“ah… gak ngelamunin siapa siapa… aku lagi dengerin musik kok.. ini dengerin aja kalau gak percaya” sambil memberikan earphone yang ada di tanganku kepadanya.
Waktu itu aku memang sedang mendengarkan musik lewat earphone sambil menatap halaman sekolah..
“Masa sih Cuma mendengarkan musik… aku gak percaya… pasti lagi ngelamunin cewek ya… ngaku aja deh.. gak usah ngeles!” Jawab Rini sambil terseyum…
“Ih.. serius kok”, jawab ku dengan nada meyakinkan.
“Sudah lah.. kenapa cewek lain sih yang dilamunin.. kan ada aku.. kenapa gak aku aja..” Rini membisikan kalimat itu di kuping kiri ku.
“Emang situ mau dilamunin?” bisik ku juga.
“Aku mau dilamunin sama kamu.. asal jangan lamunin yang jorok jorok aja” Bisik Rini kembali kepada ku
Rini adalah teman baik ku.. waktu SMP dulu kami satu sekolah di Bekasi dan sekarang di SMA malah ketemu lagi, walaupun kami beda kelas dan jurusan, aku masih dekat sama dia. terkadang aku atau dia saling menghampiri ketika waktu istirahat dan juga pada saat pulang. Kedekatan kami berdua hanya sebatas teman meskipun di dalam hati ini terbesit ingin menjadikan dia lebih dari seorang teman. Tapi aku berat untuk mengatakan hal itu dan khawatir malah dia akan menjauh dari ku.
Suatu hari Rini pernah mengajak ku untuk menemani dia ke acara ulang tahun teman sekelasnya… walaupun kami beda kelas tetapi kami masih satu angkatan yang pastinya teman dia ya.. teman aku juga. Kami berdua naik angkot menuju ke tempat acara tesebut. Sesampainya disana kami berdua habis dijadikan bahan candaan.. ada yang bilang.. wah ternyata sudah jadian ya… trus ada yang bilang kami cocok jadi pasangan, dan lain lain… bahkan yang hebohnya… kami berdua diminta duet menyanyikan lagu atas permintaan teman yang sedang berulang tahun itu.
Setelah acara selesai kami berdua pulang sambil ngobrol–ngobrol di perjalanan, sampai tak terasa kami berdua sudah hampir sampai di rumahnya. Rini mengajak ku untuk mampir sebentar ke rumahnya, karena di rumah tidak ada siapa siapa sekarang.. Ibu dan bapaknya pergi ke tempat saudaranya yang sedang hajatan, adiknya juga pergi. Mendapat ajakan tersebut aku hanya bisa mengangguk dan berkata “Iya.. tapi sebentar saja ya.. aku mau ada acara lain nanti sore”
“ah.. kok cuma sebentar sih.. kenapa gak lama aja?” jawabnya dengan raut muka yang memperlihatkan kecewa.
Sampai di rumahnya aku dipersilahkan masuk.. dan duduk di bangku teras.. Ketika Rini masuk ke dalam rumah, ibunya muncul di depan gerbang.. baru kembali dari rumah saudaranya.
“Assalamualaikum… Eh, ada nak Erwin… sudah lama datang? Rini kemana?” Tanya ibunya kepada ku.
“Walaikumsalam… saya belum lama datang bu… Rini sedang di dalam..” aku berdiri menghampiri ibunya Rini untuk memberi salam.
“Tadi kata Rini.. ibu sama bapak pergi ke tempat saudara yang sedang ada acara hajatan ya. kok pulang sendiri? bapak tidak ikut pulang bu?” Tanya ku
“Oh.. iya, tadi berangkatnya bareng sama bapak kesana, sekarang bapak masih disana.. masih bantu bantu… ibu jadi pulang sendiri.. silahkan duduk nak.. ditunggu saja ya Rininya..” Jawabnya.
Ibunya Rini masuk ke dalam rumah dan aku pun kembali ke tempat duduk..
Tidak berapa lama Rini keluar dari dalam rumah sambil membawa 2 gelas air minum..
“Win.. silahkan diminum.. maaf cuma air putih doang yang ada.. gak ada yang berwarna..”
“Gak apa-apa kok… ada warung di dekat sini kan?.. kalau mau minum yang berwarna ya tinggal beli aja ke warung” Jawabku sekenanya.
Dia tertawa mendengar jawabanku itu.
“Win, dulu aku pernah suka sama cowok. dia tetangga ku.. rumahnya cuma beda 3 rumah dari sini” Tiba-tiba Rini membuka percakapan dengan ku.
“Tapi dia sekarang sudah tiada… sudah meninggal karena Kecelakaan motor 1 tahun yang lalu” lanjutnya..
“Umur aku dengan dia beda 2 tahun lebih tua dia… sewaktu dia masih hidup. aku memang cukup dekat dengannya apalagi dengan ibunya, karena dia anak tunggal. jadi aku sudah dianggap sebagai anaknya sendiri sama kedua orangtuanya… begitupun sebaliknya sama juga dia sudah dianggap anak oleh ibu dan bapak ku.
(Ya.. aku sendiri pernah mendengar cerita ini dari Rini.. bahwa waktu itu dia suka dengan seseorang.. tapi Rini tidak pernah menyebutkan siapa namanya dan alamatnya dimana.. aku bicara dalam hati.)
“Kok diem sih…” Tiba tiba Rini mencubitku..
“Ini kan lagi dengerin kamu cerita” jawabku
Setelah itu Rini akhirnya terdiam… lama kami berdua terdiam, entah apa yang ada di dalam pikiran dan hatinya saat ini..
Akhirnya aku pun membuka percakapan kembali.. “Kamu merasa kehilangan dia?”
“Ya.. aku sangat kehilangan dia… dan sampai saat ini aku pun kangen sama dia” jawab Rini.. Dia menatapku dan sekilas aku melihat ada air mata di kelopak matanya..
“Win, kalau kamu nanti sudah punya pacar, sudah ada wanita yang ada di hati kamu… kamu masih mau berteman dengan ku?, masih mau menemani aku bila ketika aku ada acara?” Tanya dia kepada ku..
(Waduh pertanyaan yang sulit aku jawab… Karena dari SMP sampai sekarang aku belum pernah punya pacar.. belum ada wanita yang dekat dan spesial karena semua aku anggap sebagai teman biasa… kecuali kamu Rin… wanita yang selalu dekat dengan ku)
“Kok kamu ditanya malah diem sih? jawab donk” Tanya Rini kembali…
“Itu sih tergantung siapa yang menjadi pacar ku nanti Rin.. kalau dia mengijinkan aku untuk menemani kamu pergi.. ya aku temani.. tapi kalau gak boleh sama dia bagaimana?” jawabku
“Masa sih sampai sebegitunya…? kan pacar kamu itu pasti sudah tahu bahwa kita sudah lama kenal… dipinjem cowoknya aja sebentar kenapa gak boleh sih..?” Rini merengut mendengar jawaban ku itu.
“Pinjem.. emang aku barang apa main pinjam?” sambil merengut juga aku menjawab pertanyaannya itu.
“Hehehehe… aku bercanda Win… ya udah lupakan aja pertanyaan ku tadi, aku gak jadi pinjem.”
Lama mengobrolnya.. tidak disangka hari sudah sore.. akhirnya aku ijin pamit mau pulang ke dia…
“Pulangnya nanti saja Win.. kita ngobrol lagi” pinta Rini setelah tahu aku mau pulang.
“Udah sore ah.. lagian juga aku mau ada acara lain…” jawabku
“Mau ada acara apa sih? sampai sebegitunya… cepat cepat mau pulang aja. emang sudah gak mau ngobrol lama dengan ku lagi ya?” Tanya Rini kembali
“Enggak kok.. aku senang bisa ngobrol lama dengan mu… tapi suwer… sore ini aku mau ada acara Rin… Acara ‘cari pacar’ ” aku menjawab sambil berdiri di sampingnya
Rini akhirnya tertawa mendengar jawabanku. sambil mencubit pinggang ku dia berkata… “Kenapa mesti ‘cari pacar’ di tempat lain sih… ada aku kok yang siap”
“Nah…?”
Cerpen Karangan: Adianto
Facebook: Enang Adianto