YOU WILL NEVER WALK ALONE, TITA..!
Karya Eka Pratiwi
Karya Eka Pratiwi
Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
aku tenggelam dalam lautan luka dalam,
aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
aku tanpamu butiran debu ..
lirik lagu butiran debu dan alunan gitar menemani kesendirianku, kulirik jam dinding yang menempel bisu d dinding kamarku. Sudah jam 2 malam namun mataku belum juga terpejam. Kulihat sekeliling sudut kamar seluruh anak-anak asrama sudah terbalut dengan mimpinya..
yaa.. aku tinggal di sebuah asrama, orang tuaku bercerai ketika aku duduk di kelas 1 SMP hingga kini usiaku sudah 20 tahun aku tak tahu mereka di mana. Mereka tak pernah memberi kabar, saudara??? Ahh entah tak ada yang peduli denganku.. Namun tak pernah ada yang mengetahui sisi buruk dalam hidupku, sebisa mungkin aku terlihat ceria di depan teman-teman. Dibilang munafik, ya.. aku memang munafik tapi mau bagaimana lagi aku tak mau terlihat lemah di depan semua orang.. Oya, mengenai pendidikan, aku mendapatkan beasiswa di salah satu akademi perawatan di Bogor dan tak terasa kini sudah semester 9 hanya tinggal menunggu hari untuk lulus. Beberapa Rumah sakitpun sudah banyak yang menawarkanku untuk kerja namun semuanya kutolak karena sebenarnya cita-citaku ingin sekali menjadi atlet taekwondo.. Tapi rupanya Tuhan berkehendak lain.
***
“woy Tita bangun !” begitulah biasa temen-teman memanggilku. Sebenarnya namaku Talitha Indah dan entah panggilan Tita berasal dari mana. “Tita bangun, kebo banget sih lo sekarang jam nya Pak Herman, aduuh gw ngga kebayang deh kalo sampe kita telat.” Oceh Mila sambil menarik-narik selimutku. Aku mengaung, meronta dan memohon kepada Mila untuk tidak berisik namun rupanya ambisinya untuk membangunkanku sungguh luar biasa, ia berlari ke dapur, mengambil kenceng kemudian tanpa pikir panjang langsung memainkan melodi-melodi indah ke telingaku. “Banguuuuun Titaaa, uh lama lu, gw duluan yaa cepeet gw tunggu di kelas.!” lagi-lagi ia meneriakiku kemudian lari tergesa-gesa.
Bak orang yang terkena tsunami akupun terpaksa bangun dan langsung berlari menjauhi melodi-melodi aneh yang akan merusak gendang telingaku itu. Dengan gontai aku berjalan menuju kamar mandi dan segera beranjak ke kelas. Kelasku terletak di samping kantin, jadi tidak heran kalau setiap jam istirahat kelasku berubah menjadi pasar malam, berisik. Sepanjang perjalanan menuju kelas jantungku berdetak tak karuan, mulutku tak henti berkomat-kamit berdoa supaya Pak Herman, dosen paling killer di kampusku ini belum datang, namun rupanya harapanku sia-sia. Ketika ku membuka pintu kelas, sudah berdiri tegak manusia setengah dewa eh maksudku manusia setengah iblis eh aduuh apa yaah.. manusia setengah salmon aduuh makin ngaco dah gua.
Terserah kalian deh mau nganggap apa.. aku sudah kepalang merinding melihat kumisnya. Dia menatapku tajam, pekat seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya, aku masih berdiri di depan pintu. “maaf pak, saya telat. Boleh saya masuk?” tanyaku terbata-bata. Ia langsung memicingkan matanya, “saya tidak butuh mahasiswa yang tidak disiplin seperti kamu, lebih baik kamu pergi dan tidak usah masuk pelajaran saya!” bentaknya tanpa ampun. Kakiku langsung lemas, rasanya tak mampu lagi menopang bobot tubuhku yang 49 kg ini. Kulihat Mila menatapku sedih namun memang aku yang salah, dengan tatapan suram kututup pintu lalu pergi meninggalkan kelas. Namun ketika berjalan entah mau kemana, aku mendengar seseorang bernyanyi, suaranya lembut, indah dan nikmat sekali di dengar. Karena separuh aku dirimu ... sepotong bait yang kuhafal lagunya, “itu kan lagunya Noah, siapa yang punya suara seindah itu yaa?” tanyaku sambil mencari asal suara tsb.
Namun mataku terbelalak melihat sesosok pria bertumbuh gempal di ujung taman, sepertinya aku tak asing dengan wajahnya. “Ya ampun, apa aku gak salah liat, itu bukannya Rio yaa?” jantungku semakin dag dig dug tak karuan. Rio adalah bayang-bayang masa lalu yang sudah lama ku kubur. Singkat cerita ketika di bangku SMP, Rio adalah teman terbaik yang kumiliki. Sejak perceraian orang tuaku, aku menjadi pribadi yang diam, tidak suka bergaul dan suka menyendiri. Namun semua itu berubah ketika aku mengenalnya. Ia selalu menghibur, menemani dan mengajarkan arti hidup yang sesungguhnya, ia juga selalu menyarankan agar aku lebih tabah dan tatap masa depan dengan ceria. Namun belum sempat aku menuruti kemauannya, dan belum sempat mengutarakan perasaan yang selama ini aku simpan ia terlanjur pergi, orang tuanya pindah tugas ke Semarang dan kami berpisah tanpa satu patah kata selamat tinggal yang terucap. Tak terasa pipiku basah rupanya air mataku tumpah, mungkin tak sanggup menahan kerinduan yang mendalam ini. Namun ketika ku usap mataku, tiba-tiba sosok Rio sudah menghilang. “kemana dia, apakah ini hanya halusinaku saja?” tanyaku panik. “aku kangen banget sama kamu yo .” Batinku dalam hati.
***
Hari minggu adalah hari bermalas-malasan, sejak pagi tadi hingga kini pukul 11.00 wib, aku masih terdampar di ranjang kesayanganku. Rasanya malas sekali beranjak dari tempat tidur, kulihat sekeliling kamar, sepi. Aku baru ingat kalau hari minggu seluruh mahasiswa yang mempunyai keluarga biasanya pulang dan berkumpul dengan keluarga mereka, tapi aku ??? sudah hampir 4 tahun tak pernah pulang, mungkin hanya lebaran saja itupun kalau ada yang menjemput. Ah.. miris sekali hidupku. “tapi ada enaknya juga kalo sepi gini, aku jadi bebas melakukan hal yang kusuka.” Pikirku sambil bernyanyi menuju kamar mandi. Selesai mandi dan membereskan tempat tidur, aku memutuskan untuk pergi asrama pria. Namun belum sempat aku membuka gerbang asrama pria, lagi-lagi mataku tertuju pada seseorang yang duduk di ujung taman, rupanya ia senang sekali menyendiri di tempat itu. Jantungku kembali berdegub kencang, “Rio itu pasti kamu Rio, iya kamu Rio.”
Dengan penuh keberanian aku menghampirinya. “Hai.” Sapaku penuh senyum. Rio menatapku heran, “siapa?” tanyanya. “kamu Rio kan, aku Tita kamu masih ingat?” tanyaku penuh harap. “aku ngga suka sama orang yang sok kenal.” Ucapnya sambil berlalu pergi. Aku terdiam membisu. Hatiku sakit, amat sakit.
***
Aku semakin penasaran sebenarnya siapa laki-laki yang mirip Rio itu, ah pokoknya aku harus cari tahu. Aku mulai melakukan aksiku bak Detektif conan, hampir seluruh kelas di kampus ini sudah kujelajahi namun sosok Rio tak juga kutemui, “aduuh tuh orang sebenernya siapa sih, masa di semua kelas gak ada.” Tanyaku heran. “heh lo tuh kenapa sih, akhir-akhir ini sikapnya aneh banget udah kaya detektif conan aja ngintip-ngintip.” Ceplos Mila. “iya nih Mil, gw lagi nyari orang tapi orangnya aneh banget, gw sering liat dia di ujung taman ini tapi pas gw cari ke semua kelas di kampus ini dia ngga ada, kan aneh. Sebenarnya dia mahasiswa kampus ini bukan ya?” gerutuku sambil lirik kanan kiri. “emang ciri-cirinya gimana?” tanya Mila penasaran. “gemuk, putih ada tahi lalat di dagunya dan dia sering banget duduk di ujung taman itu.” Kataku menjelaskan sambil menunjukkan tempat yang sering dikunjungi Rio. “yaudah nanti kita cari lagi, mending sekarang makan yuk laper gw.” Ajak Mila sambil merangkul sahabatnya.
***
Seperti biasa jika malam tiba mataku tak mau terpejam, padahal besok harus sidang comperensive. Aku memang mengidap insomnia, karena bosan aku putuskan untuk keluar kamar. Kulihat langit penuh bintang, indah sekali. Baru terasa betapa aku bosan hidup di asrama dan betapa aku rindu hangatnya sebuah keluarga. Aku menangis tersedu, tak kuat lagi menahan kerinduan ini.
“Tuhan jika aku boleh meminta, aku ingin dilahirkan kembali dari rahim ibu yang menyayangiku. Jika aku boleh meminta aku ingin dijaga oleh ayah yang merelakan nyawanya untuk melindungiku, aku ingin mempunyai keluarga, Tuhan. Aku bosan hidup sepi seperti ini. Aku ingin seperti teman-teman yang mempunyai keluarga, apa aku tidak pantas bahagia??” tangisku pecah. Aku menangis sekencang-kencangnya, beban hati yang selama ini kupendam kini menyeruak bebas. “Tuhan punya rencana yang lebih indah dari ini, jangan berburuk sangka pada Tuhan.” Tiba-tiba sosok yang selama ini kucari duduk disampingku. “kamu sebenarnya siapa,?” tanyaku kaget. “kamu Rio kan, tapi kenapa kamu sok enggak kenal aku, kenapa kamu sering ngilang trus nongol lagi. Kamu sebenernya siapa, hah??? Jawaaab???” teriaku sambil menarik kerah bajunya.
Tapi dengan seketika tubuh gempalnya menyentuh tubuhku, ia memelukku erat. Kurasakan nafasnya memburu di telingaku, “maafin aku Ta, aku sayang sama kamu.” Rintihnya tulus. Namun dengan segera aku melepaskan pelukan itu, “kamu siapa, kamu Rio kan? Kenapa Yo, kenapa kamu kayak gini. Aku sedih yo, aku takut sendirian kayak gini.” Ucapku sambil berdiri dan menangis sejadi-jadinya. “kamu tenang dulu Ta, aku bakal jelasin semuanya tapi tolong kamu tenang.” Pinta Rio. Akupun menuruti kemauannya, aku kembali duduk di sampingnya dan mulai mendengarkan. “jujur Ta, selama ini aku bohong sama kamu, aku gak pernah pindah ke Semarang. Sebenarnya aku masih di Bogor dan selalu meperhatikanmu selama ini, rumahku yang dulu dijual dan sekarang aku menempati rumah baru di daerah Cisarua.” Mataku langsung menatapnya kesal, “kenapa yo, apa salah aku?” tanyaku lemas. Aku tak menyangka Rio tega melakukan ini. “dengerin dulu, Ta. Aku sengaja ngelakuin ini, Aku Cuma pengen bikin kamu bangkit lagi Ta, aku kangen kamu yang ceria, kamu yang humoris, kamu yang penuh semangat. Tapi aku gak bisa liat kamu kayak gitu lagi semenjak orang tuamu bercerai, aku udah bersusah payah buat kamu bangkit tapi kamu gak pernah dengerin aku. Makanya aku putusin untuk pura-pura pergi, aku pengen tahu apa yang kamu lakukan tanpa aku dan ternyata sekarang kamu sudah hebat lagi Ta. Siapa yang nggak kenal kamu di kampus ini, Talitha Indah semua mengenalnya. Kamu cantik, pintar dan popular. Aku bangga sama kamu Ta, aku seneng kamu bisa bangkit lagi.” Jelasnya dengan sorot mata penuh kebahagiaan.
Aku menunduk lemas. “kamu ngga tau yo betapa lelahnya aku berpura-pura kuat selama ini, berpura-pura riang, pura-pura nggak ada masalah. aku cape yo, aku sedih, aku udah ngga bisa terus-terusan bohongin perasaanku, jujur aku kangen mama sama papa. Aku pengen kayak teman-temanku yang mempunyai keluarga, aku bosan hidup sendiri yo ditambah lagi saat kamu pergi. Itu sangat membuatku terpukul yo,” tangisku kembali pecah. Dengan segera Rio menghapus air mataku. “maafin aku selama ini kalau sikapku bikin kamu sedih Ta, aku janji nggak akan ninggalin kamu lagi. Aku akan selalu ada buat kamu, sekarang hapus air matanya besok kamu sidang kan? Ayo Ta kamu harus lulus. Besok aku pasti akan kasih kejutan terindah buat kamu ” janji Rio dengan pasti. “bener Yo?” tanyakua meyakinkan. “iya sekarang kamu balik ke asrama deh, good night sayang ” ucapnya sambil mengelus kepalaku dengan lembut. “kamu panggil aku dengan sebutan sayang Yo?” pekikku tak percaya. “iya, kamu gak mau jadi pacar aku nih?” Rio mengejek. “iih Rio, mau lah. Hehehe.” Jawabku malu. “yaudah sekarang cepet pergi tidur, aku bakal duduk di kursi paling depan besok.” Dengan sigap aku berdiri sambil berkata “siap komandan, laksanakan !” semangatku sambil menebarkan senyum yang sumringah. Sungguh malam yang indah. Terima kasih Tuhan
***
“Yo.. aku lulus Yo.. !!!” riangku dalam hati. Aku tersenyum bahagia, meski tanpa didampingi orang tua. Seluruh teman-temanku mengabadikan moment ini dengan berfoto bersama keluarga mereka. Sedangkan aku ? tak perlu kujelaskan pasti kalian sudah tau, kulihat Mila tertawa bahagia bersama keluarganya. Aku masih sibuk mencari sosok Rio, padahal dia sudah berjanji akan duduk di barisan kursi paling depan tapi sejak acara dimulai dia tidak ada. Aku mulai khawatir. “Kamu di mana sih Yo, kok kamu bohong .” Lirihku sedih. Tiba-tiba pak Dorman, tukang kebun kampus menghampiriku dan memberikanku surat. “Dari siapa ini pak?” tanyaku penasaran. “enggak tau non, baca saja.” Jawabnya kemudian pergi. Aku masih terpaku dengan sebuah amplop pink di tangan kananku, dengan sangat hati-hati aku mulai membuka dan membacanya.
Dear Tita sayang..
Mungkin saat kamu baca surat ini aku sudah tidak ada lagi , bukan karena aku kabur atau sengaja pergi darimu.. maaf aku gak bisa penuhi janjiku untuk duduk di kursi paling depan. Tuhan rupanya sudah tak sabar ingin berjumpa denganku dan aku tak mampu menolak ajakannya.. Selama ini aku mengidap penyakit liver, aku sengaja tak memberitahumu karena aku gak mau bikin kamu sedih, Ta. Terima kasih sudah mau menjadi pacarku walau hanya beberapa jam saja, Hei Tita sayang jangan nangis gitu ah nanti cantiknya ilang.. aku udah bahagia di sini, tolong jangan rusak kebahagiaanku dengan air matamu. Ayo senyum, aku punya kejutan buat kamu di ujung taman.. by : Rio
“Riooooooo....!” teriakku hingga menggelegar ke seluruh gedung. “kamu kenapa tega ninggalin aku Yo, kamu jahat Yo.” Teriakku sambil terduduk lemas. Spontan seluruh pengunjung yang berada di gedung ini melihatku dengan aneh, tak terkecuali Mila. Ia langsung berlari ke arahku dan mencari tahu apa yang terjadi. “lo kenapa Ta, ada apa? Ta jangan bikin gw takut.” Tanya Mila ikut menangis. “Rio jahat , dia tega ninggalin gue.” Jawabku semakin lemas. Mila langsung membaca surat itu dan dengan cepat memelukku. “Ta sabar, ini udah jalan-Nya Ta.” Kata Mila mencoba menenangkanku. “Gue benci Tuhan, kenapa dia selalu ambil orang-orang yg gw sayang Mil, apa salah gw?” tangisku kembali pecah. “jangan ngomong gitu Ta, istighfar. Di surat itu Rio bilang dia mau ngasih kejutan kan buat lo di ujung taman, kenapa nggak coba lo liat.” Saran Mila. “buat apa Mil, kejutan apapun kalau Rio tetap pergi itu gak bikin gw seneng.” Jawabku pasrah. Tetapi Mila tetap memaksaku untuk ke ujung taman, dengan susah payah ia membopongku, dan sesampainya di taman betapa terkejutanya aku melihat 2 orang yang sangat ku kenal. Astaga itu orang tuaku, mataku terbelalak tak percaya. “mama papa.” Kataku setengah berteriak. “Titaaaa.. !” teriak mereka dan langsung memelukku. “mama sama papa kangen banget sama kamu sayang.” aku masih tak menyangka kedua orang tuaku kini ada di hadapanku. Apakah mereka pengganti Rio? “mama sama papa kenapa bisa ada di sini?” tanyaku heran. “Rio yang memberitahu kami kalau kamu ada di sini, kamu kenapa pergi sayang? Mama sama papa mati-matian cari kamu.” ucap mama kembali memelukku. “Apa? Kalian mencariku? Kapan? Bukannya kalian seneng kalau aku pergi? Dan tadi mama tanya kenapa aku pergi, tentu jawabannya ada pada kalian. Seandainya kalian tidak bercerai aku gak akan pergi, ngerti !” bentakku kesal. “kamu gak tau betapa kita khawatir kamu pergi, kita cari kamu ke seluruh Bogor, Jakarta, Surbaya, kami juga buat iklan untuk nyari kamu tapi kamu ngga juga ketemu hingga akhirnya datang Rio dan dia memberitahumu kalau kamu ada di sini,kamu juga nggak tau kan kalau mama sama papa sudah rujuk sayang, mama sama papa sudah kembali bersama.” Ucap mama sambil tersenyum. “kalian rujuk?” tanyaku tak percaya. Mereka mengangguk tersenyum. “kamu beruntung sekali mempunyai teman seperti Rio, dia sudah menyadarkan kami bahwa kamu segalanya sayang.” Jelas mama sambil mengusap kepalaku. “Tapi Rio sekarang sudah pergi Ma.” Air mataku kembali jatuh. “sabar sayang, Rio pasti tersenyum di Surga dan dia pasti sedih liat kamu menangis.” Kata mama menenangkan. “aku mau ke makamnya Rio sekarang.” Pintaku.
***
Lututku lemas melihat batu nisan yang bertuliskan nama Rio Ananda, sejenak ku cium batu nisan itu dengan tetesan air mata yang tak mampu kuhentikan. “Yo, makasih udah jadi motivator hidupku selama ini, makasih udah bikin mama papa rujuk, makasih udah bahagiain aku, makasih buat semuanya Yo. Tapi kenapa kamu harus pergi secepat ini Yo, baru kemarin kita ketawa bareng, baru kemarin kamu peluk aku, dan baru kemarin kamu bilang sayang sama aku tapi sekarang kamu pergi, aku sedih Yo.” Tangisku benar-benar pecah. Mama dan Mila terus menenangkanku. “aku janji Yo akan jadi Tita yang kamu mau, Tita yang periang, Tita yang humoris, Tita yang kuat dan Tita yang selalu sayang kamu, kamu baik-baik yaa di Surga, aku yakin orang sebaik kamu pasti ditempatkan di tempat yang paling mulia.” Ucapku dengan senyum kepastian.
PROFIL PENULIS
Nama saya Eka Pratiwi, usia 21 tahun. dan saya perempuan tentunya hehe..
Nama saya Eka Pratiwi, usia 21 tahun. dan saya perempuan tentunya hehe..
Saat ini saya kuliah di salah satu Universitas Negeri di Kota Serang Banten yaitu IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, hobby saya menulis dan jalan-jalan, dan saya punya impian untuk menjadi the best author..
Mohon doanya :)
Untuk biodata selengkapnya, you can add my facebook. reykhalovers@rocketmail.com
Mohon doanya :)
Untuk biodata selengkapnya, you can add my facebook. reykhalovers@rocketmail.com
No. Urut : 1330
Tanggal Kirim : 23/10/2012 17:47:27