Lantunan Hati - Cerpen Romantis

LANTUNAN HATI
Karya Nur Janna

Fajar telah datang bersama sinarnya yang menyilaukan mata. Aku masih dengan kebiasaan ku di pagi hari ini, berlari dan terus berlari agar kendaraan kebesaran ke sekolah tak terlewatkan.
“Pakk...... tunggu dulu!!!.” Jawabku setengah berteriak, saat ku sampai didekat gang yang berhadapan dengan jalan raya. “Akhirnya.” Ujarku sambil menghembuskan nafas lega. Setumpukan buku dengan ransel yang besar ku rapikan, agar aku tidak mengambil banyak tempat di angkot itu.
Setelah dengan susah payahnya aku berlari melewati parit parit sekolah, berlari dari tangga yang super duper terjal, akhirnya aku sampai juga di kelas yang ku tujuh.
“An, loe tuh tiap pagi, begini terus yah? Kayak orang gila aja loe”. Sapaan yang merupakan sarapan pagiku saat kita bertandang dikelasku. Tiap pagi, kelas ini tidak luput dari yang namanya PASAR PAGI, pasar yang dibuat oleh sebagian siswa-siswa dengan satu alasan dan komitmen mereka, yaitu membuat keusilan(mirip pemilihan saja).
“An, hari ini bagian kamu menyapu, cepat sana!!.” Suara yang tidak asing lagi terdengar olehku, siapa lagi kalau bukan suara Andi, ketua kelas yang super duper cuek di kelas.
“Eh iya.” Jawabku seraya mengambil sapu yang diberikan padaku, entah mengapa walaupun tiap hari Andi selalu memarahiku, namun aku tidak sedikitpun marah padanya(sebagian rekayasa).
“Tunggu apa lagi cepat sana sapu!”, suaranya mengagetkanku lagi.

Aku dengan pasrahnya menyapu seluruh isi kelas, walaupun sebagian temanku ada yang gilirannya hari ini, namun aku tetap menyelesaikannya. Hiks hiks
“Hai Andi akan ke Bandung loh?” suara Titi yang bagaikan suara nenek sihir mengagetkanku yang sedang menyapu.
“Ah,, hebat juga ketua kelas kita itu.” Jawab salah satu teman kelompoknya.
“Dasar Titi, dikelas juga iya masih seperti wartawan gosip, namun apa benar perkataanya?” gumanku penasaran.
“ sudah juga....”. Rasa lega ku hembuskan saat mengetahui aku sudah selesai mengerjakan tugas sekolah dan waktunya untuk istirahat di taman sekolah sambil membaca novel yang dibuat Andrea Hinata. Kebiasaan yang menjadi tradisiku sejak dua tahun ini.
Namun hari ini ku urungkan niatku untuk membaca. Aku berniat untuk melihat Andi bermain Badminton,namun secara diam-diam, takutnya iya akan mengusirku jika melihatku dipingir lapangan.

Dengan lagak mirip detektif, aku dengan sangat pelan berjalan dan mengintip Andi yang sedang bermain. Cara ini biasa ku lakukan jika aku sudah buntu menemukan cara lain.
“Hebat juga”, gumanku saat menyaksikan iya bermain.
“Hai, siapa itu?” jawabnya saat mendengar ada suara yang berisik dipingir lapanggan.
Aku yang menyadarinya bersiap-siap untuk mengambil langkah seribu, mirip dengan film Kartun naruto yang berlari sekencang-kencangnya.
“Uh.. uh..hampir saja”. Jawabku yang disertai dengan pelu yang mengalir deras.
“Kali ini misiku gagal”. Desahku.
Sepulang sekolah aku hanya berpikir tentang kepergian Andi ke Bandung.
“Kenapa aku ndak tau yah?.” Desahku dalam hati sedikit kecewa.
“An, besok teman kita mau ikut dalam porseni kelas, kau ikut nonton yah”. Suara elin mengagetkanku dari belakang.
“ Oh.iya,” jawabku agak ragu.

Memang seminggu ini, kami mengadakan porseni sekolah, setiap kelas mempunyai wakil masing-masing untuk ikut dalam porseni kelas.
“Pantas saja Andi latihan tadi, iya mau ikut rupannya”. Gumanku lagi.

Malamnya, penyakitku kambuh lagi. Lemah, lesu dan pusing yang ku rasakan.
“Uh.. kenapa harus sakit juga sih”. Desahku kecewa saat ibu memastikan aku tidak dapat ke sekolah hari ini.
“Bu, besok ada pertandingan porseni di sekolah, aku ingin ikut nonton. “ Ujarku kecewa.
“Kalau begitu, datanglah besok, tapi janji sama ibu untuk cepat pulang”.
***

Hari pertandingan pun tiba, aku yang sudah siap untuk ke sekolah hari ini, berlari dengan langkah seribu, agar tidak telat nantinya.
“Ternyata sudah banyak orang,” desahku saat tiba di lapangan
“Hai itu Andi, sudah main tuh,” ujar elin
“Oh iya,” jawabku.

Aku menonton permainan andi yang sangat mengagumkan namun apa yang terjadi saat pertandingan selesai. TIDAK PEDULI, mungkin kata itu yang terlintas dibenaknya saat aku menyaksikan iya bermain. Iya tak melihat ke arah kami yang mendukungnya. Saat pertandingan selesai, malah iya tengah asik bercanda dengan sora, gadis kecil yang manis dan pintar seantero sekolah.
“ahhhh,,,
“Sombong amat tuh anak, capek-capek ke sini, eh malah dia tak peduli, ndak tau apa, sakit begini kita paksakan hanya untuk melihatnya bermain, malah dihiraukan”. Gumamku dalam hati ,rasa kesal yang sangat sangat dalam terjadi pada hari itu.
“Eh kita acara yuk, soalnya kelas kita menang, dan untuk acara perpisahan besok, sebentar lagi kita berpisah kan?”ujar Deny si gentong.
“Ah, aku ndak ikut, aku harus cepat pulang,” jawabku.Setelah itu aku berlari pulang dan mengambil angkot didepan jalan sekolah.
“BERLARI-BERLARI!!!” gumanku dalam hati saat melewati gang rumah. Semua tenagaku hari ini aku keluarkan, aku berlari sekencang –kencangnya sambil menghapus air mata yang mulai berjatuhan.
“Bodoh, kenapa sih harus melihat iya, lihatkan akibatnya sekarang”, gumanku memaki diri sendiri.
Malamnya aku memikirkan tentang sikap andi yang super cuek seminngu ini.
“Gila amat, memangnya dia penting apa?”desahku dalam hati, lalu mengambil selimut dan tidur melupakan semua kejadian tentang Andi.
***

“Yeyeye... aku naik kelas” suara Deny dan semua warga kelas yang sontak gembira pada waktu mereka mengetahui bahwa seluruh warga kelas kami naik kelas.
Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka. Hari ini hari terakhir aku sekelas dengan mereka semua, terutama andi.
“Eh anak itu mana?” tanyaku saat tidak melihat sosok yang ku cari.

Aku berusaha untuk mencari sosok andi namun tak ditemukan dimana pun dan selang beberapa saat aku bertemu dengannya.
“ Andi kamu dari mana sih?” tanyaku memberanikan diri padanya.
“Ndak aku hanya dipanggil untuk persiapan acara ke Bandung” jawabnya.

Hatiku mulai degdegan saat itu, aku bertatapan mata dengannya, selang beberapa saat,,
“Andi, aku suka kamu” suaraku yang begitu saja keluar dari mulutku, entah ada roh apa yang merasuki ku kali ini.
“Eh, apa kamu katakan?”tanya andi memperjelas..
“Ndak”, ujarku. Aku berlari ke kelas dan mengambil tas dan pulang, aku malu jika iya benar mendengar perkataanku tadi.
Dua hari setelah insiden itu,aku mulai mengetahui mengapa andi sengaja untuk tidak mendengarkanku, ternyata iya sudah mempunyai seseorang yang di sukainya. Aku mulai sedih saat itu, Sama saja aku di tolaknya secara tidak langsung. Hiks hiks
Dan Andi pun pergi ke Bandung untuk acara pramuka yang diikutinya, dan sejak saat itu aku mulai bertekad untuk melupakan semua kejadian tentang dirinya.
Pantas saja iya cuek saat aku melihatnya bermain, ternyata iya sudah mengetahui perasaanku dan menghindariku sejak saat itu.
Namun aku sudah melupakan tentang dirinya dan kini aku berfokus untuk mengejar impianku.
***

Sebulan kemudian, aku sudah melupakan semua kejadian yang terjadi. Aku mulai fokus pada ujian yang aku hadapi, suatu kompetisi untuk mewujudkan mimpiku belajar dinegara bunga sakura.
“Alhamdulillah, aku dapat biasiswa itu.” gumanku gembira saat mengetahui namaku terdapat dalam pengumuman yang di tempel diperpustakaan daerah.
Sejumlah ucapan selamat pun datang membanjiri handphone ku, saat para teman-temanku mengetahui bahwa aku berhasil menjadi salah satu siswa yang dapat beasiswa tersebut.
“Loh, andi tak memberi aku ucapan, sombong bangat itu orang”, gumanku kesal saat mengetahui tak ada ucapan selamat darinya.

Selama sebulan ini, Andi berangkat ke Bandung untuk ikut acara pramuka.Dia mendapat gelar tertinggi untuk pramuka.
“ Selamat Ann”. Jawab Titi saat aku bertemu dengannya didepan sekolah
“Sama-sama. Terima kasih yah!”jawabku yang disertai senyuman .
“Kapan loe berangkat ke sana?” ujarnya
“Mungkin tiga bulan yang akan datang, namun aku harus ikut kursus kilat untuk melatih ke fasihanku berbahasa Jepang”. Jawabku .
“Oh iya, Andi belum pulang apa dari bandung, aku tidak pernah melihatnya?” tanyaku.
“Andi sudah pulang, namun iya pergi ke suatu daerah, katanya. Tak seorangpun yang tahu, hanya pihak sekolah, iya pergi Selama beberapa bulan atau bahkan setahun. Sungguh beruntung, mantan ketua kelas kita itu”. Ujar Titi memuji.
“Ahh.. aku tak bisa bertemu dengannya, sebelum berangkat ke sana” desahku kecewa. Namun penasaran juga akan kepergiannya yang tak diketahui orang lain..
“misterius bangat sih.” Gumanku
***

Tiga bulanpun terlewatkan dengan penuh rasa syukur, meskipun rasa kecewa sedikit menghampiriku. Dan akupun saat ini sudah berada di Tokyo Jepang.
“Alhamdulillah,” mungkin kata itu yang ke seratus kalinya aku ucapkan.

Di Tokyo aku bertemu orang-orang baru. Mereka sangat ramah padaku, dan akupun mudah bergaul. Untung saja bahasa tak menjadi kendalaku.
“Anata wa Ann desu ka ?(apakah anda yang bernama ann)” jawab salah satu guru di sekolah yang aku tempati.
“Hai, watashi wa Ann desu, dozo yoroshiku(ya, nama saya Ann, senang berkenalan dengan anda) ” jawabku membungkukkan badan, memberi hormat.
***

Malam di kota Tokyo begitu megangumkan, lampu-lampu berjejeran dipinggir jalan, sungguh pemandangan yang enak dipandang mata.
“Brakkkk,” kagetku setengah mati, saat menabrak seseorang.
“gomen” ujarku dengan penuh penyesalan,sedikit membungkuka badan.
“Tidak apa-apa” jawabnya. Aku yang penasaran dengan suaranya mengangkat badan dan .....

Mataku tak bisa dikedipkan saat mengetahui sosok yang berdiri didepanku. Sosok yang selalu membuatku salah tingkah.
“Andi?. Kok di sini?” tanyaku penasaran.
“kok di sini?”jawabnya mengulang perkataanku. Dia hanya tersenyum padaku. Dan Rasa ini pun timbul lagi.
“Hahaha... aku ikut dalam kompetisi yang sama, namaku tidak dipajang di pengumuman atas permintaanku”. Sambungnya.
“Apa juga sama dengan rahasia di sekolah?” tanyaku penasarn
“Iya, semuanya aku rahasiakan.” Jawabnya lagi.
“Untuk apa?.” Tanyaku tambah penasaran.
“Untuk mengikutimu, kamu kan belum dengar jawabanku saat kejadian sabtu yang lalu, saat pembagian lapor.” Suaranya mengingatkanku akan kejadian itu lagi.
“Dan aku tidak akan menjawabnya, aku akan mengulang perkataan itu untukmu. Apakah kau mau jadi pacarku?” suara andi mengagetkan.
“Iya. “ Jawabku. Walaupun kaget berat dan shock juga, namun aku bahagia ternyata Andi mempunyai perasaan yang sama denganku sejak dulu. Dan perkiraanku tentang sora ternyata tidak seperti yang aku pikirkan.
Kami pun berjalan bersama, menikmati malam yang indah di kota Tokyo. Betapa bersyukurnya aku, bisa menikmati malam yang indah bersama seseorang yang spesial dan di kota yang aku impikan.
SELESAI

PROFIL PENULIS
Hai,Namaku Nur Janna.Aku lahir di Tana toraja,15 April 1995.Ini kedua kalinya aku posting karyaku. Jadi kalau ada kesalahan mohon bantuannya. Dan jangan lupa Add facebook ku di Nur Janna Mangguali.^^

Baca juga Cerpen Romantis yang lainnya.
Share & Like