Virus - Cerpen Remaja

VIRUS
Karya Nanda

Santai kata itu lah yang membuat aku hidup di dunia ini. Tapi bukan berarti segala aktifitas ku dapat dilalui dengan bersantai. Namun aku benci dengan kata Buru-buru, karena itu hanya membuatku melakukan kesalahan yang mungkin berpengaruh besar buat kehidupanku. Yah seperti kejadian pagi ini. Celaka buku tugas Sejarah ku tertinggal dirumah.
“Tidaaaakkk…!!!” teriakan ku hampir terdengar disetiap sudut koridor kelas. Semua mata tertuju kepada ku. Betapa memalukannya aku. Segera aku berlari menuju kelas ku.
“Kamu kenapa. Kok kaya yang ketiban musibah segitu besarnya?”
“Buku tugasku Win…..”
“Ketinggalan?” melanjutkan kata-kataku.
“Win, pagi ini adalah awal keburukan buat aku.dan mungkin hanya akan berakhir setelah hari ini atau mungkin gak sama sekali berakhir. Win bantu aku” merengek sambil menangis.
“Akh kamu lebay banget sih. Dengerin yah mungkin hari ini Allah memerintahkan aku buat bantu kamu. Tapi cukup sekali ini.”
“Gimana caranya? Tanya ku heran.
“Akh kamu ini, gak inget atau emang gak tau sih? Aku kan murid kesayangan pak darjo jadi kamu gak usah khawatir. Serahin aja ma aku.”
“Ok, aku percaya.”
***

Bel istirahat berbunyi. Aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Ketika aku masuk ke ruang perpustakaan tiba tiba,
“Braakkk” seorang laki-laki berlari dan menabrak ku.
“Eh, santai donk. Gak perlu buru-buru gitu lagi. Dengan nada tenang.
“Sorry, aku barusan dikejar…” dengan suara setengah ngos-ngosan”
“Dikejar? Dikejar apa?
“Tikus.”
“Hah, Tikus . Masa cowok takut ma tikus sih?.” Pandangan ku terarah pada tikus yang mendekat dan ku tangkap. “Jadi kamu takut ma binatang kecil ini?” Sambil mendekatkan kearah mukanya.
“Pliss buang jauh-jauh tu tikus. Aku mohon.”
Aku melepaskannya.
“Dasar aneh.” Ejek ku.
Dia hanya tersenyum pada ku dan tiba-tiba mencubit hidung ku lalu pergi begitu saja.
“Dih tuh cowo siapa sih, berani-beraninya dia cubit hidung aku.” Gerutuku dalam hati.
***

Seperti biasa, pulang sekolah pasti jalan. Aku memang bodoh kenapa aku gak minta dibelikan sepeda saja. Kedua orangtuaku memang melarangku untuk membeli motor tapi jika aku minta sepeda apa mereka tetap melarang ku. Hidup sederhana bukan berarti aku mesti harus jalan kaki dong. Sedangkan jarak sekolah dengan rumah ku kan lumayan jauh. Ku tendang sebuah kaleng minuman untuk melampiaskan amarah ku. Namun, sepertinya aku malah mengundang masalah. Tiba-tiba lemparan kaleng itu mengenai kepala botak seorang preman. Dia menghampiri ku . Aku tetap tenang karena kalo dia mau kasih aku pelajaran. aku masih bisa hadapi karena kebetulan aku juga bisa karate. Sayangnya, dugaanku salah. Pereman itu memetikan jarinya. Tiba-tiba muncul beberapa orang dari arah belakang ku. Sepertinya ini memang udah jadi rencana buat mereka. Sial, sekarang aku Cuma punya sedikit waktu untuk mikirin gimana caranya bisa lepas dari mereka. Hanya 1 cara yang ada dipikiranku, yaitu bagaimana caranya aku bisa lari secepat mungkin untuk menghindari mereka.
“Hy, De.”
“Lo, kok ada disini?” Tanya ku heran. Tambah rumit aja ni masalah. Napa dia mesti kesini sih.
“Owh ternyata Lo suka gabung ma orang-orang ini ya, pantes ja kelakuan lu di sekolah ga jauh beda ma orang-orang ini. Gue ingetin yah jangan pernah mau jadi sampah dikota ini.”
“Eh, maksud kamu apa ngatain aku kaya gitu.?” Aku semakin bingung dengan kelakuannya. Aku gak bisa ngerti sebenarnya apa yang dia rencanakan.
“Wah bos, masa kita dikatain sampah ma tu bocah.” Kata salah satu anak buahnya.
“Tuh anak mau cari masalah kali yah. Cepat urus dia.” Perintah bosnya kepada anak buahnya.
Dia langsung melarikan diri dengan sepedanya yang dikejar-kejar oleh para preman tersebut. Sedang kan Dea yang baru sadar dan mengerti apa yang dipikirkan oleh laki-laki itu . langsung bertindak seperti apa yang ia rencanakan. Dia membereskan bosnya yang tengah berdiri sendiri. Namun ketika Dea berhasil membereskan preman itu, tiba-tiba anak buahnya kembali. Preman-preman itu kaget dan langsung mengejarnya. Ketika dea sudah lelah berlari, laki-laki itu kembali dan mengajaknya untuk segara naik.

Akhirnya mereka tak mengejarku lagi. Laki-laki itu menghentikan sepedanya.
“kenapa berhenti? Kamu cape?”
“Gak kok. Untuk apa aku mesti buang-buang tenaga Cuma buat nolong kamu. O iya kenalin aku Alfin. Kamu punya hutang nyawa pada ku.”
“Apa? Hutang?”
“Tenang aja aku gak bakal minta aneh-aneh kok. Tapi ada yang perlu aku omongin ma kamu.
“Apa?”
“Aku yakin kamu adalah orang yang bisa aku percaya. Aku butuh bantuanmu.
“Bantu, bantu apa?”
“ tolong bantu aku mencari adik kembarku.”
“Aku? Tapi kenapa mesti aku?”
“Aku gak punya banyak waktu buat ngejelasin semuanya kekamu. Yang pastinya sekarang kamu harus kasih jawaban mu. Kamu akan bantu aku atau nggak?”
“tapi aku gak bisa jawab sekarang donk. Aku mesti mempertimbangkannya. Aku gak mau buat kesalahan yang nantinya berpengaruh buat kehidupan aku.”
“Ok, berarti itu keputusan mu. Dari awal aku tau kamu pasti ga akan mau bantu aku.”
“Eh, kamu gak bisa nyimpulin perkataanku gitu aja dong, aku gak berpikir seperti itu kok.

Alfin tersenyum.”Dan Aku tau, kalo kamu memang gadis yang perduli sama orang-orang yang ada disekitarmu.”
“Kamu sok tau banget sih.”
“Ayo, aku gak punya banyak waktu buat debat ma kamu. Sekarang kita harus bersiap-siap. Nanti sore kita akan mulai menjalankan rencana yang aku buat. Sekarang kita pergi kerumah ku.”
“Apa? tapi aku harus meminta ijin kepada ibuku!”
“Gak ada waktu. Kita bisa terlambat.”
Aku benci saat seperti ini. Mungkin mulai detik ini gak bakal ada kata santai lagi dalam hidup aku. Entah mengapa aku gak bisa nolak permintaannya.
***

“Ini Rumah aku.”
“Kenapa rumah mu seperti ruang laboratorium? Dari luar hanya rumah kecil yang terlihat sebuah rumah kosong. Tapi begitu masuk banyak sekali barang-barang yang tak pernah aku lihat sebelumnya? Dan mengapa begitu sepi rumah ini? Kemana keluarga mu?”
“Kedua orangtua ku adalah seorang ilmuan yang terkenal dengan penemuan yang selama ini mereka temukan. Jones verlewell dan Winner Bretty. Ibu ku telah tiada, dan ayah ku membawa adik ku sekaligus orang yang sudah membunuh ibuku dengan virus yang telah ibuku sendiri buat. Dia iri dengan keberhasilan ibuku. Sungguh ibu ku sangat bodoh. Mengapa dia mau menikah dengan orang biadab seperti itu.”

Aku kaget begitu mendengar ceritanya. Mengapa bisa seorang dengan wajah Asli Indonesia mempunyai kedua orang tua seorang ilmuan terkenal yang berkebangsaan Belanda serta Prancis.
“Aku tahu kamu pasti bingung mengapa kedua orang tua ku yang berkebangsaan prancis dan belanda mempunyai anak yang mempunyai wajah asli Indonesia. Aku akan tunjukan sesuatu pada mu.” Alfin menarik sebuah lapisan dari wajahnya yang begitu persis dengan lapisan kulit wajah. Begitu pula dengan kulit yang ada dibadannya. Wajah yang sebenarnya sekarang sudah terbuka, dia bukan orang yang aku kenal sebagai orang asli Indonesia lagi. Dan begitu pula kulitnya yangberada disekitar badannya. Sekarang berubah menjadi putih layaknya seorang bule. Aku kaget sekaligus tak percaya dengan apa yang aku lihat.
“selama bertahun-tahun aku meneliti orang Indonesia dan akhirnya aku pun bisa merasakan rasanya menjadi orang Indonesia.”
Aku gak bisa berbohong. Aku sungguh merasa kagum padanya. Ternyata dia punya suatu kelebihan yang nggak pernah orang ketahui.
***

Jam sudah menunjukan pukul 15.00 WIB. Setelah Alfin menjelaskan rencananya sekarang aku disuruh untuk merubah penampilanku. dia melakukan apa yang seperti dia lakukan pada dirinya. Sekarang aku tak mengenal diriku sendiri, aku berubah 100% menjadi seorang laki-laki. Karena dia bilang mungkin jika aku tak berubah secara total maka aku akan ketahuan. karena orang yang nanti akan berhadapan dengan ku bukan orang yang biasa tapi dia adalah seorang ilmuan yang sangat hebat. Dan ada satu rahasia lagi yang sekarang baru aku ketahui. Ternyata selama ini dia memakai baju dan celana yang tampaknya banyak jahitan seperti menambal pakaian yang bolong ternyata itu adalah suatu rencananya untuk menyimpan barang-barang yang ia butuhkan disaat keadaan darurat. Walau benda itu kecil tapi ternyata bisa menjadi benda yang berpengaruh besar.
***

Menelusuri hutan yang tepatnya adalah jalan dimana aku dan dia akan menemukan tempat persembunyian ayahnya. Banyak sekali jebakan. Dan aku harus tetap berhati-hati. Namun aku harus terpisah dengannya karena ada dua arah yang harus kami tempuhi. Sepertinya Ayah alfin telah menunggu kedatangan kami. Dia mempersiapkan banyak persembahan untuk kami.
Di perjalanan aku bertemu dengan seorang laki-laki. Entah mengapa aku berpikir apa mungkin dia adiknya alfin. Tapi bukankan adiknya seorang perempuan. Tak disangka-sangka laki-laki itu langsung menyerangku. Namun pada akhirnya dugaan ku benar dia memang adiknya dan sama seperti aku. Aku berhasil membuka kedoknya. Dia seorang gadis. Aku berhasil mengalahkannya. Tapi aku membiarkannya lepas.

Tak lama aku menemukan sebuah rumah besar berada di sebuah hutan aku masuk dan tiba-tiba dari belakang seorang laki-laki memukulku dan akupun pingsan. Aku dibawa kesebuah ruangan khusus olehnya. Dalam keadaan terikat aku mencoba membuka mata dan melihat seorang laki-laki setengah baya. Ia berbalik kearah ku.
“Buka lah mata mu nak, aku tahu kamu sudah bangun. “
“apa, dia bisa berbahasa Indonesia? Bagaimana mungkin.?” Kataku dalam hati. Ternyata suaranya diatur oleh sebuah benda kecil yang dapat mengatur suara atau bahasa yang akan ia gunakan.
“Aku tahu kamu kesini bersama anak ku bukan?”
“Anakmu, siapa maksud mu?”Tanya ku.
“Jajang Kusnadi.”

Aku tertawa, ternyata orang itu punya selera humor juga. Disaat keadaan seserius ini dia sempat-sempatnya bercanda.
“Sebenarnya alfin atau lebih tepatnya Drebly verlwell adalah anakku. Dan anak aku pasti sudah menceritakannya semuanya pada mu. Asal kamu tahu aku membunuh Ibunya karena dia serakah. Dia selalu ingin lebih baik diantar yang lain. Makanya ia ingin tunjukan pada dunia bahwa dia adalah orang yang paling terhebat dengan menemukan virus mematikan ini. Mungkin aku juga sama sepertinya selalu ingin menjadi orang nomor satu makanya aku tidak suka dia bersikap seperti itu. Mungkin aku memang salah karena sudah merasa iri padanya dan membunuhnya. Tapi bagaimanapun rasa itu tidak dapat hilang dan aku terpaksa untuk membunuhnya.”
“Aku gak akan membiarkan mu hidup.” Alfin Muncul dan menembakan pelurunya kearah punggung Ibunya dan tepat kearah jantungnya.
“Dan aku gak akan mebiarkan mu hidup Drebly.” Seorang perempuan bernama rayney verlwell yaitu saudara kembarnya alfin tiba-tiba muncul dan mengarahkan pistolnya kearah alfin
“Apa maksud Mu Rayney? Mengapa kau mau mebunuh Ku? Sudah Terbukti Dia memang bersalah.”
“Dorrr” ayah alfin menembak pelurnya kearah Rayney tepat pada arah kepalanya.
“Mari kita mati bersama rayney. Sekarang biarkan virus ini yang akan membunuh mereka.” ayahnya melemparkan sebuah botol berisi virus kearah ku.

Saat itu aku tak bisa melakukan apapun. Aku hanya bisa berdoa kepada Allah semoga dia memberikan aku kesempatan hidup. Dan akhirnya do’a ku terkabul. Botol itu ditangkap oleh rayney dan virusnyapun tidak berhasil keluar dari botol itu.
“Cukup ayah dan aku yang mati. Jangan libatkan orang lain selain kita.” Rayney tersenyum sambil menghembuskan nafas terakhirnya.
Alfin melepaskan ikatan ku dan membawa ku pulang. Sedangkan virus itu ia bawa dan dia simpan untuk menjadi bahan penelitiannya.
“De, Terima kasih kamu sudah mau membantu ku. Tapi dengan selesainya masalah ini bukan berarti penyamaranku akan berakhir sampai disini. Aku harap kamu tetap menyimpan baik-baik rahasia ku.”
***

Aku merasa lega sekaligus senang karena kehidupan ku kembali seperti semula. Aku juga sekarang menjalin hubungan dengan alfin. Dia bukan tipe orang yang romantis. Tapi dia bisa buat aku bahagia disaat berada disampingnya.
End

PROFIL PENULIS
Nama : Nanda Agustiawati
Ttl : Sukabumi, 13 agustiawati 1996
Alamat FB : Nandagustiawati@gmail.com

Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.
Share & Like