Di suatu hari yang tak ada secercah cahaya. Aku terdiam di bawah pohon intaran yang rindang. Ku tatap biru kehitaman warna langit.Ku rasakan terpaan angin dingin di wajahku. Dan hingga, tak ku sangka hari telah gelap.Ku bangun dan beranjak ke sebuah tempat istirahat yang sangat nyaman. Ku ambil sebuah buku kecil bersampul merah di dalam lemariku. Ku torehkan sedikit demi sedikit tinta hitam untuk ku tuliskan kisah cinta dua burung merpati. Dan ku keluar tuk pandangin langit yang bertebaran beribu bintang dan di selimuti angin malam yang dingin. Betapa ku berharap, ku ingin mengungkapkan suatu perasaan yang abadi.Akan tetapi,ratu alam tak mengijinkanku tuk mengungkapkan semua itu. Setetes mutiara jatuh di buku kecil bersampul merah dan membuat lukisan hati berwarna hitam kelabu yang mengeluarkan setitik cahaya terang. Disaat ku termenung oleh semua itu,ternyata seseorang datang menghampiriku dan ku membayangkannya seperti malaikat yang memiliki sayap hitam dan cincin hitam di atas kepalanya. Dia memberiku kehangatan dan setangkai mawar hitam.
Keesokan harinya aku merasakan hal aneh yang terjadi pada diriku sendiri. Aku tak mengerti dengan semua itu. Waktu yang terus berlalu begitu cepat menjawab semua hal aneh yang aku rasakan. Aku pun mengerti, ku merasakan hal yang sama seperti dulu, disaat ku menyukai kakak kelasku. Dan sekarang perasaan itu datang kembali untuk lelaki lain yang membuatku merasa nyaman denganku. Aku jatuh cinta pada seorang lelaki tampan yang menghampiriku kemarin malam, tanpa ku tanya siapa namanya. Sepanjang malam, dia selalu ada dalam bunga tidurku dan kembali memberiku bunga mawar hitam.
Pada awal mulai sekolah,aku memberanikan diri untuk berkenalan dengan lelaki tersebut tepat di samping kolam yang di hiasi ikan berwarna-warni. Dia menatapku dengan mata yang sangat terang dan senyuman yang bersimpul manis. Namanya Sungha, dia anak kelas IPA yang sangat gemar tentang seni. Meski sedikit kecewa karena dia tak sejurusan denganku yaitu IPS, tapi itu tak masalah untukku mengetahui semua tentangnya. Setiap hari, ku mencari sesuatu hal yang bersangkutan dengan sungha. Akan tetapi, aku merasa kecewa, disaat ku mengetahui satu hal tentang sungha. Ternyata sungha memiliki mantan kekasih yang masih belum bisa sungha lupakan, karena wanita itu cinta pertama sungha.
Begitu cepat waktu berjalan dan tak terasa sudah enam bulan ku menempuh pendidikanku di masa putih abu-abu. Karena waktu yang begitu cepat, ternyata beberapa hari lagi adalah Valentine. Hari yang di tunggu-tunggu semua orang untuk mengungkapkan perasaan mereka untuk seseorang yang mereka sayangi. Ku memiliki harapan untuk hari itu, harapanku adalah supaya ku bisa bersama sungha dan mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya. Akan tetapi, ku merasakan bahwa rasanya ku tak bisa untuk mengungkapkan semua itu. Bukannya ku malu tuk mengungkapkan perasaanku, tapi ku tak mampu tuk mengungkapkannya. Dan rasanya sungha tak bisa memberikan kasih sayangnya padaku. Di saat ku termenung, suatu hal terlintas di pikiranku, yaitu tujuanku pertama adalah untuk membuat nyata mimpi besarku. Pikiranku menjadi berantakan, aku baikan seseorang yang tak bisa memilih salah satu bintang dari beribu bintang yang ada di langit. Perasaan ini terus menghantui bunga tidurku dan hari-hariku. Tapi, aku harus bisa menjalani semua itu.
Waktunya pun tiba, tak kusangka ternyata sungha menjadi pengisi acara hari valentine. Begitu melihatnya memetikkan gitar kesayangannya aku merasa petikan alunan musik itu untukku. Disaat ku terhanyut oleh suasana itu, temanku Sita menyenggol pinggangku.Sita bertanya padaku kenapa setiap ku melihat sungha, ku selalu tersipu malu. Tak ku sangka, ternyata sahabatku ini sudah memperhatikanku dari dulu. Betapa malunya aku untuk mengungkapkan yang sejujurnya.Tapi, apa harus ku buat,dia sudah tau semuanya. Dan aku pun harus jujur untuk mengatakan semua itu kepada sahabat terbaikku .Setelah ku ceritakan semuanya padanya, sita tertawa dan bingung kenapa ku bisa menyukai seorang lelaki yangbegitu cuek. Tapi, ku merasakan hal yang lain tentang sungha, bagiku sungha adalah lelaki yang perhatian dan begitu lemah lembut. Disaatku tengah menceritakan semua itu, hpku bergetar menandakan pesan masuk.Betapa terkejutnya diriku, ternyata itu sungha.Isi pesannya pun membuatku sangat senang, dia ingin bertemu denganku di bawah pohon intaran yang disinari pancaran bulan purnama dan alunan sayupan angin bernyanyi lagu cinta.Dia sudah menungguku terlalu lama, dan aku meminta maaf dengannya. Tapi, dia hanya tersenyum dan mengelus keningku. Tanpa membuang waktu yang banyak, aku pun menanyakannya kenapa dia ingin bertemu denganku. Tak kusangka ternyata sungha memberikanku sebatang cokelat.Aku berkata dalam hatiku, “Tuhan, takdirkanlah aku dengannya”.Hanya kata itu yang terucap di dalam hatiku pada saat itu. Tapi, waktu tak mengijinkanku untuk bersamanya terlalu lama, karena waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Jadi ku harus memutuskan untuk kembali ke asrama dan dia pun juga kembali ke asramanya. Kami berjalan berdua melewati beribu bintang yang bertebaran di langit dan di sinari dengan cahaya kunang-kunang malam.
Keesokan pagi dengan langit yang berwarna kelabu menyapaku dengan semu yang sedih. Ku tak mengerti tentang teka-teki itu, tapi ku coba tuk mengartikan pertanda itu. Tak kusangka ternyata itu pertanda yang buruk. Ku lihat dan ku dengar sungha menelfon mantan kekasihnya di sebelah asrama yangmembuatku meneteskan air mata. Tapi aku tetap ingat dengan satu kalimat yaitu “Dengarkan dia dahulu sebelum aku dengar perkataan orang lain”. Dari kalimat itu pun ku harus berpikir dewasa untuk mengerti dengan dirinya, meski berat bagiku untuk mengerti.
Akhirnya ulang tahun sungha tinggal dua hari lagi. Ku mempersiapkan sesuatu untuk mengungkapkan perasaanku meski tidak secara langsung mengatakannya. Setiap waktu luang ku tuliskan surat sederhana untuknya dan ku berikan di saat sungha berulang tahun. Sudah tiba waktunya,di malam ulang tahun sungha, ku berikan sungha hadiah yang ku tau hadiah itu tidak istimewa. Dan ku juga berikan sungha lilin yang berwarna hijau bergaris putih, untuk dia simpan dan akan ku minta disaat ku mengungkapkan perasaanku secara langsung. Tak ku sangka malam itu, sungha mengecup keningku, betapa berdebarnya hatiku saat itu. Dan kami bercerita tentang masa putih biru yang sudah digantikan dengan masa putih abu-abu. Sudah larut malam dan kami kembali ke asrama berdua, melewati kunang-kunang yang mengelilingi kami.
Hari-hari ku jalani begitu cepat, dan pada akhirnya hari perpisahan kakak kelas pun tiba.Ku duduk dibawah pohon intaran, dengan membaca curhatanku dibuku kecil bersampul merah. Dan tak ku sangka, seseorang menutup mataku dan berbisik “Aku cinta kamu shang, maukah kamu jadi kekasihku?”. Dengan cepat aku melepas tangannya dari mataku, dan tak ku sangka ternyata itu sungha. Betapa terkejutnya diriku, sampaibibirku tak bisa di buka. Sungha menggenggam tanganku sambil memberikanku setangkai mawar merah dengan lilin hijau bergaris putih yang sudah mengeluarkan api ditangan kanannya sambil mengulang kata itu lagi di depanku. Aku bingung, kenapa dia memberikanku lilin hijau itu, padahal aku akan memintanya di saat ku mengungkapkan perasaanku secara langsung padanya. Mungkinkah sungha sudah mengerti dengan semua hal yang pernah ku lakukan padanya dan dengan surat-surat yang ku berikan padanya. Badanku membeku dan saat itu ku berkata dalam hati, “Tuhan terima kasih, kau membuat nyata semua yang aku harapkan”. Hatiku berdegup sangat kencang dan dengan nada yang pelan ku menjawab,” Iya, ku mau sungha, aku juga cinta kamu”. Tanpa ku sadari sungha memelukku dan mengecup keningku, dan dia berkata,” Aku akan setia padamu sampai malaikat menjemput kita untuk menjadi malaikat seperti mereka”. Saat itu ku hanya tersenyum simpul dan saat itu juga ku dengan sungha telah sah menjadi seorang kekasih.
Hari-hari kami jalani berdua, meski kami harus menjaga jarak supaya semua orang tidak tau tentang hubungan kami berdua. Walau ku sering dengar berita buruk tentang sungha, tapi aku harus tetap percaya dengannya. Seiring waktu berjalan semua orang pun tau bahwa kami sudah pacaran.
Dua tahun sudah kami pacaran dengan alur yang terasa nano-nano dan pada akhirnya kami harus berpisah karena kami memilih Universitas yang berbeda. Meskibegitu, kami tetap menjaga hubungan kami walau jarak jauh dan kami berjanji akan menjaga hubungan kami tetap utuh. Di saat perpisahan sekolah, kami saling memperkenalkan orang tua kami satu sama lain.Kami menceritakan tentang hubungan kami yang sudah kami jalani selama dua tahun. Kemudian, sungha meminta persetujuan kepada orang tua kami berdua, supaya mereka menyetujui hubungan kami berdua. Ternyata, permohonan sungha untuk hubungan kami tidak sia-sia, orang tua kami menyetujui hubungan kami berdua. Tetapi, mereka memberikan satu syarat untuk kami.Mereka ingin kami supaya hubungan ini sebagai motivasi untuk mencapai mimpi dan masa depan kami berdua yang cerah. Kami pun menyanggupi syarat itu, dan pada akhirnya kami berpisah.Kami melanjutkan pendidikan kami di Universitas yang kami harapkan dapat membuat mimpi kami menjadi nyata. Meski kami di pisahkan dengan satu benua, tapi hubungan kami tidak dapat di pisahkan.Karena, kunci dari cinta sejati adalah kepercayaan.
Profil Penulis:
Nama: Resti Marlisa
Nama saya Ni Kadek Resti Marlisa.Saya anak ke-dua dari empat bersaudara. Saya bersekolah di SMAN Bali Mandara. Semoga cerpen saya menarik :)