Praha, 2013
Fiona menatap bangunan-bangunan tua yang berjajar rapi sepanjang jalan di Praha dari jembatan Charles sambil sesekali meneguk kopi panas yang sedari tadi dia gunakan untuk menghangatkan tangan. Ini bulan November, dan bumi Eropa tengah menyambut datangnya hujan serta salju. Fiona senang melihat salju yang tak pernah bisa dia jumpai di Indonesia akan tetapi Fiona tidak pernah tahu kalau suhunya sampai sebegini dinginnya.
Sudah seminggu Fiona di Praha untuk mengikuti pertemuan pelajar yang diadakan di Universitas Masaryk, Brno. Karya tulis ilmiah Fiona yang mengulas kejahatan dalam dunia maya menjadi karya tulis favorit tingkat nasional sehingga dewan juri memutuskan untuk menunjuk Fiona dan kedua finalis lain mewakili pelajar Indonesia dalam 3C (Cyber Crimes Cares) di Universitas Masaryk, Brno, Praha. 3C (Cyber Crimes Care) merupakan pertemuan tingkat internasional yang diadakan UNESCO setiap tahun untuk mengulas hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan di dunia, kali ini UNESCO mengangkat tema kejahatan di dunia maya serta pengaruhnya dalam dunia pendidikan. Tentu saja, Fiona yang awalnya hanya gadis desa biasa dan well merasa dirinya juga korban secara tidak langsung dari kejahatan dunia maya ini menjadi siswa populer di sekolah dan desa kelahirannya sejak dia menjadi juara favorit tingkat nasional. Fiona yang biasanya tidak repot-repot untuk belajar terlalu dalam, mulai detik itu diberi tumpukan buku mengenai materi yang harus dipelajari agar pengetahuan Fiona bertambah. Alhasil, Fiona menjadi kecanduan membuka situs yang berkaitan dengan kejahatan dunia maya yang ada di berbagai Negara.
Fiona juga harus membuka-buka kamus bahasa Ceko yang luar biasa sulit untuk dilafalkan. Fiona yang tidak pernah mendapat nilai lebih dari tujuh dalam pelajaran bahasa Inggris kali in harus belajar dua bahasa sekaligus. Fiona yang tidak begitu hafal seluk beluk Negara Indonesia harus mengenal seluk beluk Negara antah berantah yang tak pernah dia jamah sebelumnya. Sungguh, Ceko adalah bahasa tersulit yang pernah Fiona pelajari, hurufnya saja kadang seperti simbol bukan huruf normal. Pelafalannya tidak semudah bahasa Inggris, ah Fiona merasa bersalah telah menyia-nyiakan pelajaran bahasa Inggris karena mulai detik itu Fiona menyukai bahasa Inggris untuk pertama kalinya. Fiona kadang memaksa Raisa dan mengajak teman kosnya berbicara menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Ceko agar Fiona lancar berbicara. Terkadang anak kos lebih memilih jamuran di kamar daripada membantu Fiona dengan bahasa Ceko yang sulitnya ampun-ampunan itu. Namun, mereka dengan senang hati membantu Fiona kalau Fiona membawa tiga kotak molen aneka rasa.
Kembali pada Fiona yang tengah terdampar di Praha bersama ketiga teman barunya yang kini mungkin saja masih belum terbangun dari tidurnya. Kemarin, Yvone pelajar dari Ceko mengajak Fiona, Karan, dan Alia menginap di kondonya di Praha. Tentu saja Fiona, Karan, dan Alia dengan senang hati mengiyakan karena mereka butuh hiburan setelah lima hari diberi pembekalan mengenai kejahatan dunia maya. Yvone mengajak Fiona dan temannya mengelilingi Praha dengan trem, Fiona menjajal Segway yang harganya hampir sama dengan membeli dua teenlit di Gramedia dan sempat hampir menubruk orang karena Fiona tergelincir dari Segway, Fiona juga mencicipi kari kentang yang sama sekali tidak pedas tapi panas dan enak di kedai makan dekat kondo Yvone. Sementara teman Fiona tergeletak tidak berdaya, Fiona memutuskan untuk kluntang-klantung Praha dengan modal nekat, uang, serta kamus dua bahasa di tas ransel mininya. Fiona sampai dengan selamat di jembatan Charles dengan berjalan kaki setelah bertanya sana-sini dengan bahasa Ceko semampunya. Orang Ceko sangat senang apabila ada orang asing yang bertanya menggunakan bahasa Ceko, bahkan ada yang sempat menawarkan diri mengantar Fiona setelah tahu Fiona adalah perwakilan pelajar yang menghadiri pertemuan dengan UNESCO.
Fiona memesan kopi dan menatap langit Praha yang masih mendung, genangan air masih terlihat di beberapa tempat akibat hujan lebat sejak malam yang membuat Fiona dan kawan-kawan batal ke alun-alun Praha dan akhirnya mereka pesta makanan dengan memesan di kedai bawah kondo Yvone. Hujan tiba-tiba turun cukup deras dan membuat Fiona beserta orang-orang yang asik bercengkerama di atas jembatan Charles mencari tempat berteduh. Fiona buru-buru lari dan masuk ke salah satu kedai kopi. Fiona masuk sambil mengibaskan mantelnya yang sedikit basah terkena air hujan, kemudian duduk di salah satu sudut kedai yang dekat dengan kaca. Fiona memesan kopi dua gelas dan menatap hujan yang bertambah deras. Fiona mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Karan kalau-kalau mereka mencarinya. Fiona meletakkan ponsel begitu saja di meja dan menyesap kopi yang dipesannya. Tubuhnya menghangat dan Fiona masih betah menatap hujan.
Hujan dan baunya yang khas mengingatkan Fiona pada seseorang yang sudah sangat lama tidak diketahui kabarnya. Fiona mendesah pelan karena harus mengingatnya lagi, tetapi dia tidak menolak ketika memorinya melayang ke masa itu, saat Fiona merasa dirinya tengah jatuh cinta, saat dia tahu kalau cintanya bertepuk sebelah tangan, dan saat dia memutuskan untuk mundur dan melupakannya. Tentu saja, Fiona tidak mampu melupakan lelaki yang dia kenal sebatas di facebook itu, hanya saja Fiona sudah ikhlas akan nasib tragis percintaannya. Sejujurnya, Fiona ingin memulai lagi dari awal pertemanannya dengan lelaki itu tetapi Fiona sangsi melakukannya. Sampai saat ini, Fiona tidak bisa lagi menghubunginya berhubung Fiona telah meremove lelaki itu walau Fiona sedikit menyesal dengan keputusannya.
“This seat’s taken?” Tiba-tiba ada suara yang meminta duduk di dekatnya.
“No, please”. Jawab Fiona mengiyakan permintaan orang tersebut tanpa menghiraukannya. Fiona masih asyik menatap hujan di luar seolah dia tengah menonton film dengan adegan-adegan yang menyenangkan karena sesekali Fiona terlihat tersenyum sendiri walau di akhir film Fiona terlihat murung.
“Kopi memang enak untuk menghangatkan tubuh, tetapi coklat hangat jauh lebih enak dan bisa menghilangkan stress”. Sahut seseorang dari luar film maksudnya dari lamunan Fiona sehingga membuat Fiona menoleh penasaran.
Fiona menatap wajah lelaki itu yang tampak dari samping dan tertutup sebagian oleh mug yang tengah menutupi bagian wajahnya yang putih. Rambut lelaki itu sedikit basah yang mungkin karena tetesan hujan, rahangnya tegas, dan hidungnya mancung. Lelaki itu meletakkan mug yang masih mengepul dan menoleh perlahan lalu menatap balik Fiona. Fiona mengernyit melihat lelaki yang tak dikenalnya itu, wajahnya lebih jelas dan dia memiliki alis mata hitam yang tebal serta mata sayu yang hampir sipit. Tetap saja, Fiona tidak pernah merasa bertemu dengan lelaki itu. Sebenarnya dia siapa, batin Fiona.
“Still remembering me, Princess?” Tanyanya sambil menyunggingkan senyum manis.
Sejenak Fiona terlongong tetapi dia tersadar.
Apa katanya? Princess?
Tunggu! Hanya satu orang saja yang memanggilnya Princess, tapi rasanya tidak mungkin dia. Bagaimana bisa dia tahu kalau Fiona tengah berada di Praha, di kedai ini lebih tepatnya, dan tentu saja bagaimana bisa dia tidak salah orang karena mereka belum pernah bertemu sebelumnya.
“Kau?” Fiona hanya menatap lelaki di depannya itu sementara itu lelaki di depannya mengangguk perlahan.
“Yes, I’m. your Prince. Arki Regan Sabatian”. Jawabnya kalem kemudian tersenyum lembut.
Setengah tidak percaya Fiona mengatupkan mulutnya yang ternyata sedari tadi terbuka cukup lebar dan masih tetap tidak bisa memercayai apa yang kini tengah ada di hadapannya. Tidak mungkin kan? Maksudnya, ini kan jarang sekali terjadi. Kemungkinannya hanya 0,00000001 % tentu saja. Aha, Fiona tiba-tiba ingat acara jebakan batman atau supertrap di salah satu televisi swasta di Indonesia. Barangkali ini adalah salah satu dari variety show yang akan menjebak Fiona habis-habisan. Fiona celingukan dan melihat keseluruhan kedai ini, siapa tahu ada kamera tersembunyi atau kameramen yang menyamar menjadi pohon di dekat pintu. Merasa tidak menemukan benda atau mahkluk mencurigakan, Fiona hanya diam dan menatap lelaki itu curiga.
“Ini bukan jebakan batman kan?” Tanyanya konyol sambil tetap memasang wajah menyelidik.
Kontan lelaki itu tertawa terbahak mendengar pertanyaan dari Fiona.“ Hahaha, kamu lucu sekali Fiona. Kamu lupa ya kalau aku kuliah di sini, jurusan ilmu komunikasi dan sosial. Kebetulan aku membaca nama peserta di sepanjang lobi kampus kami. Aku melihat ada nama kamu di sana walaupun aku nggak yakin itu beneran kamu”. Lelaki yang mengaku Arki atau memang benar Arki itu membuka pembicaraan sementara Fiona masih tidak bisa habis pikir dengan kenyataan ini.
“Tapi, tapi bagaimana kamu bisa menemukanku. Bisa saja kan kamu salah orang? Atau kamu tanya dukun, atau kamu mengaku-ngaku sebagai Arki dan meminta bantuan dukun agar aku bisa kena tipu?” Racau Fiona lalu kembali celingukan siapa tahu dia melihat dukun yang tengah menjampi-jampinya dari jauh.
Arki kontan terbahak sambil memegangi perutnya setelah mendengar pernyataan dari Fiona yang benar-benar tidak pernah Arki sangka bisa keluar dari mulut Fiona begitu saja.“Hahahaha, kamu benar-benar deh. Kamu kenal Yvone? Dia adik tingkatku, dan aku mengenalnya karena kami bekerja di tempat yang sama. Aku bertanya tentangmu padanya kemudian aku ingat kalau kamu pernah ikut lomba karya tulis di Bandung waktu itu. Aku diberitahu Yvone kalau kamu ada di sini”. Katanya lagi, membuat Fiona sedikit demi sedikit percaya padanya.
“Kamu apa kabar? Aku senang bisa melihatmu. Aku bahkan tadi sempat ragu untuk duduk di sini. Tapi aku juga begitu yakin kalau kamu adalah Fiona. Princess”. Jelasnya, mendominasi pembicaraan sedangkan Fiona berusaha untuk terlihat normal di depan Arki yang ternyata jauh lebih tampan daripada di foto.
“Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja. Jujur, aku juga nggak percaya kalau kamu itu Arki”. Ucap Fiona kemudian menyesap kopinya yang sudah tidak panas lagi.
“Tentu saja aku Arki. Aku nggak mungkin menipumu, apa motifku coba?” Desaknya meyakinkan Fiona.
Fiona tersenyum simpul, sudah yakin kalau dia memang Arki. Si tukang desak.”Aku percaya kok. Oh ya, aku minta maaf untuk semuanya selama ini”. Fiona mengalihkan pembicaraan.
“Aku yang seharusnya minta maaf Princess, karena keputusan-keputusanku kamu selalu sakit hati. Aku nggak akan marah kalau kamu menyesal mengenal aku”. Kata Arki dengan kepala tertunduk.
Fiona menepuk punggung Arki pelan dan menghela nafas.”Aku nggak nyesel mengenal kamu Ar. Sebaiknya kamu juga jangan, karena mengenalmu itu emang sesuatu yang direncanakan bukan suatu kesalahan”. Jawab Fiona terlihat begitu bijak walau nyatanya dia ingin sekali menangis, bahwa kenyataannya Fiona memang sering sakit hati dengan sikap Arki yang tidak pernah sepenuhnya ada untuk dirinya kala itu.
“Jujur waktu itu aku sempet kecewa waktu kamu punya pacar baru di sini, aku ngerasa kehilangan kamu karena kamu udah punya kesibukan lain. Aku merasa terlupakan begitu saja sedangkan aku sangat menyukai kamu. Tapi tenang, itu dulu kok. Aku justru senang kalau sekarang kamu udah punya kebahagiaan yang baru”. Fiona menambahkan sambil menggigiti bibir bawahnya menahan tangis.
“Aku benar-benar senang bisa bertemu kamu Princess”. Kata Arki sambil tersenyum lembut pada Fiona.
“Oh ya atau jangan-jangan kamu sudah bersama Nabila. Bagaimana hubunganmu dengannya?” Tanya Fiona ingin tahu.
“Mungkin memang waktunya aku menyerah. Aku tetap nggak pernah bisa maksa dia buat menerima aku. Kamu tahu Jacob Black kan?” Ucap Arki yang segera dibalas anggukkan oleh Fiona.”I will always be her best man, and you always be my Princess till my heart stops beating”.
Fiona mendecak, sudah tidak ingin luluh lagi terkena gombalan maut Arki yang selama ini meluluhkan hatinya. Fiona tidak ingin terlihat dungu dan dianggap gampangan.”Haha, gombal”. Seru Fiona sambil mendorong lengan Arki.
“Tapi, kamu emang belum bisa lupain aku kan”. Sahut Arki sambil tersenyum miring.
“Apa? Siapa bilang? Idih”. Semprot Fiona.
“Terus kenapa wallpaper ponselmu itu fotoku”. Jawab Arki lalu mengedipkan sebelah matanya membuat Fiona tersenyum keki dan meraih ponselnya dengan tergesa.
Fiona mengecek ponselnya lalu melotot garang ke arah Arki. Sial! Dia tertipu. Dasar tukang tipu! Rutuk Fiona dalam hati.
“Jadi, kamu mau kan kita memulai segalanya dari awal lagi? Saat kita berteman?” Arki menatap Fiona penuh harap. Fiona tahu sampai kapan pun dia tidak akan pernah menjadi real princess buat Arki tetapi tentu saja Fiona akan tetap bahagia dengan hubungan ini. Fiona tidak akan keberatan kalau memang nantinya Arki akan melupakannya lagi atau membuangnya, Fiona sudah terlalu paham dengan Arki walau dia tidak pernah bertemu dan merasakan kehadirannya selama ini.
“Tentu saja Arki. Till my heart stops beating”. Jawab Fiona kemudian menjulurkan lidahnya karena jargon Arki telah Fiona sabotase lalu disambut dengan tawa Arki.
“Oh ya ngomong-ngomong kamu hebat sekali bisa ikut pertemuan internasional ini. Eh kamu udah kelas tiga kan? Sebentar lagi kuliah dong, kamu mau kuliah dimana?” Berondong Arki.
“Ah emm, ini semua berkat kamu Ar. Berkat bantuanmu, makalahku diikutsertakan dalam lomba karya tulis tingkat SMA. Hasilnya, karya tulisku menang dan aku ikut dalam kejuaraan nasional. Walaupun bukan jadi juara pertama, tapi karya tulisku jadi juara favorit. Emm, makasih ya Prince”. Kata Fiona terdengar sangat canggung.
“Aku rasa itu karena kamu memang pintar Fiona. Aku kan membantu karena kamu yang minta, bukan dari ideku sendiri. Lagi pula aku tidak pernah punya ide seperti itu sewaktu SMA”. Bantah Arki.”Eh kamu barusan bilang apa?Tiba-tiba Arki menatap Fiona dengan tatapan jahil.
“Bilang apa maksudmu? Aku kan bilang berterimakasih”. Kelit Fiona, dia sudah tahu kalau Arki pasti akan mengerjainya lagi.
“Yang terakhir. Kamu bilang apa? Aku nggak begitu jelas mendengar”. Sanggah Arki.
“Oh maaf ya. Aku juga lupa tuh!” Seru Fiona sedikit lantang membuat Arki tertawa.
“Bagaimana kalau kamu daftar kuliah d sini saja Fio”. Tiba-tiba saja Arki memberi usul yang membuat Fiona terdesak ketika meminum kopinya yang kini ludes.
“Di sini? Oh itu bukan ide bagus Arki. Aku nggak mau berbahasa Ceko setiap harinya. Berbahasa Inggris saja aku nggak bisa. Rasanya seperti menggali danau”. Semprot Fiona.
“Kan ada aku”. Sungut Arki.
Eh?
“Apa kamu takut naksir lagi sama aku? Karena sekarang aku nyata di depanmu, bukan sekedar di foto?” Goda Arki sambil tersenyum miring.
Gila. Lelaki itu selalu membuatnya mati kutu seperti ini, bahkan Fiona belum memikirkan nasib kuliahnya karena ujian saja belum. Tadi apa katanya? Naksir padanya lagi? Cukup sekali Fiona terjebak dalam rayuan manis Arki, kali ini Fioan tidak akan terjebak ke dalam lubang yang sama.
“Kenapa melamun? Akan aku pertimbangkan kok kalau kamu benar-benar ingin kita memiliki hubungan yang sama seperti dulu. Kalau kamu ada di sini, aku jadi yakin dan tentu saja aku akan menjaga kamu dengan sungguh-sungguh sepenuh hatiku. Bagaimana? Fio?” Arki menatap Fiona yang kini sepertinya tengah melamun.
“Eh ya apa?” Fiona terlonjak dari pikiran sesatnya lalu menatap Arki bingung.
“Sudah ku duga kamu pasti sedang mempertimbangkan untuk menjalin hubungan dengan ku lagi kan?” Lagi-lagi Arki menggodanya kali ini dengan senyuman yang tak kalah manis dengan Haruma Miura. Fiona hanya menjawab gurauan Arki dengan decakan
“Wah hujan sudah reda, bagaimana kalau kita jalan keluar? Masih banyak yang harus kita ceritakan, karena mungkin saja besok kita nggak bisa bertemu lagi”. Ajak Arki dengan tatapan ingin.
Fiona mengiyakan ajakan Arki. Fiona sendiri tidak mungkin menolak karena alasan yang sama dengan Arki, dia juga ingin menghabiskan waktu dengan lelaki yang satu ini sebab bisa saja ini pertemuan terakhirnya dengan Arki, mungkin saja esok Arki akan kembali sibuk dan tidak memiliki waktu luang untuk bertemu dengannya. Tentu saja, Fiona sendiri mempunyai urusan yang akan membuatnya jauh lebih sibuk. Kalau saja Fiona di sini untuk berlibur, pasti dia akan dengan senang hati menemui Arki setiap hari. Ah, Fiona jadi sangat bersyukur bisa berada di Ceko walau perjuangan untuk kesini benar-benar menjengahkan.
Fiona mendengarkan dengan seksama setiap penjelasan Arki mengenai sejarah kota tua ini. Arki seperti halnya seorang tour guide, dia begitu lihai dalam menjelaskan sambil sesekali menunjuk atau mengarahkan mata Fiona ke arah bangunan tua maupun jalan yang tengah mereka lalui.
“Mau kemana?” Tanya Fiona ketika melihat Arki tiba-tiba berjalan lebih cepat dari dirinya dan mendekati toko bunga. Fiona memutuskan untuk menunggu Arki karena dia tidak tahu untuk apa Arki membeli bunga. Bisa saja untuk dibawa ke makam Raja Ceko atau siapa, Fiona kurang paham.
“Bunga itu untuk..
Belum selesai Fiona berbicara, Arki sudah memotong pembicaraannya dengan menyodorkan sebuket Lili ke hadapannya. Fiona tidak jadi melanjutkan omongannya dan hanya menatap Arki, bingung.
“Happy belated birthday Princess”. Ucap Arki pelan.
“Ah?” Fiona seakan tidak memercayai pendengarannya.
“Selamat ulangtahun Princess. Sekali lagi, maaf kalau kehadiranku membuatmu tidak nyaman”. Arki berucap lalu menghela nafas cukup panjang.
“Terimakasih, aku membaca pesan dari kakakmu kok. Maaf, sebenarnya aku sudah lama ingin berteman denganmu lagi. Maaf ya aku pengecut. Aku nggak berani jujur, sejak makalahku mendapat nilai terbaik aku ingin sekali menghubungimu mengucapkan terimakasih tapi aku takut kalau aku nggak bisa mengendalikan perasaanku sendiri”. Terang Fiona, matanya sudah berkaca-kaca.
Arki meraih tangan Fiona sambil berkata,“Jadi, seperti yang tadi aku bilang, bisa kan kalau kita kembali memulainya dari awal. Aku rasa kita lebih baik melupakan apa yang terjadi selama ini dengan kita. Kamu jangan pernah berpikir kalau selama ini aku tidak menganggapmu atau apa. Aku hanya tidak ingin melukai perasaanmu Fi. Seperti yang aku bilang dulu, aku nggak mungkin membiarkan kamu menunggu orang yang nggak pasti seperti aku”.
Fiona mengangguk lalu tidak bisa untuk tidak menitikkan air mata yang sudah dia tahan sedari awal mereka bertemu. Arki menarik Fiona dalam rengkuhannya, dan membenamkan kepalanya di antara rambut dan pundak Fiona yang kecil dan tampak rapuh. Fiona sudah tidak bisa berkata apapun lagi, dia hanya berharap ini bukan mimpi karena kalau ini mimpi dia tidak ingin terbangun dari mimpinya. Fiona masih menyayangi Arki seperti dulu, tapi kali ini dia tidak akan membiarkan perasaannya jatuh terlalu dalam seperti yang diminta Arki waktu itu.
Arki melepaskan pelukannya dan mengusap pelan air mata yang sedari tadi bermuara di pipi Fiona. Arki tidak akan membiarkan gadis di hadapannya terluka sekali lagi hanya karena keputusan-keputusan yang sering dia buat. Kali ini Arki akan memperlakukan gadis ini seperti selayaknya seorang Princess. Arki tidak akan pernah tahu akan seperti hubungannya nanti dengan Fiona, dia tidak ingin terburu-buru memutuskan karena dia tidak ingin keputusannya salah. Sampai nanti Fiona kembali ke Indonesia, Arki sudah membuat keputusan bahwa Fiona satu-satunya Princess dalam hatinya.
“There’s only one Princess in my life”. Bisiknya pada Fiona.
Walau Fiona tidak ingin terjebak oleh kata-kata manis Arki lagi, saat ini Fiona memilih untuk memercayainya.
Profil Penulis:
Nama: Vina Anggia N.A
TTL: 23 Januari 1994
Twitter: @vivianatsir