Cerpen Remaja - Bayang Semu

Hexa memang seseorang yang tak terlalu Alen sukai, tapi ia semakin penasaran dengan sosoknya kini. Tak terlintas sedikit pun dalam pikiran Alen untuk membenci Hexa meski Dikta, kakaknya tak menyukai.

Hingga suatu hari, di hari festival tahunan desa tempat tinggal Alen sedang berlangsung. Hexa menariknya kebelakang gudang yang berada tepat di samping lapangan tempat acara festival diselenggarakan.

“Alen, aku mau minta maaf atas sikap aku yang buat kamu dan Dikta jadi kesal sama aku,” Ucap Hexa terbata-bata.
Alen heran, ia bahkan tak pernah menganggap Hexa ada. Ia hanyalah gadis kecil yang tak sanggup menggartikan tentang kebenaran yang terjadi. Darah keluar dari mulut Hexa, Alen terkejut, tapi Hexa tetap meneruskan langkahnya.

“Hexa, kamu nggak apa-apa, kan?” Teriak Alen
Tanpa memalingkan wajah, ia menggeleng. Namun kemudian, tubuh Hexa tumbang.
Cerpen Remaja - Bayang Semu
………………

8 Juli 2007, festival tahunan kali ini tak dapat dilaksanakan. Hujan terus mengguyur desa selama beberapa hari, juga hari ini dari pagi hingga tengah hari. Langit terus tak tersenyum, seolah tak memberi izin untuk melaksanakan acara tahunan tersebut.
Alen masih disana, perempuan yang tengah beranjak dewasa itu di depan gudang, tempat ia biasa berdiri menyaksikan berlangsungnya festival. Kemudian, datang seorang pria berdiri disampingnya. Alen merasa tak asing dengan lelaki itu. Sesaat berlalu mereka berdua tetap diam, masih diam dalam sepi.

“Kamu Alen, ya..? Dari dulu belum berubah, masih cantik!” Kata pemuda itu membuka pembicaraan sambil tersenyum ke arah Alen.
Cowok manis itu berlari kearah lapangan di tengah hujan deras. Tiba-tiba Alen sadar, ia pun menyusul dan mengambil posisi berdekatan dengannya.
“Kamu kemana aja?” Tanya Alen.
“Aku nggak kemana-mana, kok..”
Alen tak tau apa yang sedang ia lakukan, tapi seperti ada magnet yang menariknya. Ia lalu memeluk laki-laki itu sembari berbisik…
“Hexa, kamu nggak apa-apa, kan?”
Hexa menggeleng dan tersenyum. Alen hanya pasrah ketika Hexa mendekapnya erat.

………………

Hari ini pun cuaca masih tak mau bersahabat. Alen hanya bisa menatap langit, duduk sendiri didepan teras rumahnya. Ia masih bingung dengan kajadian kemarin.
“Ini nyata..? Kenapa sejak kejadian itu Hexa menghilang dan mencuri hati saat tiba-tiba datang dalam hidupku, setelah 9 tahun?” Katanya dalam hati.

Pertanyaan demi pertanyaan menggeliat dalam pikirannya. Dikta menghampiri, melihat Alen termenung sendiri. Ia lalu menggoda adik kecilnya itu. Tawa mereka menghiasi langit yang masih kalam. Tiba-tiba Alen tersentak saat melihat bayangan Hexa seolah melewatinya. Tak berapa lama bayangan aneh pun terlintas dalam benaknya.

Alen mulai paham, apa ini pertanda? Ia bertanya sendiri. Gadis itu lalu berlari menuju tempat tinggal Hexa dulu tanpa memperdulikan hujan yang mengguyur membasahi tubuhnya.
Rumah terlihat sepi. Ia sadar, setelah 9 tahun, apa Hexa masih tinggal disini? Tapi, setidaknya ia akan mendapatkan sedikit kajelasan. Alen mengetuk pintu, orang yang tak dikenalnya keluar. Seorang wanita remaja menjawab salam yang ia ucapkan.

“Mau cari siapa, mbak?” Tanyanya pada Alen.
“Pak Aryo..??!!!” Jawabnya ragu
“Paman Aryo udah nggak tinggal disini lagi, udah lama pindah. Mau bawa anaknya berobat.”
“Anaknya berobat?? Sakit apa emangnya??” Alen kembali bertanya, masih dengan nada ragu.
“Udah sakit dari kecil sih mbak, tapi dua hari yang lalu meninggal karena penyakitnya itu.” Jelas wanita itu.
“Hexa…???”
“Bener mbak, nama anaknya itu Hexa.”
Perempuan itu berlalu pergi, meninggalkan Alen yang masih terdiam dalam renungan kabingungan. Tubuhnya terasa hangat saat seorang pria mendakapnya dari belakang penuh kasih sayang.
“Alen, aku nggak apa-apa, kok…!!!!”
- the end -

Profil Penulis
Nama : delta fitri
Email : deltafitrisari@gmail.com
Share & Like