian yang sudah mulai tak terlihat batang hidungnya.
''gila loe'' ucap caca yang langsung pergi meninggalkan filda.
---
Sepulang sekolah. Filda berjalan sendiri menuju ke perpustakaan dengan membawa setumpuk buku yang lumayan banyak.
Sedangkan dari arah berlawanan bastian sedangkan berjalan bersama edo dan aldi untuk menuju keparkiran. Mereka berencana akan latihan sepak bola sepulang sekolah ini.
''brruuukk'' suara buku itu terjatuh dari tangan filda setelah filda mengetahui gelagat bastian yang akan berjalan kearahnya.
Bastian,edo dan aldi pun panik melihat buku-buku terjatuh. Bastian segera mengambil tindakan untuk membantu filda.
''gak usah, aku bisa sendiri kok'' ucap filda dengan gugup.
Bastian hanya terdiam dan terus menata buku-buku itu.
''makanya, lain kali kalo bawa buku jangan banyak-banyak'' perintah aldi.
Bastian dan filda pun saling bertatapan. Jantung filda serasa bergetar lebih cepat dari biasanya.
''loe fildakan, yangsering nonton kita latihan?'' tanya bastian.
''ah, enggak kok'' jawab filda yang langsung pergi meninggalkan bastian dan teman-temannya.
''aneh tu cewek'' bisik edo ditelingan aldi.
Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka.
Setibanya di tempat parkir, bastian bertemu dengan citra yang sudah berdiri tak jauh dari mobilnya parkir.
''bastian sayang'' panggil citra manja.
''apaan siih'' jawab bastian dengan nada yang sedikit bosan.
''gue dateng kesini itu, khusu buat jemput kamu bas'' ucap citra.
''gue gak butuh loe jemput. Lagiankan gue udah bilang berulang kali sama loe. Gue mohon loe jangan deketin gue lagi. Gue gak ada rasa apa apa sama loe. Bosen gue liat muka loe tiap hari. Gue mohon mulai dari hari loe jangan pernah nongol lagi dihadepan gue. Please'' ucap bastian memohon kepada citra.
citrapun merasa tersingung dengan perkataan bastian kepadanya.
''kok loe ngomongnya gitu sih?'' tanya citra dengan nada serius.
Bastian hanya terdiam dan masih memasang tampangnya yang cool itu.
''liat aja ya bas. Gue bakal aduin ke papa loe, kalo loe masih maen bola'' ucap citra mengancam. Citra pun berlari pergi meninggalkan sekolah bastian.
Sedangkan edo dan aldi kaget dengan pernyataan citra.
''bas, emangnya apa efeknya citra bilang ke papa loe?'' tanya edo dengan nada yang sedikit serius.
''tau tu, udahlah, kalian jangan dengerin citra'' ucap bastian.
Dengan segera mereka menuju ke stadion karena sepertinya mereka sudah terlambat latihan.
***
Seperti biasa. Disalah satu kursi penonton, caca dan filda sudah bertengger diatasnya. Mereka sudah bersiap menonton latihan sore itu.
''kalian ini, sudah tidak serius dengan club ini? Terutama kamu bastian. Kemarin kamu gak bener latihannya. Sekarang kamu ngajak temen2 kamu buat terlambat masuk latiha. Kalo kamu sudah tidak minat di club ini. Lebih baik kamu keluar saja dari club ini'' ucap si pelatih memarahi edo, aldi dan bastian yang baru saja datang.
''tapi pak, kita telat bukan karena bastian'' ucap edo membela diri.
''tak usah banyak alasan kamu. Jangan kau bela temanmu yang salah ini'' ucap si pelatih.
''iya pak, emang mereka telat gara2 saya. Saya siap kok bapak hukum, asal bapak jangan hukum edo dan aldi'' ucap bastian.
''oke, hukuman buat kamu bastian. kamu harus teriak di tengah lapangan! aku cinta sepak bola dan aku akan janji serius menekuninya. Jika aku ingkar, aku siap keluar dari club ini'' perintah si pelatih.
''baik pak'' ucap bastian yang lalu melaksakan hukumannya tersebut. Ia segera lari menuju ketengah lapangan dan berteriak sesuai yang diperintahkan pak pelatih.
Selesai itu, bastian segera mengganti bajunya dengan kaos bola kesayangannya. Tak sengaja ia melirik mata kearah filda.
''itukan cewek yang tadi disekolah, katanya dia gak pernah liat latihan. Terus ngapain coba dia disitu'' tanya bastian dalam hatinya.
Tanda tanya besar masih bertengger di fikirannya. Dan kini ia semakin penasaran dengan si filda.
***
Sore semakin larut, caca dan filda keluar dari stadion dengan tawa riang. Tiba-tiba Mereka terkejut melihat bastian yang sudah berada dihadapannya.
''hah! Bastian'' ucap caca terkejut.
''hey'' sapa bastian dengan senyum mautnya.
Sedangkan filda berusaha menyembunyikan wajahnya.
''eh, loe yang tadi siang disekolah itu kan? Katanya loe gak pernah liat club gue latihan. Tapi ngapain kamu di studon?'' tanya bastian.
''suer, ini baru pertama kalinya gue sama caca pergi kesini. Dan kita juga gak sengaja kok kesini'' ucap filda mencari alasan.
''bukannya kita tiap hariii..''ucap caca yang tidak melanjutkan ucapannya karena kakinya diinjak oleh filda.
''caca, loe jangan ngomong yang gak gak deh. Udah mendingan kita pulang aja'' ajak filda menarik tangan caca dan mengajaknya pergi.
Filda pun beranjak pergi dengan caca.
Bola mata bastian terus memandang filda dengan tatapan mata yang dalam. Lalu sedikit senyum itu muncul dari mulut bastian.
Bastian pun kembali ke mobilnya. Tapi tak pernah disangka oleh bastian.
Tiba-tiba sekelompok preman mengkroyoknya. 5 pria berpenampilan preman dan berbadan besar mendekat kearah bastian. Salah satu dari lelaki itu membawa balok kayu yang ukurannya tidak kecil.
astian pun panik dengan keadaan itu. Ingin rasanya bastian lari dari temapt ia berdiri tapi 5preman itu sudah melingkari bastian.
''duuukkk'' suara balok kayu yang dipukulkan preman itu tepat di lutut bastian bagian kanan.
Dengan sekejab bastian terjatuh.
''siapa kalian?'' tanya bastian yang sudah terkaparduduk di aspal.
Semua lelaki itu terdiam dan terus menyerang bastian. Dan balok itu meluncur lagi tapat di tulang kering bastian bagian kanan.
Bastian tidak kuasa menahan sakit yang ada di kaki kanannya. Saat itu ia sudah tak sanggup berdiri. Salah satu preman itu pun mengelurkan serobek kain yang sudah diberi banyak parfum. Si preman itu mendekapkannya di hidung bastian. Dan tak lama kemudian bastian tak sadarkan diri.
Tak lama setelah caca dan filda melangkah. Filda merasakan seperti ada hal yang aneh.
''fil ngapain loe berhenti?'' tanya caca.
Filda pun membalikan badannya.
''perasaan gue gak enak. Balik ke studion yuk'' ajak filda menarik tangan caca.
''aduh fil, ini kita udah deket sama rumah, serius aja kita mau balik ke studion'' ucap caca mengeluh.
''please ca'' pinta filda.
''iya iya oke. Demi loe nih gue kayak gini'' jawab caca yang menuruti permintaan filda.
Mereka pun kembali ke studion. Memang di studion sudah tidak ada orang yang berlatih, tapi filda menemukan dompet bastian yang terjatuh tepat di tempat bastian dikroyok tadi.
''ih, ca, dompet siapa nih?'' tanya filda mengambil dombet bastian.
''coba deh loe buka, ntar kalo ada identitasnya baru kita balikin sama yang punya'' ucap caca.
Filda pun membuka dompet itu. Dan ia terkejut melihat foto bastian di dompet itu.
''hah! Bastian!!'' ucap caca. Mereka melongo melihatnya.
***
Malam hari dirumah bastian.
Ia masih tertidur lemas dikamarnya yang luar itu. Rizal masuk dengan berlahan membuka pintu. Ia sekedar hanya ingin melihat ke adaan adiknya.
Tak lama kemudian bastiaan terbangun. Dan melihat kakaknya yang berdiri didekat jendela kamarnya.
Berlahan bastian membuka matanya dan berkata,''kak rizal''
Rizal pun menoleh ke arah bastian. Bastian mencoba membangunkan badannya, tetapi ia tidak berhasil. Ia merasakan ada yang aneh dari kaka kanannya.
Saat itu kaki bastian tidak dapat di gerakan sama sekali.
''itu balesan buat loe, yang gak mau denger kata orang tua. mana janji loe sama papa yang katanya mau keluar dari sepak bola'' ucap rizal.
astian terdiam.
''jadi, yang ngelakuin ini smua kak rizal. Tega banget si kak, loe sama gue. Gue gak pernah ya ngelarang loe buat suka sama apa aja'' sentak bastian yang masih di atas tempat tidurnya.
''eh, anak kecil. Asal loe tau aja. Gue ogah ngeluarin duit buat bayar preman ambil kaki loe. Loe pikit bayar preman tu murah'' balas rizal.
Bastian terdiam. Ia berfikir siapa yang tega menyelakakan dia hingga seperti ini.
Rizalpun mengambil langkah keluar dari kamar bastian.
Bastian beranjak dan mencoba menginjakan kakinya di lantai. Tapi apa yang terjadi. Sarafnya seolah tak mau dijalankan. Seperti orang lumpuh yang mencoba untuk mulai berlatih berjalan. Bastian mencoba berdiri tegak dengan kakinya, tapi ia tidak berhasil. Ia terjatuh dilantai.
''aaaaaahhh'' teriak bastian jengkel. Ia pun mengamuk dan membanting handphonennya yang letaknya tak jauh dari jangkauannya.
***
Keesokan paginya.
Sudah seperti orang yang tak tau harus bagaimana. Bastian nampak seperti orang stres di kamarnya. Rambutnya acak-acakan.
''pagi anakku'' ucap papa bastian yang tiba-tiba masuk kamar bastian dengan membawa dua bodyguardnya.
Bastian pun menoleh ke arah ayahnya.
''bagaimana dengan keadaanmu bastian?'' tanya papanya.
Dan lagi-lagi bastian tidak menjawab pertanyaan papanya.
''papa harap dengan kejadian ini kamu bisa kapok maen bola. Sudah berulang kali papa peringatkan kekamu supaya tidak main bola lagi. Tapi kamu masih saja berbohong. Itulah akibatnya jika kamu berani membantah dan mem bohongi papa. Papa gak akan segan segan buat ngelakuin hal nekad supaya kamu berhenti bermain sepak bola'' ucapnya panjang lebar.
''jadi, papa yang nyuruh preman preman itu pukulin bastian'' tanya bastian.
Papanya hanya terdiam dan tersenyum kecut.
''tega papa sama bastian. Ternyata papa lebih suka bastian cacat daripada bahagia'' sentak bastian.
''plaaak'' satu tamparan di pipi bastian. Ia terdiam dan menatap tajam ayahnya.
''berani kamu bentak papa'' ucap papanya.
''mulai sekarang. Kamu tidak boleh menyimpan atribut apapun tentang bola. Foto-foto yang ada dikamar kamu ini. Baju-baju bola yang ada di lemari pakainmu semua harus di bakar'' bentak papanya.
Bastian terkejut mendengar pernyataan ayahnya. Ia tak dapat berkutik apa-apa. Kedua bodyguard papanya mencopot smua gambar yang ada di dinding bastian. Dan smua baju bola bastian di ambil ayahnya, sepatu dan semua atribut bola bastian di bakar oleh papanya hingga tak ada satupun yang tersisa.
Bastian mencoba melarang kedua bodyguard itu mengambil barang-barangnya. Tapi bastian tak dapat melangkah dan terjatuh. Air matanya menetes.
''jangan pa'' pinta bastian yang tertunduk lemah di hadapan kaki papahnya.
Ayahnya mungkin sudah tak peduli dengan bastian. Mereka pun segera pergi meninggalkan bastian.
Sedangkan disekolah.
Filda dan caca sibuk mencari bastian. Filda berencana akan mengembalikan dompet bastian yang ia temukan kemarin usai latihan.
Setelah mereka melangkah kaki dikantin. Filda dan caca menemukan aldi dan edo yang sedang asik menyantap makan siangnya itu.
''hah? Bastian? Kalian nyari bastian. Hari ini dia gak berangkat'' ucap aldi yang masih belum berhenti mengunyah baksonya.
''gak berangkat? Kenapa?'' tanya filda khawatir.
''tau! hari ini dia gak masuk tanpa keterangan'' jawab edo yang satu kelas dengan bastian.
Filda semakin khawatir dengan bastian. Perasaannya semakin tak menentu.
''emangnya mau ada urusan apa loe cari bastian?'' tanya edo.
''gue cuman.... Cuman mau ngembaliin ini doang kok'' ucap filda sembari mengulurkan tangannya yg memegang dompet bastian.
Belum sempat edo dan aldi mengambilnya, tiba-tiba salah satu murid bernama reza datang kemeja kantin edo dan aldi.
''guys, kalian tau gak kenapa bastian keluar dari sekolah?'' tanya reza.
''hah? Keluar! Aneh aneh aja lu, bastian tu hari ini cuman gak berangkat sekolah'' jawab aldi mengelak.
''iya, mana mungkin cuman bolos sehari, bastian langsung dikeluarin dari sekolah'' ucap caca yang ikut angkat bicara.
''gue serius guys. Barusan gue ketemu kepala sekolah, dan dia bilang ke gue kalo bastian mutusin buat home schooling'' jawab reza.
Edo, caca, aldi, dan filda terkejut dengan apa yang diucapkan reza.
''bentar deh, kok ada yang aneh ya'' ucap edo.
Filda pun terdiam. Seperti ia memikirkan sesuatu yang aneh di balik ini semua.
''ya udah deh, kalian tenang dulu, ntar kan kalian ada latihan bola tuh. Nah ntar kalian tanya sama batian, apa alesan dia keluar sekolah'' saran yang keluar dari mulut reza.
Mereka pun berencana akan membicarakan masalah ini sore nanti bersama bastian dan yang lainnya.
***
Sore harinya. Bastian masih terduduk di atas tempat tidurnya. Ia tak tau apa yang harus dia lakukan. Dua mangkok makanan masih rapi di atas meja kamarnya. Itu smua jatah sarapan dan makan siangnya yang hingga sore itu tidak ia makan. Smua pembantunya sudah memaksa bastian untuk makan, dan bastian selalu menolaknya, bahkan sesekali bastian menggunakan cara kasar untuk menolak ajakan pembantunya.
Sore itu, 2 orang pembantu dirumah bastian masuk kedalam kamar bastian untuk membujuk bastian.
'ada apa lagi si bi. Kan aku dah bilang. Aku gak mau makan. Mendingan bibi keluar aja deh'' bentak bastian.
Kedua pembantunya tak berani berkata. Wajahnya nampak menunduk takut.
Tak lama kemudian ayah bastian masuk kekamar bastian dengan membawa dua bodyguardnya lagi.
''bastian, mulai hari ini kamu resmi keluar dari sekolah'' ucap papanya yang sentak membuat bastian kaget. Bastian terdiam dan bibirnya melongo.
''dan mulai hari ini, kamu akan home schooling'' lanjut ayahnya.
''gak pa, bastian gak mau. Papa gak bisa dong ngatur bastian gitu. Bastian bukan boneka dan bukan burung yang selalu di kurung didalam sangkarnya'' ucap bastian.
''papa gak akan ngelakuin ini kalo kamu tetep nurut sama papa. Papa itu kecewa sama kamu. Karena kamu sudah berulang kali menipu papa. dan papa gak mau, semua itu terulang lagi. Karena papa tau kamu itu keras kepala'' ucap ayahnya.
Bastian hanya terdiam dan berkata dalam hati,
''bener pa, bastian itu keras kepala. Dan bagaimana pun juga bastian harus keluar dari rumah ini''
Dan tiba-tiba salah satu bodyguard ayahnya mendekat ke arah tempat tidur dan menyerah kursi roda untuk bastian.
''untuk masa pemulihan kamu, sementara gunakan kursi roda ini untuk menunjang semua aktifitasmu bas'' ucap papanya yang lalu pergi dengan diiringi kedua bodyguardnya.
Bastian pun menduduki kursi rodanya. Ia memutar rodanya menuju ke arah balkon rumahnya.
''hari inikan ada latihan bola. Gimana caranya gue bisa keluar, kalo kondisi gue aja kayak gini'' ucap bastian dalam hati.
Sedangkan edo dan aldi sudah ada dilapangan hijau bersama yang lainnya dan pelatihnya.
''bastian kemana?'' tanya si pelatihan.
Tak ada satupun murid yang menjawab. Edo dan aldi pun hanya menunduk.
''edo, kamu kan yg deket sama bastian. Kemana dia?'' tanya si pelatih.
''kurang tau pak. Dari tadi disekolah dia gak keliatan'' ucap edo.
Si pelatih pun hanya diam. Rasa menyesal kini menghinggap di hati pelatih. Ia menyesal karena kemarin dia memahari bastian. Ia seperti kehilangan murid terhebatnya hari itu. usai latihan.
Caca, filda dan reza yang seedari tadi duduk di bangku penonton studion pun melangkah menghampiri edo dan aldi.
''gimana? Bastian hari gak latihan?'' tanya reza.
Edo dan aldi pun hanya menggelengkan kepalanya.
Semuanya pun terdiam, tiba-tiba terlihat sosok yang nampak tidak asing dimata edo.
''kak rizal'' ucap edo sembari menunjuk kearah rizal.
''kenapa loe do?'' tanya caca.
''itu kakaknya bastian'' ucap edo.
Mendengar pernyataan edo. Filda dan yang lainnya segera berlari menuju ke arah rizal.
Filda pun memberanikan diri untuk menanyakan keadaan bastian kepada rizal. Tetapi rizal membalas pertanyaan filda dengan nada dingin.
''Bastian ada dirumah. Dia nyuruh gue kesini buat ngasih surat pengunduran diri dia dari club sepak bola ini''
''bastian keluar dari sepak bola? Gak mungkin banget deh. kemarin bastian bilang, kalo dia gak bakalan ninggalin dunia sepak bola'' ucap edo.
''itu kan kemarin, manusia bisa berubah kali'' ucap rizal angkuh.
''mulai sekarang dia benci banget sama sepak bola. Dan dia gak mau ikut club club kampungan ini lagi'' lanjutnya.
''kaka pasti bohong kan'' ucap aldi.
''terserah kalian kalo kalian gak percaya. Tapi gue cuman nyampein amanat dari bastian doang'' ucap rizal. Seletah itu rizal memutusan untuk pergi dari studion.
Edo, aldi, caca, filda dan reza masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan rizal. Akhirnya mereka memutuskan untuk menuju kerumah aldi dan membicarakan masalah bastian yang satu hari ini tidak terlihat sama sekali.
***
Tepat pukul 7. Bastian dibawa menuju kelantai dasar untuk mengikuti kelas HS.
''membosankan'' ucap bastian dalam hati setelah berhadapan dengan guru matematika malam itu.
Bastian mengacak-acak rambutnya dan mulai mengalihkan pembicaraan.
''bu, ibu gak bosan apa, ngajarin murid cuman satu orang doang. Kalo ibu jadi guru disekolah sekolah normal kan pasti enak bu. Muridnya lebih banyak, jadinya lebih seru'' ucap bastian.
''apa urusan kamu ngatur ngatur saya'' ucap guru itu sembari membetulkan letak kacamatanya.
''idih, kepo banget ya gue'' ucap bastian pelan.
Suasan hebing. Si guru yang bernama desi itu malah sibuk mengelus-elus perutnya yang sepertinya sudah hamil 9 bulan itu.
''hamil berapa bulan bu?'' tanya bastian.
''9'' jawab si guru singkat.
''hah'' ucap bastian kaget. Si guru terus sibuk dengan perutnya. Bastian pun menggunakan kesempatan untuk mengambil hanphone si guru yang berada tak jauh dari bastian. Ia segera menghubungi edo dan menyuruh dia untuk segera datang ke rumahnya.
Edo pun kaget membaca sms dari bastian.
''hah! Bastiaan nyruh kita kerumahnya?'' tanya filda.
''ia, bastian bilang kalo gue disuruh nunggu dia dia depan rumahnya'' ucap edo.
''ya udah kita kesana sekarang. Ini kesempatan kita buat ngomong sama bastian'' ucap reza yang langsung mengambil kunci mobilnya.
Dan mereka segera menuju kerumah bastian.
Setelah berhasil mengambil handphone si guru, bastian pun berpura-pura mengerjakan soal dan mulai berfikir bagaimana cara dia terlepas dari guru itu.
''aduhh,, perut saya kenapa sakit ya'' ucap si guru panik.
''kebelet kali bu, kamar mandi ada disebalah sana tuh'' ucap bastian sembari menunjuk ke arah kamar mandi.
''bukan. Ibu mau melahirkan. Perut ibu sakit banget'' ucap ibu itu. Si ibu guru semakin merintih. Bastian pun juga ikut panik.
''bi.. Bibi'' teriak bastian.
Semua pembantu yang ada dirumah bastian pun segera keluar dan menolong guru itu. Kesempatan baik itu di pergunakan bastian untuk leluar dari rumahnya yang besar itu. Semua pembantu sibuk mengurusi bu desi yang akan melahirkan. Bastian pun segera memutar roda menuju ke gerbang rumahnya.
Sesampainya di pos satpam.
''den bastian mau kemana'' tanya si satpam.
''gak penting gue mau kemana. Liat tu pak, didalem ada orang mau ngelahirin, cepetan buka gerbangnya'' ucap bastian yang berlaga panik.
Si satpam pun segera membuka pintu gerbang. Dan saat itu pula bastian keluar melewati pintu gerbang. Untungnya, edo, aldi, caca, filda dan reza sudah berada tepat diluar rumah bastian.
''hey, bawa gue pergi dari sini'' ucap bastian kepada teman-temannya. Mereka semua terdiam. mereka kaget melihat keadaan bastian.
''wooy jangan pada bengong, cepetan'' teriak bastian.
edo dan aldi pun segera membawa bastian masuk kedalam mobil. Mereka segera menuju kembali ke rumah aldi.
Sesampainya dirumah aldi.
Bastian terduduk di ranjang yang biasa digunakan aldi untuk menonton televisi. Rumah aldi memang tak semewah rumah bastian. Bahkan bisa dikatakan bahwa rumah aldi itu rumah yang sederhana dengan lantai kramik seadanya, cat tembok rumahnya pun sudah sedikit mengelupas.
Mereka semua terdiam. Bastian memandangi temannya satu persatu. Dan ia tersenyum saat melihat filda ada disitu.
''kemana aja loe seharian ini. Udah bolos dari sekolah. Terus gue dapet kabar kalo loe keluar dari sekolah. terus kakak loe bilang kalo loe keluar dari club basket. Eh sekarang malah keadaan loe kayak gini'' ucap aldi memarahi bastian.
''gue mutusin buat home schooling, terus keluar dari club basket itu bukan karena kemauan gue. Tapi kemauan keluarga gue buat keluar dari dunia sepak boLa. Jadi mau gimana lagi. Banyak orang yang gak setuju gue masuk dunia bola. Jadi ya dengan terpaksa gue keluar dari club bola kita'' ucap bastian panjang lebar.
''jadi loe serius keluar dari sepak bola?'' tanya edo.
''bisa di bilang gitu sih'' jawab bastian dengan nada ragu-ragu.
''loe yakin?'' tanya filda parau.
''gue sih maunya ngasih kenangan terbaik sama dunia bola sebelum gue keluar 100% dari dunia ini'' ucap bastian.
''kenangan terbaik maksudnya?'' tanya reza.
''seminggu lagi, club kita kan mau ada pertandingan antar daerah seindonesia tu, dan besok tu pertandingan final. Gue mau ikut pertandingan itu dan bawa piala indoball'' ucap bastian.
Semua terdiam. Semua mata tertuju kepada bastian dengan tajam. Raut wajah mereka pun berubah menjadi sedih.
''loe yakin bisa ikut pertandingan minggu depan dengan keadaan yang kayak gini?'' tanya aldi.
''yakinlah, kalian kayak gak tau gue aja. Kalian kan udah kenal lama sama gue. Masak masalah kaki kayak gini aja gue gak kuat'' ucap bastian dengan nada semangat.
''kalimat itu bukan termasuk buat gue ya, gue kenal loe baru kemaren'' ucap filda dengan nada yang sedikit pelan.
''oh yaaa??'' tanya bastian dengan nada becandaan. Dan mereka semua pun tertawa, melihat tingkah filda dan bastian yang sama-sama salah tingkah.
Akhirnya bastian memutuskan untuk tinggal dirumah aldi selama seminggu hingga pertandingan itu dimulai. Dan selama beberapa hari itu juga, bastian akan melatih fisik dan mentalnya bersama aldi sebelum pertandingan di adakan.
***
Keesokan harinya. Sepulang sekolah, edo, reza, filda dan caca menuju kerumah aldi untuk mengunjungi bastian.
''gimana? Udah siap latihan?'' tanya aldi yang berdiri dihadapan bastian.
Bastian hanya terdiam dan seperti memikirkan sesuatu.
''siap gak?'' tanya reza.
Bastian hanya mengagukan kepalanya.
Berlahan bastian menapakan kakinya dilantai, ia mencoba berdiri. Nampaknya kaki bastian belum kuat untuk menopang badannya.
''gue bantu ya'' ucap filda yang langsung membantu bastian untuk berdiri.
Bastian pun tersenyum mendengar pernyataan filda. Dengan semangat yang tinggi, bastian terus mencoba berdiri dan berjalan. Langkah demi langkah dapat bastian lalu. Tapi pada langkah ke tiga, bastian terjatuh karena kakinya terasa sangat sakit.
''kalo gak kuat gak usah dipaksa'' saran filda.
edo, aldi dan reza pun membantu bastian untuk berdiri dan membawanya ke kursi.
''gue rasa loe gak akan bisa ikut pertandingan minggu depan deh bas'' ucap edo.
Bastian terdiam. Tak ada kata yang terucap di mulut bastian.
''gak usah dipaksain lah, ntar malah kaki loe tambah sakit'' ucap aldi.
Lagi-lagi bastian terdiam dan melamun.
''oh ya bas, tadi gue liat kak rizal disekolah. Kayaknya dia nyariin loe deh'' ucap reza.
Bastian terbangun dari lamunanya.
''kesekolah nyariin gue?? Peduli apa dia sama gue. Malahan dia itu sekongkol sama bokap gue. BUAT NGEBUAT GUE CACAT'' ucap bastian jengkel.
Edo, aldi, reza, caca, dan filda kaget mendengar pernyataan bastian. Filda adalah orang yang paling terkejut mendengar ucapan bastian.
Suasana tiba-tiba menjadi hening. Bastian masih sibuk mengacak-acak rambutnya. Edo dan aldi masih mendengar ada ayah yang tega menyakiti anaknya.
''kriing'' bunyi handphone edo memecah kesunyian malah itu.
Ternyata itu telepon dari rizal, kakak bastian.
''tolong banget, kalo kamu tau dimana bastian. Tolong banget suruh dia pulang. papa sakit, dari tadi dia manggil nama bastian terus'' ucap rizal via telepon.
''iya kak, nanti kalo aku ketemu bastian, aku bujuk dia pulang'' ucap edo yang langsung menutup teleponnya. Edo memang sudah dekat dengan keluarga bastian.
''do, loe sahabat gue apa bukan sih. Kenapa loe malah nyuruh gue balik. Loe mau gue lebih cacat dari ini karena bokap gue'' ucap bastian marah.
''tapi, bokap loe sakit bas'' ucap edo.
''gak peduli deh, mau dia sakit atau apapun. Mungkin ini balesan buat bokap gue karena udah ngebuat kaki gue kayak gini'' ucap bastian marah.
''tapi bas,, bokap looe ituuu...'' belum sempat edo melanjutkan bicaranya, bastian memotong ucapan edo.
''gue udah gak peduli sama bokap gue'' bentak bastian yang lalu berdiri.
''fil, bantu gue buat kekamar'' pinta bastian kepada filda. Filda pun menuntun bastian masuk kedalam kamar.
Setelah itu, mereka pun segera menuju ke studion untuk berlatih bola sore itu. Mereka berjalan kaki untuk menuju ke lapangan, karena jarak rumah aldi tak jauh dari studion.
''kayaknya, bastian beneran marah sama loe deh do'' ucap reza.
''lagian sih, loe pakek bilang kayak gitu ke kak rizal'' ucap aldi yang ikut memarahi edo.
''eh, kalian tu gak tau ya tadi kak rizal bilang apa aja ke gue. Dan masih mending tadi gue bilang gitu, dari pada gue bilang kalo bastian ada dirumah loe di. Malah tambah parah kan urusannya'' ucap edo jengkel.
''woles bro'' ucap caca.
''emang tadi kak rizal bilang apa sama loe?'' tanya filda lembut.
''kak rizal bilang kalo bokapnya sakit, dan dari tadi dia manggil nama bastian terus'' ucap edo.
''hah? Sampe segitunya?'' tanya caca.
Edo hanya terdiam. Mereka pun terus melangkahkan kakinya menuju ke studion yang hampir sampai itu.
Sedangkan dikamar aldi, bastian terdiam dan merenung. Ada sedikit rasa yang mengganjal di hati bastian. Ingin dia bertemu dengan ayahnya, tapi rasa sakit di kakinya tiba-tiba datang dan mengingatkan bastian pada tindakan ayahnya. Tak ingin lama terpuruk dalam kesakitan. Bastian pun bangkit dan mulai berjalan dengan pelan. Nampaknya sudah ada sedikit kemajuan di kaki bastian. Ia sudah mampu melangkahkan kakinya meski hanya beberapa langkah saja ia dapat lakukan.
Sekitar pukul 7 malam. Latihan sepak bola berakhir. Edo, aldi, reza,caca, dan filda keluar dari studion secara bersamaan.
Nampak wajah yang tak bersemangat dari diri filda, semenjak bastian tidak Pernah mengikuti sepak bola lagi.
''fil'' panggil caca membangunkan filda dari lamunannya.
Filda hanya terdiam.
''loe mau langsung pulang apa ke rumah aldi dulu buat ketemu bastian?'' tanya caca.
''langsung pulang aja deh'' jawab filda dengan wajah yang lesu.
Caca dan filda pun memutuskan untuk mengambil arah yang berlawanan dari edo,aldi dan reza.
Tak disangka, ternyata rizal mengikuti langkah caca dan filda sejak mereka keluar dari studion. Nampaknya rizal sudah mengetahui jika caca dan filda tau dimana keberadaan bastian.
Setibanya di rumah caca, Ia segera masuk kedalah rumahnya. Dan filda pun berjalan sendiri untuk menuju ke rumahnya yang sudah hampir dekat itu.
Kesempatan itu digunakan rizal untuk berbicara dengan filda. Tanpa banyak tingkah, rizal segera menarik tangan filda dan mengajaknya ketempat yang sepi.
''kenapa kak rizal bawa aku ketempat kayak gini?'' tanya filda.
''loe filda kan?'' tanya rizal.
''iya, aku filda, dan kamu rizalkan, kakaknya bastian?'' tanya filda.
''gue mohon, kasih tau gue dimana keberadaan bastian. Gue butuh banget dia. Bokap gue sakit keras di rumah. dia sayang banget sama bastian'' ucap rizal memohon.
''kalo emang ayahnya kak rizal sayang banget sama bastian. Ngapain ayahnya kak rizal nyakitin bastian sampe bastian susah buat jalan kayak gitu'' ucap filda.
''bokap gue cuman gak pingin bastian masuk dunia sepak bola yang kejam'' ucap rizal.
Raut wajah rizal berubah menjadi sedih dan mendung. Di matanya sudah terbendung air mata yang siap meluncur membasahi pipinya.
''maksudnya kak rizal apa??'' tanya filda.
''dulu, keluarga gue itu keluarga yang fanatic sama bola, bahkan, bokap gue itu dulu pemain sepak bola. Waktu itu aku masih umur 5 tahun. Papa di pecat dari tim bolanya, karena papa di fitnah. Papa di fitnah dikasih bayaran sama tim lawan pas mereka tanding. Akhirnya papa keluar dari sepak bola, bisnis papa gue juga tiba-tiba anjlok gara2 ada fitnah kayak gitu. Smua orang ngecap papa gue itu jahat dan curang. Kita semua jatuh miskin. Gue terpaksa gak masuk TK karena orang tua gue udah gak ada uang buat bayar sekolah. Kita juga terpaksa pindah rumah, dan tinggal di kolong jembatan selama 3bulan. suatu hari nyokap gue ngandung bastian, dan otomatis, kita butuh biaya tambahan buat bawa nyokap gue ke bidan, gue coba-coba ngamen dijalan tanpa sepengetahuan keluarga gue. Mulai dari situ, ada pemilik cafe yang ngundang gue buat nyanyi di cafenya. Lumayanlah, duitnya bisa buat nyokap gue dan sisanya buat modal usaha bokap gue. sedikit demi sedikit usaha bokap gue maju. Alhasil kita bisa beli rumah dan semacemnya. Gue, nyokap gue, bokap gue berpikiran kalo kedatangan bastianlah yang ngebuat keluarga gue bisa bangkit lagi. Dan sampe sekarang, bastian itu begitu special buat keluarga gue, dan mulai dari itu juga, keluarga gue udah gak mau kenal sama sepak bola'' cerita yang keluar dari mulut rizal.
Filda hanya terdiam sendu mendengar cerita rizal. Dia tak menyangka jika ternyata keluarga bastian menyimpan cerita yang begitu menyedihkan.
''eh, sory gue jadi curhat'' ucap rizal yang lalu mengusap air matanya yang hampir jatuh.
''enggak papa kok kak. kaka tenang aja, bastian aman kok di tangan aku sama temen-temen aku. Mungkin sekarang bastian lagi butuh sendiri buat nenangin diri. Besok aku coba bujuk bastian buat pulang'' ucap filda.
Rizal tersenyum mendengar pernyataan filda.
***
Keesokan harinya.
Edo,reza, caca dan filda sudah terduduk di teras rumah aldi. Berlahan bastian keluar dari kamar ditemani oleh aldi.
''loe udah bisa jalan sendiri bas?'' tanya edo.
''keluarganya aldi yang Berusaha bikin gue bisa jalan lagi. Walau cuman sedikit-sedikit. Tapi lumayan lah'' ucap bastian mengeluarkan senyum lebar.
Filda terus memandang dedaunan di halaman rumah aldi yang berjatuhan. Dan ia juga tidak menghiraukan apa yang di bicarakan bastian. Ia terus melamunkan cerita rizal.
''fil'' panggil bastian yang duduk di samping filda.
Filda terbangun dari lamunannya. Dan kini ia menatap bastian dalam.
''loe kenapa dari tadi ngalamun?'' Tanya bastian.
Filda menelan ludahnya.
''gue perlu ngomong serius sama loe bas'' ucap filda.
Semua aneh melihat tingkah filda yang tiba-tiba menjadi pendiam itu.
''ngomong 4 mata gitu?'' tanya bastian gugup.
Filda hanya mengagukan badanya.
Filda dan bastian pun berjalan menuju taman yang tak jauh dari rumah aldi.
Sejenak filda terdiam dan tak tahu harus memulainya.
''ada apa sih kamu bawa aku kesini. Kamu kan ngomong di rumah aldi tadi'' ucap bastian.
''gue mau ngomong tentang bokap loe bas'' ucap filda.
Bastian terkejut mendengar ucapan filda. Ingin rasanya ia menampar mulut filda, namun ia tidak tega, karena filda termasuk wanita yang special dihatinya.
''gue udah tau kok, kalo loe bakal bujuk gue buat pulangkan?'' tanya bastian yang mencoba untuk tidak emosi.
Filda terdiam. Lalu ia memandang wajah bastian. Filda pun memberanikan diri untuk menceritakan semua yang diceritakan oleh rizal kepadanya kemarin malam.
Bastian tertunduk lemah setelah mendengar cerita filda.
''gimana? Loe dah siap buat pulang?'' tanya filda lembut.
Bastian hanya menggelengkan kepalanya.
''gue tau kalo loe pasti mau nenangin diri loe bas'' ucap filda.
''fil, gue mau semua keluarga gue nonton pertandingan gue besok'' ucap bastian.
''hah? Kenapa? Kamu yakin mau ikut pertandingan. Udah tinggal beberapa hari lagi loh bas. Tapi kaki loe?'' tanya filda khawatir.
''kaki gue udah gak papa kok. Gue mau ngebuktiin ke semua keluarga gue. Kalo sepak bola itu dunia yang indah'' ucap bastian dengan nada yang semangat.
***
Keesokan harinya.
Filda dan caca menemui rizal dirumahnya.
Filda berencana mengajak seluruh keluarga bastian untuk menyaksikan pertandingan bola yang akan berlangsung beberapa hari lagi itu.
''hah? Hari rabu di studion? Ngapain?'' tanya rizal.
''ada deh kak. Dan disitu kakak bakalan ketemu sama bastian'' ucap caca.
''okey, hari rabu, gue bakalan ngajak bokap sama nyokap gue ke studion'' ucap rizal.
Hari demi hari berlalu. Selama dirumah aldi, bastian terus berlatih keras untuk pertandingan hari rabu. Ditemani edo dan reza.
Kecerian bastian semakin hari semakin ada, karena dia merasa menemukan semangat baru semenjak ia selalu ditemani filda. Bastian merasa filda adalah semangat untuknya, filda begitu spesial di hati bastian.
Usai latihan filda berlari kecil kearah bastian sembari membawa handuk kecil dan sebotol air mineral.
''nih buat kamu'' ucap filda menyodorkan sebotol air mineral.
Bastian pun mengambil air itu dan lalu meminumnya. Filda menatap bastian dengan tatapan yang dalam dan penuh kasih sayang.
Ia pun mengelap keringat bastian yang ada di pipi bastian.
''gue mau besok tim kamu menang'' ucap filda memberi semangat.
Bastian pun tersenyum dan ia berjanji akan memberikan yang terbaik untuk filda dan keluarganya. Ia akan membuktikan kepada keluarganya jika sepak bola itu adalah dunianya.
***
Hari demi hari terus berlalu, semakin mendekati hari pertandingan. Bastian, edo, aldi dan seluruh tim sepak bolanya berlatih dengan keras. Mereka akan bermain dengan semaksimal mungkin.
Tak berbeda dengan filda. Semakin hari, ia semakin menunjukan sikap sayang kepada bastian. Dan bastian nampak nyaman bila berada didekat filda.
***
Hari yang tunggu pun tiba.
Bastian dan seluruh timnya sudah berada dilapangan untuk pemanasan. Suara sorak sorai penonton sudah terdengar nyaring.
Bastian pun memandangi seluruh penonton dengan teliti, tapi ia tidak melihat kak rizal, papa dan mamanya berada di kursi penonton.
Perasaannya gelisah tak menentu, sebelum pertandingan dimulai, bastian menghampiri filda yang ada di kursi studio paling depan.
''fil, nyokap sama bokap gue kok belum dateng ya?'' tanya bastian.
''kemarin kak rizal janji bakal bawa mereka kesini'' jawab filda.
Caca yang berada di samping filda pun nampak sibuk juga mencari keberadaan temannya, tapi yang ia lihat kak rizal yang sedang mendorong kursi roda. Nampak lelaki tua menduduki kursi itu, dan seorang ibu-ibu yang berjalan di samping kursi roda itu.
''itu kak rizal'' ucap caca menunjuk ke arah rizal.
Bastian pun tersenyum lebar melihat mama dan papanya datang untuk melihat pertandingannya itu. Semangat bastian menjadi semakin besar.
Bastian kembali kelapangan dan bergabung dengan tim yang lain.
''priiittt'' tiba saatnya wasit meniup pluit untuk mengawali pertandingan. Bastian terus berusaha memberikan yang terbaik, ia terus menggiring bola dan mengoperkannya.
Menit demi menit berlalu. Sampai pada menit ke 18, bastian berhasil memasukan bola kegawang lawan.
Semua penonton berteriak. Filda, caca, dan reza yang duduk di bangku penonton pun berteriak histeris setelah melihat bastian berhasil memasukan bola.
Begitu juga juga papa, mama bastian. ''goool'' teriak ayah bastian bersemangat.
Mama bastian terharu melihat anaknya mampu bermain sepak bola sebagus itu.
Rizal yang berada di sampin ayahnya pun ikut tersenyum melihat bastian bermain dilapangan hijau.
Kesenangan mereka tak berlanjut, karena gawang tim bastian berhasil di bobol oleh tim lawan. Kedudukan sementara pun menjadi 1-1. Pertandingan semakin menegangkan, sampai akhirnya wasit meniupkan pluit tanda pertandingan babak pertama telah usai.
Bastian bersama anggota timnya yang lain menuju ke ruang istirahat.
Bastian pun meneguk sebotol air minum.
''keluarga loe bangga sama loe. Tim harus menang, kalo gak! Keluarga loe pasti kecewa sama loe'' ucap filda sembari menyodorkan handuk untuk mengelap keringat bastian.
Bastian pun tersenyum kearah filda yang berada dekat dihadapannya.
''thanks ya, loe emang pembangkit semangat gue buat hari ini'' ucapnya.
Filda pun menoleh ke arah pintu masuk. Ia melihat kak rizal sedang mendorong ayahnya yang duduk di kursi roda.
Filda pun menarik tangan bastian lalu mengajaknya menemui ayahnya.
''papa'' ucap bastian yang kemudian berlari memeluk ayahnya.
Pelukan itu erat, seakan bastian enggan untuk melepaskannya.
''semangat bas, gue yakin tim loe bakal menang'' ucap rizal memberi semangat.
Bastian pun melepaskan pelukannya.
''jangan kecewain papa, kamu satu satunya penerus papa di bidang sepak bola'' ucap papa bastian.
''oke pa. Bastian janji bakal ngasih satu gol lagi buat papa'' ucap bastian.
Pertandingan babak kedua pun dimulai. Semua tim sudah bersiap di lapangan. Bastian yang masuk terlambat pun segera bergabungan dengan timnya dan menyesuaikan.
Bastian yang ditujuk untuk menjadi kapten pun berdiri ditengah lapangan. Untuk mengawali pertandingan, wasit meniup pluit itu lagi.
engan cekatan bastian mengoper bola dan menendangkannya. Beberapa kali ia melakukan tembakan ke gawang lawan, tapi semuanya gagal. Ia pun mengoperkan bolanya ke edo yang berada jauh didepanya.
''dugg'' suara bola yang ditendang bastian. Tiba-tiba bastian terdiam di tengah lapangan.
''ohh god. Kaki gue kenapa gak bisa digerakin'' ucap bastian dalam hati.
Rupanya kaki bastian belum sembuh total. Filda, caca, reza, rizal, mama dan papa bastian panik melihat gelagat bastian ditengah lapangan.
''loe kenapa bas?'' tanya aldi menghampiri bastian.
''kaki gue gak bisa geraak al'' jawab bastian.
''kok bisa, ya udah, loe kepinggir lapangan aja dulu'' saran aldi.
''gak bisa, kaki gue gak bisa digerakin'' ucap bastian.
Edo yang sedang menggiring bola pun ikut panik melihat bastian. Edo tak mampu mengontrol bola dan akhirnya bola dikuasi oleh tim lawan.
Dengan sigap aldi meminta tim medis untuk menangani bastian. Bastian pun di bawa ketepi lapangan, sedangkan pertandingan masih tetap berjalan.
Filda pun khawatir dengan keadaan bastian. Begitu juga dengan ayahnya.
''aku tidak akan memaafkan diri aku sendiri kalo bastian sampai kenapa-napa'' ucap papa bastian.
Dilapangan.
''gimana kalo kamu digantikan oleh gido saja bas'' ucap si pelatih.
''gak pak, saya masih mau main. Please pak, kasih kesempatan saya untuk menciptakan gol lagi'' ucap bastian.
''mana mungkin bisa, kaki kamu saja seperti ini'' ucap si pelatih.
Bastian terdiam. Ia berusaha untuk masuk kelapangan lagi. Dengan kaki yang tertatih tatih, bastian berusaha untuk memainkan pertandingan itu lagi.
''bastian itu memang keras kepala anaknya'' ucap si pelatih.
Bastian pun kembali kedalam lapangan dan ia bertekad membentuk satu gol lagi.
Sampai di dua menit terakhir, tetapi tim bastian belum juga berhasil membentuk satu angka lagi untuk timnya. pertandingan semakin menegangkan. 25 detik waktu yang tersisa, sedangkan wasit tidak memberi tambahan waktu untuk pertandingan kali ini.
Semua penonton terdiam. Pelatih tim bastian pun sudah mulai cemas.
''gooooooll'' semua penonton berteriak. Yah, pada saat itu juga bastian berhasil membuat satu gol lagi.
Filda, caca, reza dan semua keluarga bastian berteriak lepas dan bahagia.
''bastian punya bakat besar kayak papanya'' ucap mama bastian.
Rizal tersenyum mendengarnya, tapi sorak sorai penonton tiba-tiba bertambah setelah wasit meniup pluit sebagai tanda usainya pertandingan babak kedua itu.
Semua tim bastian menggotong bastian secara bersama.
''your the best bas'' teriak filda.
Dan bastian tersenyum mendengar ucapan filda.
***
Usai pertandingan, bastian sudah berganti baju. Ia bersiap menuju keluar studion bersama edo, dan aldi.
Dengan langkah yang masih tertatih-tatih bastian berjalan menuju ke arah filda yang berada di pintu keluar studion.
''yeeeh, kamu menang'' ucap filda sembari memeluk bastian.
Bastian terkejut dengan pelukan yang diberikan filda kepadanya.
''ehem,'' ucap caca yang berada di samping filda.
Filda pun melepaskan pelukannya.
Edo, aldi, dan reza yang berada di belakang bastian pun tertawa melihat bastian dan filda yang salah tingkah itu.
Pada saat itu juga. Bastian melihat keluarganya menunggu dia di parkir studion.
Dengan bantuan filda, bastian berjalan menuju ke arah keluarganya.
''pa, ma, kak rizal. Maaf kalo selama ini bastian keras kepala untuk tetep ikut olah raga ini. bastian janji ini pertandingan terakhir bastian, dan bastian janji gak akan main bola lagi. Impian bastian buat menang di pertandingan terakhir bastian udah tercapai. Dan mulai hari ini bastian bakal nurutin kemaun kalian'' ucap bastian dihadapan keluarganya.
''siapa bilang ini pertandingan terakhir kamu'' ucap papa bastian.
''maksud papa?'' tanya bastian, polos.
''papa punya tantangan buat kamu. Kamu harus terus menang disetiap pertandingan bola kamu. Papa gak mau liat tim kamu kalah'' ucap papa bastian.
''maksud papa, bastian tetep boleh main bola gitu'' ucap bastian semringah.
''loe punya bakat besar kayak papa. Jadi loe harus nerusin bakat papa yang diturunin kekamu'' ucap rizal sembari menepuk pundak bastian.
Mama bastian pun mengacak-acak rambut bastian lalu memeluknya dalam sebuah dekapan hangat.
Bastian melepaskan pelukan mamanya dan berkata,
''oh ya pa, mah. Kenalin, ini wanita spesial di hati bastian, yang bisa ngebangkitin semangat bastian'' menarik tangan filda.
''dia setia banget lo pah, mah nungguin bastian latihan setiap hari di studion'' lanjutnya.
Filda hanya tersipu malu, wajahnya memerah dan tersenyum manis.
Bastian tertawa bahagia melihat semua orang yang dia sayangi tersenyum.
Hingga waktu terus berlalu, kebahagian itu terus berlajut. Kedua orang tua bastian terus mendukung bastian didunia sepak bola. Sedangkan rizal, masih terus dalam dunianya, yaitu dunia musik. Hubungan filda dan bastian pun semakin harmonis, mereka resmi menjadi sepasang kekasih, dua hari setelah pertandingan itu berlangsung. Tawa dan canda kini sering menghampiri kehidupan bastian.
''ini dunia bastian pah, papa gak bisa ngelarang bastian buat ngelakuin ini'' bela bastian.
''berani kamu membantah papah'' bentak ayahnya.
Bastian tak berani menjawab. Ayahnya semakin berontak dan bastian tak mungkin berkata tidak.
''baik pa, kalo itu mau papah. Mulai besok, bastian bakal keluar dari club sepak bola bastian'' ucap bastian.
Ayahnya tersenyum licik mendengar perkataan bastian.
''oke kalo itu keputusan yang kamu pilih, papah akan gunain kepercayaan papa buat kamu. Papah gak mau kamu bohong lagi sama papa'' ucap ayahnya yang kemudian pergi meninggalkan ruang tengah.
Bastian hanya menghela nafas, melihat ayahnya keluar dari ruangan. Ia lalu mengeluarkan BBnya dan menghubungi teman seclub sepak bolanya.
Ayah bastian memang melarang keras anaknya bermain olah raga sepak bola. Ia berfikiran jika itu adalah olah raga yang kampungan.
***
Keesokan harinya, sepulang sekolah, bastian segera menuju ke tempat latihan sepak bola. Ia tetap keras kepala untuk melakukan olah raga itu. Ia akan berusaha menyembunyikan ini semua dari ayahnya.
''hai broo... Kok lesu sih? Ngapa loe? Galau ye?'' tanya aldi yang melihat wajah bastian nampak tak bersemangat sore itu.
Bastian hanya menggelengkan kepalanya. Ia Terus memikirkan nasibnya di club sepak bolanya ini, ia masih tidak rela jika harus meninggalkan club ini.
Pada saat latihan, bastian pun nampak tidak bersemangat. Konsentrasinya terngganggu dan pelatih bastian dapat membaca itu.
''bastian'' panggil sang pelatih.
Bastian pun segera menghadap ke pelatihnya.
''kelihatannya kamu tidak begitu serius latihan hari ini'' tanya si pelatih.
''lagi ada sedikit pikiran pak'' jawab bastian.
''hey, ini club sepak bola, jangan campurkan urusan mu didalam club ini. Ingat keseriusan yang harus kamu lakukan. Sebentar lagi kita akan ada pertandingan. Bagaimana kalo terus begini. Bisa bisa club kita kalah'' ucap pelatih yang memarahi bastian.
Bastian hanya terdiam dan tidak menjawab.
''kalo kamu sudah tidak serius sama club ini. Lebih baik kamu keluar saja'' ucap si pelatihan mengakhiri pembicaraan.
Aldi dan edo yang melihat kejadian itupun segera menghampiri bastian.
''bro. Loe lagi ada masalah ya? Cerita dong sama kita'' ucap edo, sabahat bastian.
''pelatih marahin gue, katanya gue kurang konsentrasi tadi latihannya'' jawab bastian.
''nah, itu dia bro yang gue tanyain, kenapa loe bisa gak konsentrasi?'' tanya edo.
''ya gitu deh pokoknya, eh gue balik dulu ya'' ucap bastian yang mulai membereskan barang bawaannya.
''eh bas, loe tadi udah ditunggu samacitra didepan'' ucap aldi.
''hah! Citra?'' tanya bastian terkejut.
Citra adalah wanita cantik yang sudah lama naksir sama bastian. Tapi bastian terus saja tidak dapat menerima citra.
''iya'' jawab edo singkat.
''ngapain lagi sih tu cewek'' ucap bastian kesal.
Aldi dan Edo hanya saling bertatapan dan memberikan kode bahwa mereka saling tidak tau.
Bastian pun berjalan menuju keluar studion dan menemui citra yang berdiri didepan mobilnya.
''hay bas, kamu habis latihanya?'' tanya citra sok perhatian sama bastian.
''apa sih cit, udah tau gue habis latihan, masih aja tanya tanya. Gue capek nih, ngapain loe kesini?'' tanya bastian jengkel.
''ih kok loe gitu bgt sih sama gue'' ucap citra.
Bastian pun sibuk memasukan tasnnya didalam bagasi mobilnya yang penuh dengan koleksi sepatu dan baju bolanya itu. Ia sengaja menyembunyikannya di bagasi mobilnya karena bastian tidak ingin ayahnya tahu.
Pada saat bagasi terbuka, citra melirik kearah itu.
''bas, bukannya loe udah janji sama bokaploe buat gak maen bola lagi ya?'' tanya citra.
''emangnya kenapa kalo gue maen bola, jadi masalah buat loe?'' tanya bastian sembari menutup bagasinya.
''ya gak gitu sih bas, tapi kan...'' ucap citra yang tiba-tiba dipotong oleh bastian.
''ah, udah deh, aku capek, mau pulang. Dah dulu ya'' ucap bastian yang langsung masuk kedalam mobilnya dan pergi meninggalkan citra.
Dilain sisi.
Filda cewek imut yang juga diam-diam mengagumi bastian ini keluar dari stadion. Nampaknya ia baru saja usai menonton bastian cs berlatih bola sore itu. Ia tak pernah melewatkan untuk menonton club sepak bola bastian, setiap kali ada latihan, filda pasti menontonnya. Ia selalu mengajak caca sahabatanya untuk menonton.
''hari ini, bastian kok beda ya, biasanya dia keren kok latihannya. Tp tadi kayak dia lagi ada masalah deh'' ucap filda sembari berjalan menelusuri jalanan sore itu.
''eh fil, loe gak ada bosen bosennya ya jadi penggemar rahasianya bastian. Loe kenapa gak bilang langsung aja sama bastiannya. Loe kan cantik, imut lucu. Gak mungkinkan bastian nolak loe?'' ucap caca yang terkenal cerewet itu.
''gak semudah itu ca. Bastian itu orgnya dingin. Gue takut ditolak sama dia. Yang ada ntar dia gak mau kenal lagi sama gue'' sambung filda.
''dari pada loe terus terusa kayak gini. Emangnya batin loe kuat apa nyimpen perasaan loe?'' tanya caca.
''gak usah tanya itu deh. Udah pasti sakit bgt lah'' jawab filda.
Langkah demi langkah filda tempuh bersama caca. Dan itulah yang menjadi kebiasaan caca dan filda usai menonton club bastian berlatih, mereka selalu pulang dengan berjalan kaki, karena tempat latihannya bastian tak jauh dari tempat tinggal filda.
***
Bastian membuka pintu rumahnya secara berlahan dan memnyembunyikan butiran keringatnya dari ayah dan kakaknya. Bastian pun menaiki tangga demi tangga dirumahnya untuk menuju kekamarnya yang berada dilantai dua. Dan dengan segera ia mencuci badannya.
Usai itu, bastian menuju kelantai dasar dan berniat untuk mengambil segelas air putih. Tiba-tiba rizal memanggilnya.
''bas, dari mana loe pulang jam segini?'' tanya rizal.
''ya dari sekolah lah kak'' jawab bastian gugup.
''tapi bukan dari latihan bola kan?'' tanya rizal.
''ya gak mungkinlah kak. Bastian kan udah janji buat gak maen bola lagi'' ucap bastian.
Rizal terdiam mendengar pernyataan bastian. Ia masih belum yakin jika adiknya memang benar-benar memutuskan untuk tidak bermain bola lagi.
***
Pagi hari yang cerah itu, bastian berjalan melewati lobi disekolahnya. Tetapi tiba-tiba bastian terkejut mendengar edo memanggilnya.
''bas'' panggil edo yang berlari dari arah berlawanan.
''ada apa do. Tumben loe pagi-pagi manggil gue?'' tanya bastian.
''bas, gue denger loe bakal keluar dari club sepak bola kita ya?'' tanya edo dengan nafas yang masih ngos ngosan.
Bastian kaget dengan pertanyaan edo. Mulutnya melongo dan tak mampu berkata-kata. 'tau dari mana edo soal masalah ini?'
''jawan bas'' paksa edo.
''ee..loe.!! Loe tu ada ada aja ya, mana mungkin gue keluar dari club sepak bola kita. Sepak bola itu darah gue. Gak mungkin gue hidup tanpa sepak bola. Aneh aneh aja lu dpt gosip darimana sih?'' tanya bastian.
''banyak kok yang bilang gitu'' jawab edo.
''percaya deh sama gue. Gue gak bakal ninggalain club sepak bola yang udah ngebesarin nama gue'' ucap bastian sembari menepuk pundak edo.
Bastian pun melanjutkan langkahnya menuju ke kelasnya yang berada di lantai 3 sekolah itu.
Ia menaiki tangga demi tangga disekolahnya. Dan tanpa sengaja ia berpapasan dengan filda yang kebetulan satu sekolah dengannya.
Bastian terus berjalan tanpa mempedulikan filda, karena ia tak begitu mengenal filda. Sedangkan filda menatap bastian dengan rasa penuh kekaguman. Dan filda hampir pingsan melihat bastian merapikan rambutnya yang sedikit berantakan itu.
''fil, loe ngeliatain bastian sampe gitu banget sih? Loe makin hari makin gila ya gara-gara dia'' ucap caca.
''dia cool bgt'' ucap filda tanpa mengedipkan matanya dan terus memandang bastian yang sudah mulai tak terlihat batang hidungnya.
''gila loe'' ucap caca yang langsung pergi meninggalkan filda.
---
Sepulang sekolah. Filda berjalan sendiri menuju ke perpustakaan dengan membawa setumpuk buku yang lumayan banyak.
Sedangkan dari arah berlawanan bastian sedangkan berjalan bersama edo dan aldi untuk menuju keparkiran. Mereka berencana akan latihan sepak bola sepulang sekolah ini.
''brruuukk'' suara buku itu terjatuh dari tangan filda setelah filda mengetahui gelagat bastian yang akan berjalan kearahnya.
Bastian,edo dan aldi pun panik melihat buku-buku terjatuh. Bastian segera mengambil tindakan untuk membantu filda.
''gak usah, aku bisa sendiri kok'' ucap filda dengan gugup.
Bastian hanya terdiam dan terus menata buku-buku itu.
''makanya, lain kali kalo bawa buku jangan banyak-banyak'' perintah aldi.
Bastian dan filda pun saling bertatapan. Jantung filda serasa bergetar lebih cepat dari biasanya.
''loe fildakan, yangsering nonton kita latihan?'' tanya bastian.
''ah, enggak kok'' jawab filda yang langsung pergi meninggalkan bastian dan teman-temannya.
''aneh tu cewek'' bisik edo ditelingan aldi.
Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka.
Setibanya di tempat parkir, bastian bertemu dengan citra yang sudah berdiri tak jauh dari mobilnya parkir.
''bastian sayang'' panggil citra manja.
''apaan siih'' jawab bastian dengan nada yang sedikit bosan.
''gue dateng kesini itu, khusu buat jemput kamu bas'' ucap citra.
''gue gak butuh loe jemput. Lagiankan gue udah bilang berulang kali sama loe. Gue mohon loe jangan deketin gue lagi. Gue gak ada rasa apa apa sama loe. Bosen gue liat muka loe tiap hari. Gue mohon mulai dari hari loe jangan pernah nongol lagi dihadepan gue. Please'' ucap bastian memohon kepada citra.
citrapun merasa tersingung dengan perkataan bastian kepadanya.
''kok loe ngomongnya gitu sih?'' tanya citra dengan nada serius.
Bastian hanya terdiam dan masih memasang tampangnya yang cool itu.
''liat aja ya bas. Gue bakal aduin ke papa loe, kalo loe masih maen bola'' ucap citra mengancam. Citra pun berlari pergi meninggalkan sekolah bastian.
Sedangkan edo dan aldi kaget dengan pernyataan citra.
''bas, emangnya apa efeknya citra bilang ke papa loe?'' tanya edo dengan nada yang sedikit serius.
''tau tu, udahlah, kalian jangan dengerin citra'' ucap bastian.
Dengan segera mereka menuju ke stadion karena sepertinya mereka sudah terlambat latihan.
***
Seperti biasa. Disalah satu kursi penonton, caca dan filda sudah bertengger diatasnya. Mereka sudah bersiap menonton latihan sore itu.
''kalian ini, sudah tidak serius dengan club ini? Terutama kamu bastian. Kemarin kamu gak bener latihannya. Sekarang kamu ngajak temen2 kamu buat terlambat masuk latiha. Kalo kamu sudah tidak minat di club ini. Lebih baik kamu keluar saja dari club ini'' ucap si pelatih memarahi edo, aldi dan bastian yang baru saja datang.
''tapi pak, kita telat bukan karena bastian'' ucap edo membela diri.
''tak usah banyak alasan kamu. Jangan kau bela temanmu yang salah ini'' ucap si pelatih.
''iya pak, emang mereka telat gara2 saya. Saya siap kok bapak hukum, asal bapak jangan hukum edo dan aldi'' ucap bastian.
''oke, hukuman buat kamu bastian. kamu harus teriak di tengah lapangan! aku cinta sepak bola dan aku akan janji serius menekuninya. Jika aku ingkar, aku siap keluar dari club ini'' perintah si pelatih.
''baik pak'' ucap bastian yang lalu melaksakan hukumannya tersebut. Ia segera lari menuju ketengah lapangan dan berteriak sesuai yang diperintahkan pak pelatih.
Selesai itu, bastian segera mengganti bajunya dengan kaos bola kesayangannya. Tak sengaja ia melirik mata kearah filda.
''itukan cewek yang tadi disekolah, katanya dia gak pernah liat latihan. Terus ngapain coba dia disitu'' tanya bastian dalam hatinya.
Tanda tanya besar masih bertengger di fikirannya. Dan kini ia semakin penasaran dengan si filda.
***
Sore semakin larut, caca dan filda keluar dari stadion dengan tawa riang. Tiba-tiba Mereka terkejut melihat bastian yang sudah berada dihadapannya.
''hah! Bastian'' ucap caca terkejut.
''hey'' sapa bastian dengan senyum mautnya.
Sedangkan filda berusaha menyembunyikan wajahnya.
''eh, loe yang tadi siang disekolah itu kan? Katanya loe gak pernah liat club gue latihan. Tapi ngapain kamu di studon?'' tanya bastian.
''suer, ini baru pertama kalinya gue sama caca pergi kesini. Dan kita juga gak sengaja kok kesini'' ucap filda mencari alasan.
''bukannya kita tiap hariii..''ucap caca yang tidak melanjutkan ucapannya karena kakinya diinjak oleh filda.
''caca, loe jangan ngomong yang gak gak deh. Udah mendingan kita pulang aja'' ajak filda menarik tangan caca dan mengajaknya pergi.
Filda pun beranjak pergi dengan caca.
Bola mata bastian terus memandang filda dengan tatapan mata yang dalam. Lalu sedikit senyum itu muncul dari mulut bastian.
Bastian pun kembali ke mobilnya. Tapi tak pernah disangka oleh bastian.
Tiba-tiba sekelompok preman mengkroyoknya. 5 pria berpenampilan preman dan berbadan besar mendekat kearah bastian. Salah satu dari lelaki itu membawa balok kayu yang ukurannya tidak kecil.
astian pun panik dengan keadaan itu. Ingin rasanya bastian lari dari temapt ia berdiri tapi 5preman itu sudah melingkari bastian.
''duuukkk'' suara balok kayu yang dipukulkan preman itu tepat di lutut bastian bagian kanan.
Dengan sekejab bastian terjatuh.
''siapa kalian?'' tanya bastian yang sudah terkaparduduk di aspal.
Semua lelaki itu terdiam dan terus menyerang bastian. Dan balok itu meluncur lagi tapat di tulang kering bastian bagian kanan.
Bastian tidak kuasa menahan sakit yang ada di kaki kanannya. Saat itu ia sudah tak sanggup berdiri. Salah satu preman itu pun mengelurkan serobek kain yang sudah diberi banyak parfum. Si preman itu mendekapkannya di hidung bastian. Dan tak lama kemudian bastian tak sadarkan diri.
Tak lama setelah caca dan filda melangkah. Filda merasakan seperti ada hal yang aneh.
''fil ngapain loe berhenti?'' tanya caca.
Filda pun membalikan badannya.
''perasaan gue gak enak. Balik ke studion yuk'' ajak filda menarik tangan caca.
''aduh fil, ini kita udah deket sama rumah, serius aja kita mau balik ke studion'' ucap caca mengeluh.
''please ca'' pinta filda.
''iya iya oke. Demi loe nih gue kayak gini'' jawab caca yang menuruti permintaan filda.
Mereka pun kembali ke studion. Memang di studion sudah tidak ada orang yang berlatih, tapi filda menemukan dompet bastian yang terjatuh tepat di tempat bastian dikroyok tadi.
''ih, ca, dompet siapa nih?'' tanya filda mengambil dombet bastian.
''coba deh loe buka, ntar kalo ada identitasnya baru kita balikin sama yang punya'' ucap caca.
Filda pun membuka dompet itu. Dan ia terkejut melihat foto bastian di dompet itu.
''hah! Bastian!!'' ucap caca. Mereka melongo melihatnya.
***
Malam hari dirumah bastian.
Ia masih tertidur lemas dikamarnya yang luar itu. Rizal masuk dengan berlahan membuka pintu. Ia sekedar hanya ingin melihat ke adaan adiknya.
Tak lama kemudian bastiaan terbangun. Dan melihat kakaknya yang berdiri didekat jendela kamarnya.
Berlahan bastian membuka matanya dan berkata,''kak rizal''
Rizal pun menoleh ke arah bastian. Bastian mencoba membangunkan badannya, tetapi ia tidak berhasil. Ia merasakan ada yang aneh dari kaka kanannya.
Saat itu kaki bastian tidak dapat di gerakan sama sekali.
''itu balesan buat loe, yang gak mau denger kata orang tua. mana janji loe sama papa yang katanya mau keluar dari sepak bola'' ucap rizal.
astian terdiam.
''jadi, yang ngelakuin ini smua kak rizal. Tega banget si kak, loe sama gue. Gue gak pernah ya ngelarang loe buat suka sama apa aja'' sentak bastian yang masih di atas tempat tidurnya.
''eh, anak kecil. Asal loe tau aja. Gue ogah ngeluarin duit buat bayar preman ambil kaki loe. Loe pikit bayar preman tu murah'' balas rizal.
Bastian terdiam. Ia berfikir siapa yang tega menyelakakan dia hingga seperti ini.
Rizalpun mengambil langkah keluar dari kamar bastian.
Bastian beranjak dan mencoba menginjakan kakinya di lantai. Tapi apa yang terjadi. Sarafnya seolah tak mau dijalankan. Seperti orang lumpuh yang mencoba untuk mulai berlatih berjalan. Bastian mencoba berdiri tegak dengan kakinya, tapi ia tidak berhasil. Ia terjatuh dilantai.
''aaaaaahhh'' teriak bastian jengkel. Ia pun mengamuk dan membanting handphonennya yang letaknya tak jauh dari jangkauannya.
***
Keesokan paginya.
Sudah seperti orang yang tak tau harus bagaimana. Bastian nampak seperti orang stres di kamarnya. Rambutnya acak-acakan.
''pagi anakku'' ucap papa bastian yang tiba-tiba masuk kamar bastian dengan membawa dua bodyguardnya.
Bastian pun menoleh ke arah ayahnya.
''bagaimana dengan keadaanmu bastian?'' tanya papanya.
Dan lagi-lagi bastian tidak menjawab pertanyaan papanya.
''papa harap dengan kejadian ini kamu bisa kapok maen bola. Sudah berulang kali papa peringatkan kekamu supaya tidak main bola lagi. Tapi kamu masih saja berbohong. Itulah akibatnya jika kamu berani membantah dan mem bohongi papa. Papa gak akan segan segan buat ngelakuin hal nekad supaya kamu berhenti bermain sepak bola'' ucapnya panjang lebar.
''jadi, papa yang nyuruh preman preman itu pukulin bastian'' tanya bastian.
Papanya hanya terdiam dan tersenyum kecut.
''tega papa sama bastian. Ternyata papa lebih suka bastian cacat daripada bahagia'' sentak bastian.
''plaaak'' satu tamparan di pipi bastian. Ia terdiam dan menatap tajam ayahnya.
''berani kamu bentak papa'' ucap papanya.
''mulai sekarang. Kamu tidak boleh menyimpan atribut apapun tentang bola. Foto-foto yang ada dikamar kamu ini. Baju-baju bola yang ada di lemari pakainmu semua harus di bakar'' bentak papanya.
Bastian terkejut mendengar pernyataan ayahnya. Ia tak dapat berkutik apa-apa. Kedua bodyguard papanya mencopot smua gambar yang ada di dinding bastian. Dan smua baju bola bastian di ambil ayahnya, sepatu dan semua atribut bola bastian di bakar oleh papanya hingga tak ada satupun yang tersisa.
Bastian mencoba melarang kedua bodyguard itu mengambil barang-barangnya. Tapi bastian tak dapat melangkah dan terjatuh. Air matanya menetes.
''jangan pa'' pinta bastian yang tertunduk lemah di hadapan kaki papahnya.
Ayahnya mungkin sudah tak peduli dengan bastian. Mereka pun segera pergi meninggalkan bastian.
Sedangkan disekolah.
Filda dan caca sibuk mencari bastian. Filda berencana akan mengembalikan dompet bastian yang ia temukan kemarin usai latihan.
Setelah mereka melangkah kaki dikantin. Filda dan caca menemukan aldi dan edo yang sedang asik menyantap makan siangnya itu.
''hah? Bastian? Kalian nyari bastian. Hari ini dia gak berangkat'' ucap aldi yang masih belum berhenti mengunyah baksonya.
''gak berangkat? Kenapa?'' tanya filda khawatir.
''tau! hari ini dia gak masuk tanpa keterangan'' jawab edo yang satu kelas dengan bastian.
Filda semakin khawatir dengan bastian. Perasaannya semakin tak menentu.
''emangnya mau ada urusan apa loe cari bastian?'' tanya edo.
''gue cuman.... Cuman mau ngembaliin ini doang kok'' ucap filda sembari mengulurkan tangannya yg memegang dompet bastian.
Belum sempat edo dan aldi mengambilnya, tiba-tiba salah satu murid bernama reza datang kemeja kantin edo dan aldi.
''guys, kalian tau gak kenapa bastian keluar dari sekolah?'' tanya reza.
''hah? Keluar! Aneh aneh aja lu, bastian tu hari ini cuman gak berangkat sekolah'' jawab aldi mengelak.
''iya, mana mungkin cuman bolos sehari, bastian langsung dikeluarin dari sekolah'' ucap caca yang ikut angkat bicara.
''gue serius guys. Barusan gue ketemu kepala sekolah, dan dia bilang ke gue kalo bastian mutusin buat home schooling'' jawab reza.
Edo, caca, aldi, dan filda terkejut dengan apa yang diucapkan reza.
''bentar deh, kok ada yang aneh ya'' ucap edo.
Filda pun terdiam. Seperti ia memikirkan sesuatu yang aneh di balik ini semua.
''ya udah deh, kalian tenang dulu, ntar kan kalian ada latihan bola tuh. Nah ntar kalian tanya sama batian, apa alesan dia keluar sekolah'' saran yang keluar dari mulut reza.
Mereka pun berencana akan membicarakan masalah ini sore nanti bersama bastian dan yang lainnya.
***
Sore harinya. Bastian masih terduduk di atas tempat tidurnya. Ia tak tau apa yang harus dia lakukan. Dua mangkok makanan masih rapi di atas meja kamarnya. Itu smua jatah sarapan dan makan siangnya yang hingga sore itu tidak ia makan. Smua pembantunya sudah memaksa bastian untuk makan, dan bastian selalu menolaknya, bahkan sesekali bastian menggunakan cara kasar untuk menolak ajakan pembantunya.
Sore itu, 2 orang pembantu dirumah bastian masuk kedalam kamar bastian untuk membujuk bastian.
'ada apa lagi si bi. Kan aku dah bilang. Aku gak mau makan. Mendingan bibi keluar aja deh'' bentak bastian.
Kedua pembantunya tak berani berkata. Wajahnya nampak menunduk takut.
Tak lama kemudian ayah bastian masuk kekamar bastian dengan membawa dua bodyguardnya lagi.
''bastian, mulai hari ini kamu resmi keluar dari sekolah'' ucap papanya yang sentak membuat bastian kaget. Bastian terdiam dan bibirnya melongo.
''dan mulai hari ini, kamu akan home schooling'' lanjut ayahnya.
''gak pa, bastian gak mau. Papa gak bisa dong ngatur bastian gitu. Bastian bukan boneka dan bukan burung yang selalu di kurung didalam sangkarnya'' ucap bastian.
''papa gak akan ngelakuin ini kalo kamu tetep nurut sama papa. Papa itu kecewa sama kamu. Karena kamu sudah berulang kali menipu papa. dan papa gak mau, semua itu terulang lagi. Karena papa tau kamu itu keras kepala'' ucap ayahnya.
Bastian hanya terdiam dan berkata dalam hati,
''bener pa, bastian itu keras kepala. Dan bagaimana pun juga bastian harus keluar dari rumah ini''
Dan tiba-tiba salah satu bodyguard ayahnya mendekat ke arah tempat tidur dan menyerah kursi roda untuk bastian.
''untuk masa pemulihan kamu, sementara gunakan kursi roda ini untuk menunjang semua aktifitasmu bas'' ucap papanya yang lalu pergi dengan diiringi kedua bodyguardnya.
Bastian pun menduduki kursi rodanya. Ia memutar rodanya menuju ke arah balkon rumahnya.
''hari inikan ada latihan bola. Gimana caranya gue bisa keluar, kalo kondisi gue aja kayak gini'' ucap bastian dalam hati.
Sedangkan edo dan aldi sudah ada dilapangan hijau bersama yang lainnya dan pelatihnya.
''bastian kemana?'' tanya si pelatihan.
Tak ada satupun murid yang menjawab. Edo dan aldi pun hanya menunduk.
''edo, kamu kan yg deket sama bastian. Kemana dia?'' tanya si pelatih.
''kurang tau pak. Dari tadi disekolah dia gak keliatan'' ucap edo.
Si pelatih pun hanya diam. Rasa menyesal kini menghinggap di hati pelatih. Ia menyesal karena kemarin dia memahari bastian. Ia seperti kehilangan murid terhebatnya hari itu. usai latihan.
Caca, filda dan reza yang seedari tadi duduk di bangku penonton studion pun melangkah menghampiri edo dan aldi.
''gimana? Bastian hari gak latihan?'' tanya reza.
Edo dan aldi pun hanya menggelengkan kepalanya.
Semuanya pun terdiam, tiba-tiba terlihat sosok yang nampak tidak asing dimata edo.
''kak rizal'' ucap edo sembari menunjuk kearah rizal.
''kenapa loe do?'' tanya caca.
''itu kakaknya bastian'' ucap edo.
Mendengar pernyataan edo. Filda dan yang lainnya segera berlari menuju ke arah rizal.
Filda pun memberanikan diri untuk menanyakan keadaan bastian kepada rizal. Tetapi rizal membalas pertanyaan filda dengan nada dingin.
''Bastian ada dirumah. Dia nyuruh gue kesini buat ngasih surat pengunduran diri dia dari club sepak bola ini''
''bastian keluar dari sepak bola? Gak mungkin banget deh. kemarin bastian bilang, kalo dia gak bakalan ninggalin dunia sepak bola'' ucap edo.
''itu kan kemarin, manusia bisa berubah kali'' ucap rizal angkuh.
''mulai sekarang dia benci banget sama sepak bola. Dan dia gak mau ikut club club kampungan ini lagi'' lanjutnya.
''kaka pasti bohong kan'' ucap aldi.
''terserah kalian kalo kalian gak percaya. Tapi gue cuman nyampein amanat dari bastian doang'' ucap rizal. Seletah itu rizal memutusan untuk pergi dari studion.
Edo, aldi, caca, filda dan reza masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan rizal. Akhirnya mereka memutuskan untuk menuju kerumah aldi dan membicarakan masalah bastian yang satu hari ini tidak terlihat sama sekali.
***
Tepat pukul 7. Bastian dibawa menuju kelantai dasar untuk mengikuti kelas HS.
''membosankan'' ucap bastian dalam hati setelah berhadapan dengan guru matematika malam itu.
Bastian mengacak-acak rambutnya dan mulai mengalihkan pembicaraan.
''bu, ibu gak bosan apa, ngajarin murid cuman satu orang doang. Kalo ibu jadi guru disekolah sekolah normal kan pasti enak bu. Muridnya lebih banyak, jadinya lebih seru'' ucap bastian.
''apa urusan kamu ngatur ngatur saya'' ucap guru itu sembari membetulkan letak kacamatanya.
''idih, kepo banget ya gue'' ucap bastian pelan.
Suasan hebing. Si guru yang bernama desi itu malah sibuk mengelus-elus perutnya yang sepertinya sudah hamil 9 bulan itu.
''hamil berapa bulan bu?'' tanya bastian.
''9'' jawab si guru singkat.
''hah'' ucap bastian kaget. Si guru terus sibuk dengan perutnya. Bastian pun menggunakan kesempatan untuk mengambil hanphone si guru yang berada tak jauh dari bastian. Ia segera menghubungi edo dan menyuruh dia untuk segera datang ke rumahnya.
Edo pun kaget membaca sms dari bastian.
''hah! Bastiaan nyruh kita kerumahnya?'' tanya filda.
''ia, bastian bilang kalo gue disuruh nunggu dia dia depan rumahnya'' ucap edo.
''ya udah kita kesana sekarang. Ini kesempatan kita buat ngomong sama bastian'' ucap reza yang langsung mengambil kunci mobilnya.
Dan mereka segera menuju kerumah bastian.
Setelah berhasil mengambil handphone si guru, bastian pun berpura-pura mengerjakan soal dan mulai berfikir bagaimana cara dia terlepas dari guru itu.
''aduhh,, perut saya kenapa sakit ya'' ucap si guru panik.
''kebelet kali bu, kamar mandi ada disebalah sana tuh'' ucap bastian sembari menunjuk ke arah kamar mandi.
''bukan. Ibu mau melahirkan. Perut ibu sakit banget'' ucap ibu itu. Si ibu guru semakin merintih. Bastian pun juga ikut panik.
''bi.. Bibi'' teriak bastian.
Semua pembantu yang ada dirumah bastian pun segera keluar dan menolong guru itu. Kesempatan baik itu di pergunakan bastian untuk leluar dari rumahnya yang besar itu. Semua pembantu sibuk mengurusi bu desi yang akan melahirkan. Bastian pun segera memutar roda menuju ke gerbang rumahnya.
Sesampainya di pos satpam.
''den bastian mau kemana'' tanya si satpam.
''gak penting gue mau kemana. Liat tu pak, didalem ada orang mau ngelahirin, cepetan buka gerbangnya'' ucap bastian yang berlaga panik.
Si satpam pun segera membuka pintu gerbang. Dan saat itu pula bastian keluar melewati pintu gerbang. Untungnya, edo, aldi, caca, filda dan reza sudah berada tepat diluar rumah bastian.
''hey, bawa gue pergi dari sini'' ucap bastian kepada teman-temannya. Mereka semua terdiam. mereka kaget melihat keadaan bastian.
''wooy jangan pada bengong, cepetan'' teriak bastian.
edo dan aldi pun segera membawa bastian masuk kedalam mobil. Mereka segera menuju kembali ke rumah aldi.
Sesampainya dirumah aldi.
Bastian terduduk di ranjang yang biasa digunakan aldi untuk menonton televisi. Rumah aldi memang tak semewah rumah bastian. Bahkan bisa dikatakan bahwa rumah aldi itu rumah yang sederhana dengan lantai kramik seadanya, cat tembok rumahnya pun sudah sedikit mengelupas.
Mereka semua terdiam. Bastian memandangi temannya satu persatu. Dan ia tersenyum saat melihat filda ada disitu.
''kemana aja loe seharian ini. Udah bolos dari sekolah. Terus gue dapet kabar kalo loe keluar dari sekolah. terus kakak loe bilang kalo loe keluar dari club basket. Eh sekarang malah keadaan loe kayak gini'' ucap aldi memarahi bastian.
''gue mutusin buat home schooling, terus keluar dari club basket itu bukan karena kemauan gue. Tapi kemauan keluarga gue buat keluar dari dunia sepak boLa. Jadi mau gimana lagi. Banyak orang yang gak setuju gue masuk dunia bola. Jadi ya dengan terpaksa gue keluar dari club bola kita'' ucap bastian panjang lebar.
''jadi loe serius keluar dari sepak bola?'' tanya edo.
''bisa di bilang gitu sih'' jawab bastian dengan nada ragu-ragu.
''loe yakin?'' tanya filda parau.
''gue sih maunya ngasih kenangan terbaik sama dunia bola sebelum gue keluar 100% dari dunia ini'' ucap bastian.
''kenangan terbaik maksudnya?'' tanya reza.
''seminggu lagi, club kita kan mau ada pertandingan antar daerah seindonesia tu, dan besok tu pertandingan final. Gue mau ikut pertandingan itu dan bawa piala indoball'' ucap bastian.
Semua terdiam. Semua mata tertuju kepada bastian dengan tajam. Raut wajah mereka pun berubah menjadi sedih.
''loe yakin bisa ikut pertandingan minggu depan dengan keadaan yang kayak gini?'' tanya aldi.
''yakinlah, kalian kayak gak tau gue aja. Kalian kan udah kenal lama sama gue. Masak masalah kaki kayak gini aja gue gak kuat'' ucap bastian dengan nada semangat.
''kalimat itu bukan termasuk buat gue ya, gue kenal loe baru kemaren'' ucap filda dengan nada yang sedikit pelan.
''oh yaaa??'' tanya bastian dengan nada becandaan. Dan mereka semua pun tertawa, melihat tingkah filda dan bastian yang sama-sama salah tingkah.
Akhirnya bastian memutuskan untuk tinggal dirumah aldi selama seminggu hingga pertandingan itu dimulai. Dan selama beberapa hari itu juga, bastian akan melatih fisik dan mentalnya bersama aldi sebelum pertandingan di adakan.
***
Keesokan harinya. Sepulang sekolah, edo, reza, filda dan caca menuju kerumah aldi untuk mengunjungi bastian.
''gimana? Udah siap latihan?'' tanya aldi yang berdiri dihadapan bastian.
Bastian hanya terdiam dan seperti memikirkan sesuatu.
''siap gak?'' tanya reza.
Bastian hanya mengagukan kepalanya.
Berlahan bastian menapakan kakinya dilantai, ia mencoba berdiri. Nampaknya kaki bastian belum kuat untuk menopang badannya.
''gue bantu ya'' ucap filda yang langsung membantu bastian untuk berdiri.
Bastian pun tersenyum mendengar pernyataan filda. Dengan semangat yang tinggi, bastian terus mencoba berdiri dan berjalan. Langkah demi langkah dapat bastian lalu. Tapi pada langkah ke tiga, bastian terjatuh karena kakinya terasa sangat sakit.
''kalo gak kuat gak usah dipaksa'' saran filda.
edo, aldi dan reza pun membantu bastian untuk berdiri dan membawanya ke kursi.
''gue rasa loe gak akan bisa ikut pertandingan minggu depan deh bas'' ucap edo.
Bastian terdiam. Tak ada kata yang terucap di mulut bastian.
''gak usah dipaksain lah, ntar malah kaki loe tambah sakit'' ucap aldi.
Lagi-lagi bastian terdiam dan melamun.
''oh ya bas, tadi gue liat kak rizal disekolah. Kayaknya dia nyariin loe deh'' ucap reza.
Bastian terbangun dari lamunanya.
''kesekolah nyariin gue?? Peduli apa dia sama gue. Malahan dia itu sekongkol sama bokap gue. BUAT NGEBUAT GUE CACAT'' ucap bastian jengkel.
Edo, aldi, reza, caca, dan filda kaget mendengar pernyataan bastian. Filda adalah orang yang paling terkejut mendengar ucapan bastian.
Suasana tiba-tiba menjadi hening. Bastian masih sibuk mengacak-acak rambutnya. Edo dan aldi masih mendengar ada ayah yang tega menyakiti anaknya.
''kriing'' bunyi handphone edo memecah kesunyian malah itu.
Ternyata itu telepon dari rizal, kakak bastian.
''tolong banget, kalo kamu tau dimana bastian. Tolong banget suruh dia pulang. papa sakit, dari tadi dia manggil nama bastian terus'' ucap rizal via telepon.
''iya kak, nanti kalo aku ketemu bastian, aku bujuk dia pulang'' ucap edo yang langsung menutup teleponnya. Edo memang sudah dekat dengan keluarga bastian.
''do, loe sahabat gue apa bukan sih. Kenapa loe malah nyuruh gue balik. Loe mau gue lebih cacat dari ini karena bokap gue'' ucap bastian marah.
''tapi, bokap loe sakit bas'' ucap edo.
''gak peduli deh, mau dia sakit atau apapun. Mungkin ini balesan buat bokap gue karena udah ngebuat kaki gue kayak gini'' ucap bastian marah.
''tapi bas,, bokap looe ituuu...'' belum sempat edo melanjutkan bicaranya, bastian memotong ucapan edo.
''gue udah gak peduli sama bokap gue'' bentak bastian yang lalu berdiri.
''fil, bantu gue buat kekamar'' pinta bastian kepada filda. Filda pun menuntun bastian masuk kedalam kamar.
Setelah itu, mereka pun segera menuju ke studion untuk berlatih bola sore itu. Mereka berjalan kaki untuk menuju ke lapangan, karena jarak rumah aldi tak jauh dari studion.
''kayaknya, bastian beneran marah sama loe deh do'' ucap reza.
''lagian sih, loe pakek bilang kayak gitu ke kak rizal'' ucap aldi yang ikut memarahi edo.
''eh, kalian tu gak tau ya tadi kak rizal bilang apa aja ke gue. Dan masih mending tadi gue bilang gitu, dari pada gue bilang kalo bastian ada dirumah loe di. Malah tambah parah kan urusannya'' ucap edo jengkel.
''woles bro'' ucap caca.
''emang tadi kak rizal bilang apa sama loe?'' tanya filda lembut.
''kak rizal bilang kalo bokapnya sakit, dan dari tadi dia manggil nama bastian terus'' ucap edo.
''hah? Sampe segitunya?'' tanya caca.
Edo hanya terdiam. Mereka pun terus melangkahkan kakinya menuju ke studion yang hampir sampai itu.
Sedangkan dikamar aldi, bastian terdiam dan merenung. Ada sedikit rasa yang mengganjal di hati bastian. Ingin dia bertemu dengan ayahnya, tapi rasa sakit di kakinya tiba-tiba datang dan mengingatkan bastian pada tindakan ayahnya. Tak ingin lama terpuruk dalam kesakitan. Bastian pun bangkit dan mulai berjalan dengan pelan. Nampaknya sudah ada sedikit kemajuan di kaki bastian. Ia sudah mampu melangkahkan kakinya meski hanya beberapa langkah saja ia dapat lakukan.
Sekitar pukul 7 malam. Latihan sepak bola berakhir. Edo, aldi, reza,caca, dan filda keluar dari studion secara bersamaan.
Nampak wajah yang tak bersemangat dari diri filda, semenjak bastian tidak Pernah mengikuti sepak bola lagi.
''fil'' panggil caca membangunkan filda dari lamunannya.
Filda hanya terdiam.
''loe mau langsung pulang apa ke rumah aldi dulu buat ketemu bastian?'' tanya caca.
''langsung pulang aja deh'' jawab filda dengan wajah yang lesu.
Caca dan filda pun memutuskan untuk mengambil arah yang berlawanan dari edo,aldi dan reza.
Tak disangka, ternyata rizal mengikuti langkah caca dan filda sejak mereka keluar dari studion. Nampaknya rizal sudah mengetahui jika caca dan filda tau dimana keberadaan bastian.
Setibanya di rumah caca, Ia segera masuk kedalah rumahnya. Dan filda pun berjalan sendiri untuk menuju ke rumahnya yang sudah hampir dekat itu.
Kesempatan itu digunakan rizal untuk berbicara dengan filda. Tanpa banyak tingkah, rizal segera menarik tangan filda dan mengajaknya ketempat yang sepi.
''kenapa kak rizal bawa aku ketempat kayak gini?'' tanya filda.
''loe filda kan?'' tanya rizal.
''iya, aku filda, dan kamu rizalkan, kakaknya bastian?'' tanya filda.
''gue mohon, kasih tau gue dimana keberadaan bastian. Gue butuh banget dia. Bokap gue sakit keras di rumah. dia sayang banget sama bastian'' ucap rizal memohon.
''kalo emang ayahnya kak rizal sayang banget sama bastian. Ngapain ayahnya kak rizal nyakitin bastian sampe bastian susah buat jalan kayak gitu'' ucap filda.
''bokap gue cuman gak pingin bastian masuk dunia sepak bola yang kejam'' ucap rizal.
Raut wajah rizal berubah menjadi sedih dan mendung. Di matanya sudah terbendung air mata yang siap meluncur membasahi pipinya.
''maksudnya kak rizal apa??'' tanya filda.
''dulu, keluarga gue itu keluarga yang fanatic sama bola, bahkan, bokap gue itu dulu pemain sepak bola. Waktu itu aku masih umur 5 tahun. Papa di pecat dari tim bolanya, karena papa di fitnah. Papa di fitnah dikasih bayaran sama tim lawan pas mereka tanding. Akhirnya papa keluar dari sepak bola, bisnis papa gue juga tiba-tiba anjlok gara2 ada fitnah kayak gitu. Smua orang ngecap papa gue itu jahat dan curang. Kita semua jatuh miskin. Gue terpaksa gak masuk TK karena orang tua gue udah gak ada uang buat bayar sekolah. Kita juga terpaksa pindah rumah, dan tinggal di kolong jembatan selama 3bulan. suatu hari nyokap gue ngandung bastian, dan otomatis, kita butuh biaya tambahan buat bawa nyokap gue ke bidan, gue coba-coba ngamen dijalan tanpa sepengetahuan keluarga gue. Mulai dari situ, ada pemilik cafe yang ngundang gue buat nyanyi di cafenya. Lumayanlah, duitnya bisa buat nyokap gue dan sisanya buat modal usaha bokap gue. sedikit demi sedikit usaha bokap gue maju. Alhasil kita bisa beli rumah dan semacemnya. Gue, nyokap gue, bokap gue berpikiran kalo kedatangan bastianlah yang ngebuat keluarga gue bisa bangkit lagi. Dan sampe sekarang, bastian itu begitu special buat keluarga gue, dan mulai dari itu juga, keluarga gue udah gak mau kenal sama sepak bola'' cerita yang keluar dari mulut rizal.
Filda hanya terdiam sendu mendengar cerita rizal. Dia tak menyangka jika ternyata keluarga bastian menyimpan cerita yang begitu menyedihkan.
''eh, sory gue jadi curhat'' ucap rizal yang lalu mengusap air matanya yang hampir jatuh.
''enggak papa kok kak. kaka tenang aja, bastian aman kok di tangan aku sama temen-temen aku. Mungkin sekarang bastian lagi butuh sendiri buat nenangin diri. Besok aku coba bujuk bastian buat pulang'' ucap filda.
Rizal tersenyum mendengar pernyataan filda.
***
Keesokan harinya.
Edo,reza, caca dan filda sudah terduduk di teras rumah aldi. Berlahan bastian keluar dari kamar ditemani oleh aldi.
''loe udah bisa jalan sendiri bas?'' tanya edo.
''keluarganya aldi yang Berusaha bikin gue bisa jalan lagi. Walau cuman sedikit-sedikit. Tapi lumayan lah'' ucap bastian mengeluarkan senyum lebar.
Filda terus memandang dedaunan di halaman rumah aldi yang berjatuhan. Dan ia juga tidak menghiraukan apa yang di bicarakan bastian. Ia terus melamunkan cerita rizal.
''fil'' panggil bastian yang duduk di samping filda.
Filda terbangun dari lamunannya. Dan kini ia menatap bastian dalam.
''loe kenapa dari tadi ngalamun?'' Tanya bastian.
Filda menelan ludahnya.
''gue perlu ngomong serius sama loe bas'' ucap filda.
Semua aneh melihat tingkah filda yang tiba-tiba menjadi pendiam itu.
''ngomong 4 mata gitu?'' tanya bastian gugup.
Filda hanya mengagukan badanya.
Filda dan bastian pun berjalan menuju taman yang tak jauh dari rumah aldi.
Sejenak filda terdiam dan tak tahu harus memulainya.
''ada apa sih kamu bawa aku kesini. Kamu kan ngomong di rumah aldi tadi'' ucap bastian.
''gue mau ngomong tentang bokap loe bas'' ucap filda.
Bastian terkejut mendengar ucapan filda. Ingin rasanya ia menampar mulut filda, namun ia tidak tega, karena filda termasuk wanita yang special dihatinya.
''gue udah tau kok, kalo loe bakal bujuk gue buat pulangkan?'' tanya bastian yang mencoba untuk tidak emosi.
Filda terdiam. Lalu ia memandang wajah bastian. Filda pun memberanikan diri untuk menceritakan semua yang diceritakan oleh rizal kepadanya kemarin malam.
Bastian tertunduk lemah setelah mendengar cerita filda.
''gimana? Loe dah siap buat pulang?'' tanya filda lembut.
Bastian hanya menggelengkan kepalanya.
''gue tau kalo loe pasti mau nenangin diri loe bas'' ucap filda.
''fil, gue mau semua keluarga gue nonton pertandingan gue besok'' ucap bastian.
''hah? Kenapa? Kamu yakin mau ikut pertandingan. Udah tinggal beberapa hari lagi loh bas. Tapi kaki loe?'' tanya filda khawatir.
''kaki gue udah gak papa kok. Gue mau ngebuktiin ke semua keluarga gue. Kalo sepak bola itu dunia yang indah'' ucap bastian dengan nada yang semangat.
***
Keesokan harinya.
Filda dan caca menemui rizal dirumahnya.
Filda berencana mengajak seluruh keluarga bastian untuk menyaksikan pertandingan bola yang akan berlangsung beberapa hari lagi itu.
''hah? Hari rabu di studion? Ngapain?'' tanya rizal.
''ada deh kak. Dan disitu kakak bakalan ketemu sama bastian'' ucap caca.
''okey, hari rabu, gue bakalan ngajak bokap sama nyokap gue ke studion'' ucap rizal.
Hari demi hari berlalu. Selama dirumah aldi, bastian terus berlatih keras untuk pertandingan hari rabu. Ditemani edo dan reza.
Kecerian bastian semakin hari semakin ada, karena dia merasa menemukan semangat baru semenjak ia selalu ditemani filda. Bastian merasa filda adalah semangat untuknya, filda begitu spesial di hati bastian.
Usai latihan filda berlari kecil kearah bastian sembari membawa handuk kecil dan sebotol air mineral.
''nih buat kamu'' ucap filda menyodorkan sebotol air mineral.
Bastian pun mengambil air itu dan lalu meminumnya. Filda menatap bastian dengan tatapan yang dalam dan penuh kasih sayang.
Ia pun mengelap keringat bastian yang ada di pipi bastian.
''gue mau besok tim kamu menang'' ucap filda memberi semangat.
Bastian pun tersenyum dan ia berjanji akan memberikan yang terbaik untuk filda dan keluarganya. Ia akan membuktikan kepada keluarganya jika sepak bola itu adalah dunianya.
***
Hari demi hari terus berlalu, semakin mendekati hari pertandingan. Bastian, edo, aldi dan seluruh tim sepak bolanya berlatih dengan keras. Mereka akan bermain dengan semaksimal mungkin.
Tak berbeda dengan filda. Semakin hari, ia semakin menunjukan sikap sayang kepada bastian. Dan bastian nampak nyaman bila berada didekat filda.
***
Hari yang tunggu pun tiba.
Bastian dan seluruh timnya sudah berada dilapangan untuk pemanasan. Suara sorak sorai penonton sudah terdengar nyaring.
Bastian pun memandangi seluruh penonton dengan teliti, tapi ia tidak melihat kak rizal, papa dan mamanya berada di kursi penonton.
Perasaannya gelisah tak menentu, sebelum pertandingan dimulai, bastian menghampiri filda yang ada di kursi studio paling depan.
''fil, nyokap sama bokap gue kok belum dateng ya?'' tanya bastian.
''kemarin kak rizal janji bakal bawa mereka kesini'' jawab filda.
Caca yang berada di samping filda pun nampak sibuk juga mencari keberadaan temannya, tapi yang ia lihat kak rizal yang sedang mendorong kursi roda. Nampak lelaki tua menduduki kursi itu, dan seorang ibu-ibu yang berjalan di samping kursi roda itu.
''itu kak rizal'' ucap caca menunjuk ke arah rizal.
Bastian pun tersenyum lebar melihat mama dan papanya datang untuk melihat pertandingannya itu. Semangat bastian menjadi semakin besar.
Bastian kembali kelapangan dan bergabung dengan tim yang lain.
''priiittt'' tiba saatnya wasit meniup pluit untuk mengawali pertandingan. Bastian terus berusaha memberikan yang terbaik, ia terus menggiring bola dan mengoperkannya.
Menit demi menit berlalu. Sampai pada menit ke 18, bastian berhasil memasukan bola kegawang lawan.
Semua penonton berteriak. Filda, caca, dan reza yang duduk di bangku penonton pun berteriak histeris setelah melihat bastian berhasil memasukan bola.
Begitu juga juga papa, mama bastian. ''goool'' teriak ayah bastian bersemangat.
Mama bastian terharu melihat anaknya mampu bermain sepak bola sebagus itu.
Rizal yang berada di sampin ayahnya pun ikut tersenyum melihat bastian bermain dilapangan hijau.
Kesenangan mereka tak berlanjut, karena gawang tim bastian berhasil di bobol oleh tim lawan. Kedudukan sementara pun menjadi 1-1. Pertandingan semakin menegangkan, sampai akhirnya wasit meniupkan pluit tanda pertandingan babak pertama telah usai.
Bastian bersama anggota timnya yang lain menuju ke ruang istirahat.
Bastian pun meneguk sebotol air minum.
''keluarga loe bangga sama loe. Tim harus menang, kalo gak! Keluarga loe pasti kecewa sama loe'' ucap filda sembari menyodorkan handuk untuk mengelap keringat bastian.
Bastian pun tersenyum kearah filda yang berada dekat dihadapannya.
''thanks ya, loe emang pembangkit semangat gue buat hari ini'' ucapnya.
Filda pun menoleh ke arah pintu masuk. Ia melihat kak rizal sedang mendorong ayahnya yang duduk di kursi roda.
Filda pun menarik tangan bastian lalu mengajaknya menemui ayahnya.
''papa'' ucap bastian yang kemudian berlari memeluk ayahnya.
Pelukan itu erat, seakan bastian enggan untuk melepaskannya.
''semangat bas, gue yakin tim loe bakal menang'' ucap rizal memberi semangat.
Bastian pun melepaskan pelukannya.
''jangan kecewain papa, kamu satu satunya penerus papa di bidang sepak bola'' ucap papa bastian.
''oke pa. Bastian janji bakal ngasih satu gol lagi buat papa'' ucap bastian.
Pertandingan babak kedua pun dimulai. Semua tim sudah bersiap di lapangan. Bastian yang masuk terlambat pun segera bergabungan dengan timnya dan menyesuaikan.
Bastian yang ditujuk untuk menjadi kapten pun berdiri ditengah lapangan. Untuk mengawali pertandingan, wasit meniup pluit itu lagi.
engan cekatan bastian mengoper bola dan menendangkannya. Beberapa kali ia melakukan tembakan ke gawang lawan, tapi semuanya gagal. Ia pun mengoperkan bolanya ke edo yang berada jauh didepanya.
''dugg'' suara bola yang ditendang bastian. Tiba-tiba bastian terdiam di tengah lapangan.
''ohh god. Kaki gue kenapa gak bisa digerakin'' ucap bastian dalam hati.
Rupanya kaki bastian belum sembuh total. Filda, caca, reza, rizal, mama dan papa bastian panik melihat gelagat bastian ditengah lapangan.
''loe kenapa bas?'' tanya aldi menghampiri bastian.
''kaki gue gak bisa geraak al'' jawab bastian.
''kok bisa, ya udah, loe kepinggir lapangan aja dulu'' saran aldi.
''gak bisa, kaki gue gak bisa digerakin'' ucap bastian.
Edo yang sedang menggiring bola pun ikut panik melihat bastian. Edo tak mampu mengontrol bola dan akhirnya bola dikuasi oleh tim lawan.
Dengan sigap aldi meminta tim medis untuk menangani bastian. Bastian pun di bawa ketepi lapangan, sedangkan pertandingan masih tetap berjalan.
Filda pun khawatir dengan keadaan bastian. Begitu juga dengan ayahnya.
''aku tidak akan memaafkan diri aku sendiri kalo bastian sampai kenapa-napa'' ucap papa bastian.
Dilapangan.
''gimana kalo kamu digantikan oleh gido saja bas'' ucap si pelatih.
''gak pak, saya masih mau main. Please pak, kasih kesempatan saya untuk menciptakan gol lagi'' ucap bastian.
''mana mungkin bisa, kaki kamu saja seperti ini'' ucap si pelatih.
Bastian terdiam. Ia berusaha untuk masuk kelapangan lagi. Dengan kaki yang tertatih tatih, bastian berusaha untuk memainkan pertandingan itu lagi.
''bastian itu memang keras kepala anaknya'' ucap si pelatih.
Bastian pun kembali kedalam lapangan dan ia bertekad membentuk satu gol lagi.
Sampai di dua menit terakhir, tetapi tim bastian belum juga berhasil membentuk satu angka lagi untuk timnya. pertandingan semakin menegangkan. 25 detik waktu yang tersisa, sedangkan wasit tidak memberi tambahan waktu untuk pertandingan kali ini.
Semua penonton terdiam. Pelatih tim bastian pun sudah mulai cemas.
''gooooooll'' semua penonton berteriak. Yah, pada saat itu juga bastian berhasil membuat satu gol lagi.
Filda, caca, reza dan semua keluarga bastian berteriak lepas dan bahagia.
''bastian punya bakat besar kayak papanya'' ucap mama bastian.
Rizal tersenyum mendengarnya, tapi sorak sorai penonton tiba-tiba bertambah setelah wasit meniup pluit sebagai tanda usainya pertandingan babak kedua itu.
Semua tim bastian menggotong bastian secara bersama.
''your the best bas'' teriak filda.
Dan bastian tersenyum mendengar ucapan filda.
***
Usai pertandingan, bastian sudah berganti baju. Ia bersiap menuju keluar studion bersama edo, dan aldi.
Dengan langkah yang masih tertatih-tatih bastian berjalan menuju ke arah filda yang berada di pintu keluar studion.
''yeeeh, kamu menang'' ucap filda sembari memeluk bastian.
Bastian terkejut dengan pelukan yang diberikan filda kepadanya.
''ehem,'' ucap caca yang berada di samping filda.
Filda pun melepaskan pelukannya.
Edo, aldi, dan reza yang berada di belakang bastian pun tertawa melihat bastian dan filda yang salah tingkah itu.
Pada saat itu juga. Bastian melihat keluarganya menunggu dia di parkir studion.
Dengan bantuan filda, bastian berjalan menuju ke arah keluarganya.
''pa, ma, kak rizal. Maaf kalo selama ini bastian keras kepala untuk tetep ikut olah raga ini. bastian janji ini pertandingan terakhir bastian, dan bastian janji gak akan main bola lagi. Impian bastian buat menang di pertandingan terakhir bastian udah tercapai. Dan mulai hari ini bastian bakal nurutin kemaun kalian'' ucap bastian dihadapan keluarganya.
''siapa bilang ini pertandingan terakhir kamu'' ucap papa bastian.
''maksud papa?'' tanya bastian, polos.
''papa punya tantangan buat kamu. Kamu harus terus menang disetiap pertandingan bola kamu. Papa gak mau liat tim kamu kalah'' ucap papa bastian.
''maksud papa, bastian tetep boleh main bola gitu'' ucap bastian semringah.
''loe punya bakat besar kayak papa. Jadi loe harus nerusin bakat papa yang diturunin kekamu'' ucap rizal sembari menepuk pundak bastian.
Mama bastian pun mengacak-acak rambut bastian lalu memeluknya dalam sebuah dekapan hangat.
Bastian melepaskan pelukan mamanya dan berkata,
''oh ya pa, mah. Kenalin, ini wanita spesial di hati bastian, yang bisa ngebangkitin semangat bastian'' menarik tangan filda.
''dia setia banget lo pah, mah nungguin bastian latihan setiap hari di studion'' lanjutnya.
Filda hanya tersipu malu, wajahnya memerah dan tersenyum manis.
Bastian tertawa bahagia melihat semua orang yang dia sayangi tersenyum.
Hingga waktu terus berlalu, kebahagian itu terus berlajut. Kedua orang tua bastian terus mendukung bastian didunia sepak bola. Sedangkan rizal, masih terus dalam dunianya, yaitu dunia musik. Hubungan filda dan bastian pun semakin harmonis, mereka resmi menjadi sepasang kekasih, dua hari setelah pertandingan itu berlangsung. Tawa dan canda kini sering menghampiri kehidupan bastian.
Happy ending story :)
PROFIL PENULIS
Nama: Dewi Rosita
Alamat fb: facebook.com/dewirosita25
Twitter: @dewirosita_
Alamat fb: facebook.com/dewirosita25
Twitter: @dewirosita_
Baca juga Cerpen Cinta dan Cerpen remaja yang lainnya.