KEROMANTISANMU KEEGOISANKU
Karya Rires Aja Dah
Merenung di atas jendela adalah kebiasaan baru ku beberapa minggu belakangan ini. Ya, merenungi kepergian dirinya, orang yang amat aku sayangi. “ M. Aditya Chandra Winata “. Ia pergi dengan cara tragis demi menyelamatkan aku.
Vanesha Putri Rizaldy, itulah namaku. Aku adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara. Orang-orang bilang sih aku cantik dan juga pintar. Aku bersykur memiliki keluarga yang lengkap, harmonis, dan serba berkecukupan. Tapi itu semua terasa kurang jika tidak ada dia, orang yang melengkapi isi hatiku.
***
Vanesha Putri Rizaldy, itulah namaku. Aku adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara. Orang-orang bilang sih aku cantik dan juga pintar. Aku bersykur memiliki keluarga yang lengkap, harmonis, dan serba berkecukupan. Tapi itu semua terasa kurang jika tidak ada dia, orang yang melengkapi isi hatiku.
***
Muhammad Aditya Chandra Winata, ia lah orang yang biasa aku panggil dengan sebutan Adit. Awal perkenalan dirik dengannya bermula dari kejadian konyol ketika di kantin sekolah. salah ambil pesanan alias tertukar. Saat itu ia hendak membeli beberapa tusuk sosis panggang dan aku beberapa buat sosis goreng. Karena saat itu aku sedang sibuk dengan twitter ku, jadi aku langsung mengambil saja sosis panggang Adit tanpa melihat pesanan siapa yang aku ambil. Kebetulan Adit pun tidak menyadari aku mengambil makanannya karena ia sendiri juga sedang sibuk dengan BBMnya, dan ia juga malah mengambil pesanan sosis goreng milikku. Aku duduk di meja pojok kantin. Tak lama kemudian Adit duduk disamping ku sembari membawa sosis gorengku. Saat aku dan a menggigit sosis itu bersamaan kami merasakan hal ganjil dari rasa sosis it. Kami pun saling menengok dan berteriak bersamaan.
“ heh ! itu sosis goreng gue, kok jadi lo yang makan ! “ ujar kami berdua serempak.
“ dih sosis gue kenapa lo yang makan ? “ Tanya ku.
“ lah itu juga lo kenapa gigit sosis panggang gue ? “ Tanya dia balik.
Disaat itulah kami baru menyadari bahwa sosis pesanan kami tertukar. Kami pun akhirnya berkenalan dan berteman.
Semenjak kejadian itu aku dan Adit pun semakin lama semakin dekat. Hari-hari k terasa lebih berwarna bersamanya. Orang tua kami juga ternyata adalah satu rekan bisnis. Aku dan Adit dalam sehari-hari lebih banyak menghabiskan waktu di atas rumah pohon yang terletak dibelakang rumahku. Jadi bisa dibilang setiap hari Adit selalu datang kerumah ku hanya untuk bermain dan bercerita-cerita bersama ku.
***
Siang itu dibawah rumah pohon…
“ gue bete nih nes, keluar yuk nyari makanan ama hiburan gitu, tiap hari mendem disini mulu “ ajak Adit.
“ yaudah, ayu aja gue dit. Tapi kemana ? “ tanyaku.
“ café biasa nes, sekalian mampir tar ke took buku, gua mau beli buku dulu “ jawab Adit.
Aku dan Adit pun langsung pergi ke café yang kami tuju. Tetapi sebelumnya aku mampir terlebih dahulu ke toko buk terlebih dahulu untuk menemani Adit membeli buku. Ya, Adit memang kutu buku. Kemana pun ia pergi, ia pasti membawa buku. Mulai dari novel, komik, ensiklopedi, sampai biografi pun ia bawa. Untuk hari ini ia ke toko bukan untuk membeli buku seperti biasanya, ia membeli alat-alat untuk menggambar. Sejak kapan Adit suka menggambar ?
“ lo buat apaan beli alat gambar ? setau gue lo ga suka gambar deh dit “ tanyaku.
“ udeh ikutin aja, tar juga lo tau kok “ jawab Adit yang membuatku menjadi penasaran.
Setelah menemani Adit berbelanja perlatan menggambar. Aku dan Adit pun langsung menuju café favorit aku dan Adit. Aku mengetahui café ini juga dari Adit, café ini terkesan romantic, dan minimalis. Saat aku duduk aku tiba-tiba tertarik dengan buku merah muda yang sejak tadi ia baca tanpa berhenti. Disaat aku memerhatikan buku tersebut, pelayan datang mengahmpiri kami berdua.
“ mau pesan apa ka ? silakan lihat menunya, jika sudah tinggal panggil saya “ ujar pelayan tersebut dan ia pun langsung meninggalkan kami.
“ lu mau pesan apaan dit ? “ Tanya ku pada Adit yang sedang sibuk dengan bukunya.
“ terserah lu “ jawabnya singkat.
“ ih, kok lu jadi ngebetin sih ? kan tadi lu yang ngajakin gua kesini “ gertak gua.
“ yaudah, terus kenapa ? “
“ dih, yaudahlah ! jutek banget jadi orang “ omel ku.
“ siapa yang jutek ? udah si lu pesan aja sendiri “ sahut Adit.
“ udah ah gue mau pulang ! “ kataku sewot.
“ yaudah “ sahut Adit semakin jutek.
Aku pun pergi meninggalkan Adit di café tersebut dengan sangat emosi. Adit yang ngajak jalan kok jadi jutekan dia. Huh, ada apa ini ya ? enggak seperti biasanya Adit bersikap jutek padaku. Entahlah, teman dia sekarang hanyalah buku merah muda itu...
Malam itu, handphone disampingku kembali berbunyi untuk kesekian kalinya. Tertera di layar muncul nama Aditya. Sudah 10 kali ia menelpon tapi tak aku hiraukan sama sekali. Tak lama terdengar suara SMS masuk, dan ternyata lagi-lagi dari Aditya. Aku baca perlahan SMS tersebut.
“ angkat dong telfon aku dong nesha “
“ huh, ngapain banget coba gua ngeladenin orang kaya lu, males banget “ gerutu ku.
Aku mencoba mencoba untuk melupakan semua kejadian hari ini, dan perlahan-lahan aku menutup mataku. Tertidur…
***
Sinar mentari pagi membangunkan ku pagi ini. Aku bangkit dari tempat tidur untuk mandi. Aku membawa sarapan ku hari ini ke dalam rumah pohon. Jam dinding menunjukkan pukul 09.25. tetapi, kenapa Adit belum juga dating kerumahku ? ini kan hari Sabtu, tak seperti biasa ia begini. Jika aku perhatikan, ada suatu hal ganjil dalam dirinya.
Hari ini serasa sepi tanpa kehadirannya, hampa. Tiba-tiba aku teringat jika besok adalah tanggal 25 Januari, hari ulang tahun Adit dan juga aku. Aku dan Adit memang bersamaan tanggal lahirnya. Tiba-tiba aku berfikir untuk membelikannya sebuah buku ensiklopedia Antariksa. Saat itu juga aku langsung pergi ke took buku untuk membelikannya. Saat aku hendak meninggalkan kasir tanpa sengaja aku menoleh ke arah pojok toko dan melihat Adit bersama seorang perempuan cantik yang sedang bergandengan tangan dan sedang memilih-milih boneka.
Entah mengapa tiba-tiba kaki ku sangat lemas melihat mereka berdua. Sakit ! apa mungkin ini yang dinamakan cemburu ? aku tak tahu. Karena, sampai sekarang aku hanya bisa saying kepadanya, sayang sebagai sahabat setia. Aku tak tahu apa itu cinta, tapi saat aku melihatnya disana, aku baru menyadari bahwa aku jatuh cinta padanya.
Aku berlari melihat kejadian tersebut. Meninggalkan Adit bersama perempuan lain. aku langsung pulang kerumah dan masuk kedalam rumah pohon, menangis sejadi-jadinya disana, menumpahkan semua rasa sakit yang baru saja aku lihat. Apa mungkin perempuan itu adalah kekasihnya ?
***
Aku bangun dari tidurku. Aku baru menyadari bahwa aku tertidur di rumah pohon. Ak melirik jam dinding disampingku, menunjukkan pukul 23.45. saat aku ingin turun dan pindah ke kamar ku, aku mendengar seperti gerbang rumahku terbuka. Rasa takut menyelimuti hatiku. Aku melihat sosok bayangan hitam berlari dibawah rumah pohon. Hatiku takut, jantung berdegup kencang, keringat dingn mulai bercucuran. Ada apa ini ?
Aku memberanikan diri untuk turun dari sini, melihat ada apa yang sebenarnya terjadi. Aku berlari menuju pitnu rumahku. Saat aku buka aku hanyalah melihat kegelapan. Tiba-tiba lampu menyala. Aku melihat mama, papa, dan teman-temanku ada dihadapanku dengan membawa kue dan kado sambil mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Ternyata ini adalah kejutan hari ulang tahun ku. aku meniup lilin berangka 17 tahun diatas kue ulang tahun ku. aku mengucapkan make wish terlebih dahulu, aku berdoa agar aku dapat selalu bersama Adit sekarang, dan selamanya…
Aku teringat pada Adit, kemana dia ? kenapa ia tak ada disini ? aku bertanya pada mama, ia mengatakan bahwa Adit menunggu aku di taman komplek persis dihadapanku. Aku langsung berlari untuk menemui Adit. Saat aku membuka gerbang rumahku. Aku melihat Adit berdiri ditengah lapangan dengan lilin-lilin berbentuk hati dan membentuk tulisan “ Happy Birthday untuk orang yang gue sayang Vanesha Putri Rizaldy “.
Aku pun langsung berlari menghampirinya. Tetapi, tiba-tiba sebuah mobil dari ujung jalan melaju kencang, Adit yang melihat kejadian itu langsung berlari dan mendorongk ke sisi jalan, sehingga ia yang tertabrak. Adit tergelepak lemas ditengah jalan dengan darah yang terus mengucur dari kepalanya. Aku memopong tubuh lemasnya persis disamping lilin berbentuk hati yang ia desain.
“ selamat ulang tahun Nesha, semoga lo terus berada di hati gue, selamanya… maaf gue gak bisa lagi jagain lo Nes, gue sayang lo. Gue harap gue juga dapetin posisi istimewa di hati lo, boneka itu buat lo Nes, gue harap lo bisa ngejaganya, sayang… “
Adit berbicara dengan suara yang parau, dan menghembuskan nafas terakhirnya di hadapanku. Kata sayang, kalimat terakhirnya untukku. Aku segera memanggil orang tua ku, mereka langsung membawa Adit ke dalam rumah. Aku kemudian mengambil boneka beruang besar yang dikelilingi lilin-lilin berbentuk hati. aku menemukan secarik kertas menempel di boneka itu, dan isinya adalah…
" Nesha, selamat ulang tahun ya… semoga panjang umur, sehat selalu, dan selalu disayang orang disekitar mu. Maaf aku hanya bisa memberikan boneka untukmu. Tetapi aku memberikannya dengan penuh kasih sayang. Nes, kemarin kata sodara aku kamu ngeliat aku dan dia pegangan tangan terus langsung lari ya ? maaf ya, aku juga ga tau ada kamu. Tetapi cewe itu Cuma sodara aku doang kok. Oiya, maaf juga buat kejadian di café kemaren ya… aku sayang kamu Nes, aku udah nyiapin ini sejak lama. Nesha, apa kamu mau jadi pacar aku ? untuk melengkapi isi hati ini ? "
Selesai aku membaca kertas tersebut, aku terjatuh, kaki ku sangat lemas membaca kertas itu. Tanpa aku sadari air mata telah membasahi pipiku. Ternyata aku salah paham tentang perempan tersebut. Dan aku tanpa disengaja menemukan buku merah muda yang waktu itu membuatku kesal dengan Adit, saat aku baca judul buku tersebut, buku itu ternyata hanyalah 10 hal yang membuat wanita tersipu.
Aku hanya bisa meratapi ini semua, semua yang telah berlalu dan terjadi, meninggalkan bekas dihati. Aku hanya bisa mendoakan Adit agar tenang dialam sana. Aku hanya menyesal, berharap agar waktu dapat terulang, tetapi aku tak bisa menyalahkan waktu, karena ini sudah takdir. Tetapi, aku berjanji untuk selalu menyimpan semua tentangnya di tempat istimewa dihati ku, selamanya…
***
“ heh ! itu sosis goreng gue, kok jadi lo yang makan ! “ ujar kami berdua serempak.
“ dih sosis gue kenapa lo yang makan ? “ Tanya ku.
“ lah itu juga lo kenapa gigit sosis panggang gue ? “ Tanya dia balik.
Disaat itulah kami baru menyadari bahwa sosis pesanan kami tertukar. Kami pun akhirnya berkenalan dan berteman.
Semenjak kejadian itu aku dan Adit pun semakin lama semakin dekat. Hari-hari k terasa lebih berwarna bersamanya. Orang tua kami juga ternyata adalah satu rekan bisnis. Aku dan Adit dalam sehari-hari lebih banyak menghabiskan waktu di atas rumah pohon yang terletak dibelakang rumahku. Jadi bisa dibilang setiap hari Adit selalu datang kerumah ku hanya untuk bermain dan bercerita-cerita bersama ku.
***
Siang itu dibawah rumah pohon…
“ gue bete nih nes, keluar yuk nyari makanan ama hiburan gitu, tiap hari mendem disini mulu “ ajak Adit.
“ yaudah, ayu aja gue dit. Tapi kemana ? “ tanyaku.
“ café biasa nes, sekalian mampir tar ke took buku, gua mau beli buku dulu “ jawab Adit.
Aku dan Adit pun langsung pergi ke café yang kami tuju. Tetapi sebelumnya aku mampir terlebih dahulu ke toko buk terlebih dahulu untuk menemani Adit membeli buku. Ya, Adit memang kutu buku. Kemana pun ia pergi, ia pasti membawa buku. Mulai dari novel, komik, ensiklopedi, sampai biografi pun ia bawa. Untuk hari ini ia ke toko bukan untuk membeli buku seperti biasanya, ia membeli alat-alat untuk menggambar. Sejak kapan Adit suka menggambar ?
“ lo buat apaan beli alat gambar ? setau gue lo ga suka gambar deh dit “ tanyaku.
“ udeh ikutin aja, tar juga lo tau kok “ jawab Adit yang membuatku menjadi penasaran.
Setelah menemani Adit berbelanja perlatan menggambar. Aku dan Adit pun langsung menuju café favorit aku dan Adit. Aku mengetahui café ini juga dari Adit, café ini terkesan romantic, dan minimalis. Saat aku duduk aku tiba-tiba tertarik dengan buku merah muda yang sejak tadi ia baca tanpa berhenti. Disaat aku memerhatikan buku tersebut, pelayan datang mengahmpiri kami berdua.
“ mau pesan apa ka ? silakan lihat menunya, jika sudah tinggal panggil saya “ ujar pelayan tersebut dan ia pun langsung meninggalkan kami.
“ lu mau pesan apaan dit ? “ Tanya ku pada Adit yang sedang sibuk dengan bukunya.
“ terserah lu “ jawabnya singkat.
“ ih, kok lu jadi ngebetin sih ? kan tadi lu yang ngajakin gua kesini “ gertak gua.
“ yaudah, terus kenapa ? “
“ dih, yaudahlah ! jutek banget jadi orang “ omel ku.
“ siapa yang jutek ? udah si lu pesan aja sendiri “ sahut Adit.
“ udah ah gue mau pulang ! “ kataku sewot.
“ yaudah “ sahut Adit semakin jutek.
Aku pun pergi meninggalkan Adit di café tersebut dengan sangat emosi. Adit yang ngajak jalan kok jadi jutekan dia. Huh, ada apa ini ya ? enggak seperti biasanya Adit bersikap jutek padaku. Entahlah, teman dia sekarang hanyalah buku merah muda itu...
Malam itu, handphone disampingku kembali berbunyi untuk kesekian kalinya. Tertera di layar muncul nama Aditya. Sudah 10 kali ia menelpon tapi tak aku hiraukan sama sekali. Tak lama terdengar suara SMS masuk, dan ternyata lagi-lagi dari Aditya. Aku baca perlahan SMS tersebut.
“ angkat dong telfon aku dong nesha “
“ huh, ngapain banget coba gua ngeladenin orang kaya lu, males banget “ gerutu ku.
Aku mencoba mencoba untuk melupakan semua kejadian hari ini, dan perlahan-lahan aku menutup mataku. Tertidur…
***
Sinar mentari pagi membangunkan ku pagi ini. Aku bangkit dari tempat tidur untuk mandi. Aku membawa sarapan ku hari ini ke dalam rumah pohon. Jam dinding menunjukkan pukul 09.25. tetapi, kenapa Adit belum juga dating kerumahku ? ini kan hari Sabtu, tak seperti biasa ia begini. Jika aku perhatikan, ada suatu hal ganjil dalam dirinya.
Hari ini serasa sepi tanpa kehadirannya, hampa. Tiba-tiba aku teringat jika besok adalah tanggal 25 Januari, hari ulang tahun Adit dan juga aku. Aku dan Adit memang bersamaan tanggal lahirnya. Tiba-tiba aku berfikir untuk membelikannya sebuah buku ensiklopedia Antariksa. Saat itu juga aku langsung pergi ke took buku untuk membelikannya. Saat aku hendak meninggalkan kasir tanpa sengaja aku menoleh ke arah pojok toko dan melihat Adit bersama seorang perempuan cantik yang sedang bergandengan tangan dan sedang memilih-milih boneka.
Entah mengapa tiba-tiba kaki ku sangat lemas melihat mereka berdua. Sakit ! apa mungkin ini yang dinamakan cemburu ? aku tak tahu. Karena, sampai sekarang aku hanya bisa saying kepadanya, sayang sebagai sahabat setia. Aku tak tahu apa itu cinta, tapi saat aku melihatnya disana, aku baru menyadari bahwa aku jatuh cinta padanya.
Aku berlari melihat kejadian tersebut. Meninggalkan Adit bersama perempuan lain. aku langsung pulang kerumah dan masuk kedalam rumah pohon, menangis sejadi-jadinya disana, menumpahkan semua rasa sakit yang baru saja aku lihat. Apa mungkin perempuan itu adalah kekasihnya ?
***
Aku bangun dari tidurku. Aku baru menyadari bahwa aku tertidur di rumah pohon. Ak melirik jam dinding disampingku, menunjukkan pukul 23.45. saat aku ingin turun dan pindah ke kamar ku, aku mendengar seperti gerbang rumahku terbuka. Rasa takut menyelimuti hatiku. Aku melihat sosok bayangan hitam berlari dibawah rumah pohon. Hatiku takut, jantung berdegup kencang, keringat dingn mulai bercucuran. Ada apa ini ?
Aku memberanikan diri untuk turun dari sini, melihat ada apa yang sebenarnya terjadi. Aku berlari menuju pitnu rumahku. Saat aku buka aku hanyalah melihat kegelapan. Tiba-tiba lampu menyala. Aku melihat mama, papa, dan teman-temanku ada dihadapanku dengan membawa kue dan kado sambil mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Ternyata ini adalah kejutan hari ulang tahun ku. aku meniup lilin berangka 17 tahun diatas kue ulang tahun ku. aku mengucapkan make wish terlebih dahulu, aku berdoa agar aku dapat selalu bersama Adit sekarang, dan selamanya…
Aku teringat pada Adit, kemana dia ? kenapa ia tak ada disini ? aku bertanya pada mama, ia mengatakan bahwa Adit menunggu aku di taman komplek persis dihadapanku. Aku langsung berlari untuk menemui Adit. Saat aku membuka gerbang rumahku. Aku melihat Adit berdiri ditengah lapangan dengan lilin-lilin berbentuk hati dan membentuk tulisan “ Happy Birthday untuk orang yang gue sayang Vanesha Putri Rizaldy “.
Aku pun langsung berlari menghampirinya. Tetapi, tiba-tiba sebuah mobil dari ujung jalan melaju kencang, Adit yang melihat kejadian itu langsung berlari dan mendorongk ke sisi jalan, sehingga ia yang tertabrak. Adit tergelepak lemas ditengah jalan dengan darah yang terus mengucur dari kepalanya. Aku memopong tubuh lemasnya persis disamping lilin berbentuk hati yang ia desain.
“ selamat ulang tahun Nesha, semoga lo terus berada di hati gue, selamanya… maaf gue gak bisa lagi jagain lo Nes, gue sayang lo. Gue harap gue juga dapetin posisi istimewa di hati lo, boneka itu buat lo Nes, gue harap lo bisa ngejaganya, sayang… “
Adit berbicara dengan suara yang parau, dan menghembuskan nafas terakhirnya di hadapanku. Kata sayang, kalimat terakhirnya untukku. Aku segera memanggil orang tua ku, mereka langsung membawa Adit ke dalam rumah. Aku kemudian mengambil boneka beruang besar yang dikelilingi lilin-lilin berbentuk hati. aku menemukan secarik kertas menempel di boneka itu, dan isinya adalah…
" Nesha, selamat ulang tahun ya… semoga panjang umur, sehat selalu, dan selalu disayang orang disekitar mu. Maaf aku hanya bisa memberikan boneka untukmu. Tetapi aku memberikannya dengan penuh kasih sayang. Nes, kemarin kata sodara aku kamu ngeliat aku dan dia pegangan tangan terus langsung lari ya ? maaf ya, aku juga ga tau ada kamu. Tetapi cewe itu Cuma sodara aku doang kok. Oiya, maaf juga buat kejadian di café kemaren ya… aku sayang kamu Nes, aku udah nyiapin ini sejak lama. Nesha, apa kamu mau jadi pacar aku ? untuk melengkapi isi hati ini ? "
Selesai aku membaca kertas tersebut, aku terjatuh, kaki ku sangat lemas membaca kertas itu. Tanpa aku sadari air mata telah membasahi pipiku. Ternyata aku salah paham tentang perempan tersebut. Dan aku tanpa disengaja menemukan buku merah muda yang waktu itu membuatku kesal dengan Adit, saat aku baca judul buku tersebut, buku itu ternyata hanyalah 10 hal yang membuat wanita tersipu.
Aku hanya bisa meratapi ini semua, semua yang telah berlalu dan terjadi, meninggalkan bekas dihati. Aku hanya bisa mendoakan Adit agar tenang dialam sana. Aku hanya menyesal, berharap agar waktu dapat terulang, tetapi aku tak bisa menyalahkan waktu, karena ini sudah takdir. Tetapi, aku berjanji untuk selalu menyimpan semua tentangnya di tempat istimewa dihati ku, selamanya…
***