Ketika Flamboyan Berbunga Dihari-hari Berempedu - Cerpen Remaja

KETIKA FLAMBOYAN BERBUNGA DIHARI HARI BEREMPEDU
Karya Ulin Ni'matun Salsabila

Seperti rumput hidup manusia dalam realita, rerumputan yang kuning kering digaring matahari akan kembali hijau dan segar di musim hujan. Jadi, tak patut meratap jika nasib sesekali terpuruk dalam kekecewaan. Ah, terlalu optimis agaknya, walaupun mungkin berlebihan itulah bagiku, aku adalah gadis bernama Ulin Ni’matun Salsabila teman-temanku biasa memanggilku Bela atau Ulin, kini aku berumur 14 tahun dan kini aku duduk di kelas IX-C. Sesungguhnya aku menerima rumput kering dalam realita tetapi aku berusaha agar dihatiku berbunga flamboyan yang cantik.

Malam ini aku melamun untuk yang sekian kalinya, aku duduk termenung memandang bintang-bintang di kamarku, seringkali aku membandingkan diriku dengan teman-temanku yang lainya. Seperti Safrila dimataku dia adalah sesosok gadis yang “perfect” dia tinggi, putih, cantik, modis, tajir, pintar dan banyak lelaki yang tentunya menyukainya. Huh, aku sebal dengan diriku sendiri, mengapa aku tak bisa seperti Safrila. Sebenarnya aku ingin sesekali punya pacar seperti sahabatku yang lainya Nana, Sani, dan Ririn, aku pun kini mulai menyukai seseorang, dia adalah laki-laki yang menurutku tampan, dan “cute”, tapi sayang dia nakal dan agak lemah dibidang akademik, lelaki itu bernama Adrian. Namun begitulah kisahku mencintai tanpa dicintai dan pada akhirnya aku terjatuh dalam keterpurukan.

Galau kata itu yang sedang populer dikalangan remaja seusiaku dan kata galau itu kini mulai kurasakan, rasa galau yang kurasakan benar-benar membuatku pusing 7 keliling !. Suara setiap jarum jam membuatku semakin larut dalam lamunan, kulihat jam dinding menunjukan pukul 09.30 malam, tak terasa waktu begitu cepat berlalu pantas saja mataku mulai terasa berat. Saat itu juga kubaringkan sekujur tubuhku ke ranjang dan memeluk erat boneka “Tedy Bear” kesayanganku. Akupun mulai tertidur pulas, memimpikan seorang pangeran yang selama ini kucintai.

Kriiiiiiinnnngggggg !!! suara jam weker serasa membuat telingaku akan pecah, kumatikan jam wekerku. Cahaya matahari menembus sela-sela ventilasi jendela kamarku, burung bernyanyi merdu pertanda bahwa hari telah pagi. Kubuka korden dan jendela kamarku, semilir angin pagi membuat rambut panjangku menari-nari. Sebenarnya aku masih merasa mengantuk, andaikan aku dapat mengatur waktu kan kubuat waktu tidurku lama agar aku bisa bermalas-malasan “hihihihihihihi”, kataku dalam hati. Dengan mata masih terasa berat, ku ayunkan kedua kakiku menuju kamar mandi. Kubuka pintu kamar mandi, seluruh tubuhku kini segar kembali mataku sudah tak terasa berat, senyumpun kini mulai mekar di bibirku, kulihat mamaku sedang duduk dikamarku, sepertinya ada yang ingin dibicarakan denganku, tapi mengapa tiba-tiba firasatku buruk dan perasaanku gelisah.
“Ma, ada apa ? pagi-pagi kok sudah ke kamar Bela ? apa mama ingin bicara sesuatu ?”, tanyaku tenang.
“Iya Bela, mama memang ingin bicara sesuatu sama kamu, ini menyangkut sifatmu dan masa depanmu”, jawab ibuku lirih
Perasaanku bertambah gelisah, keronkonganku terasa getir dan rasa khawatir secara perlahan mulai merambat.
“Iya apa ma ? kok kelihatanya serius banget ? jangan buat Bela khawatir”, kataku
“Bela kamu itu udah besar, mbok ya dirubah sifat jelekmu itu lo, apa kamu ga sayang sama mama & ayah ? ayah bulan lalu terkena penyakit batu empedu, cista, infeksi perut dan sekarang setelah berhasil dioperasi tumbuh batu ginjal, ayah sekarang sering sakit-sakitan mama ga mau ayah stres mikirin kamu. Kamu memang lumayan dibidang akademik, tapi mama mohon kamu harus manut mau dengerin apa perintah ayahmu, kasihan “, kata mamaku menangis
“Sebenarnya apa sifat jelek Bela ma ? apa ayah sakit gara-gara memikirkan Bela ? apa ini semua salah bela ?”, tanyaku ikut menangis
“Kamu ga salah Bel, cuman sifatmu itu berubah 100% setelah kamu SMP, kamu jadi pemalas, pemarah, susah dinasehatin, egois, dan jadi sering ngambek. Sampai sekarang pun kamu ga mau nurut apa perintah mama & ayahmu”, jawab mama
“Ma ! apa si salah Bela ? Bela udah berusaha semaksimal mungkin supaya bisa bahagiakan mama & ayah. Mama gatau perjuangan Bela buat adaptasi di lingkungan SMP, buat bisa berprestasi. Bela juga stres ma! harusnya mama itu tau perasaan Bela. Bela gamau selalu diperintah, ini dilarang itu dilarang, bela udah besar ma bella udah bisa berfikir mana yang bagus dan mana yang jelek, apa mama tau perasaan bela setelah mama bilang ayah terkena penyakit betu ginjal ? bela sedih ma” kataku tertunduk menangis

Setelah itu mamaku beranjak pergi meninggalkanku, mungkin mama tau kalau sekarang aku sedang butuh waktu sendiri. Perasaan gelisah dan khawatir yang kurasakan kini telah terjawab semua, aku menangis setelah mamaku berbicara semua itu. Sekujur tubuhku terasa dingin, kaku, dan aku tak dapat membendung air mata yang selalu menetes keluar. Apa salahku terhadap mama & ayahku, seburuk itukah diriku selama ini dipandangan mereka.
* * *

“Selamat pagi Bela “, sapa Adrian
“Oo..oohh, Adrian Pagi “, jawabku gugup
“Pagi-pagi kok sudah melamun, nglamunin Anif ya ?”, ledek Adrian
“ Ih, apaan engga kok, kamu tuh nglamunin Avi pacarmu itu”, jawabku kesal
“Halah, udah deh jangan bohong orang dulu juga kamu suka Anif kan ? Avi sekarang bukan pacarku lagi, aku sudah putus”, jawab Adrian sedih
“Ups, maaf ya”, kataku

Walaupun perasaanku sedih dan jengkel namun benar-benar tak kusangka, apakah aku bermimpi di pagi hari, Adrian laki-laki yang kusukai hari ini dia menyapaku, betapa senangnya aku Ditambah lagi kalo dia sudah putus dengan Avi, ini suatu peluang untuku. Tapi mengapa dia selalu meledek aku dengan Afif, yang aku sukai kan Adrian walaupun dulu aku memang suka Afif sekarang sudah tidak. Huh, menyebalkan! Lamunanku terputus ketika sahabatku mengagetkanku Nana, Sani, dan Ririn, kami masuk kelas bersama-sama dan siap untuk mengikuti pelajaran.

Teng ! Teng ! Teng !, Bel sekolah berbunyi sudah waktunya aku pulang kembali kerumah meninggalkan segala beban pelajaran disekolah, ketika aku pulang kerumah kulihat didepan rumahku mobil Avanza merah parkir di depannya, kelihatanya mobil itu tidak asing lagi sepertinya aku pernah melihatnya. Ternyata benar itu mobil Bude Rukhamah, sedang apa bude jauh-jauh datang kemari, rumah bude kan di lampung. Kuketok pintu depan dan tak lupa menngucapkan salam, memang benar didalam Bude Ru beserta ayah & mamaku sedang berbicara di ruang tamu.

“Kebetulan sekali kamu sudah pulang Bela, Ini loh Bude Ru mau bilang sama kamu. Kamu mau ga kalau lulus SMP nanti melanjutkan di Lampung saja, semua biaya ditanggung bude asalkan kamu pintar ?”, Tanya bude menyambutku
“Oh begitu ya bude , bagaimana ya bude ?”, jawabku gugup
Kulihat kedua orangtuaku namun mereka hanya tersenyum tampaknya mereka setuju-setuju saja dan mungkin sudah bosan jika aku berada di rumah hanya membuat stress mereka, dari pada orangtuaku stress dan sakit gara-gara aku lebih baik aku ke Lampung saja. Inilah keputusanku.

“Baiklah bude, lulus SMP nanti Bela akan melanjutkan ke Lampung”, jawabku yakin
“Ya baguslah kalau begitu, akan bude tunggu”, kata budeku tersenyum
Setelah itu aku bergegas mandi, masuk kamar, belajar dan tidur. Hari ini rasanya sangat melelahkan semua perasaan bercampur menjadi satu mulai kejadian tadi pagi dirumah, disekolah, dan tadi sore. Namun aku senang dan masih ada sedikit rasa khawatir gara-gara ucapan mamaku tadi pagi, tapi aku harus berpegang kuat pada prinsipku.Sebelum tidur kebiasaanku adalah memandang bintang di langit, seketika itu aku teringat wajah Adrian membuat Hatiku berdebar, kulupakan segala penat didada dan mulai tertidur.
* * *

Matahari bersinar cerah pagi ini, seperti biasa kusambut hari dengan senyuman walau masalah menumpuk satu gudang, dan biarkan orang lain berkata apapun tentangku “whatever”. Pagi ini, memang aku berangkat sekolah lebih awal dari pada hari biasanya karena aku ingin cepat-cepat bertemu dan memandang Adrian. Ketika aku memasuki kelas, Adrian memandangiku dengan tatapan tajam, aku mulai takut dan gelisah. Sepanjang hari disekolahpun Adrian selalu menghindariku, atau jangan-jangan dia tau kalau aku menyukainya. Tiba-tiba Nana, Sani, dan Ririn menghampiriku dengan wajah mengkhawatirkan, perasaan takutpun semakin merambat.

“Bela, gawat ! anak-anak sekelas tau kalau kamu suka Adrian, dan anak-anak sekelas ngeledek Adrian terus menerus “, kata Nana buru-buru
“Aduh ! gimana ini ? serius ?”, jawabku ketakutan
“Iyalah serius, siapa coba yang nyebarin ?”, kata Sani
“Aku gatau lah, aku rasa ga ada yang tau kalau aku suka sama Adrian kecuali kalian bertiga”, jawabku menuduh
“Tapi sumpah deh Bel, kita bertiga ga ngebocorin ini kesiapapun”, lanjut Sani
“Aku takut kalau nantinya Adrian marah dan membenciku”, kataku berkaca-kaca
“Udah deh kamu jangan nangis Bela, kita akan selalu nglindungin kamu kok”, hibur Nana
“Kalau gitu kita langsung aja ke kelas, kita lihat keadaanya”, ajak Ririn

Aku, Nana, Sani, dan Ririn memasuki kelas bersama-sama,tiba-tiba semua anak dikelas menyuraki aku dan Adrian, dan tiba-tiba Kiki teman Adrian berkata dengan keras.
“Cie..Cie.. Adrian Bela suka kamu tuh, jadian pacar aja”, ledek Kiki
“Apaan si ! amit-amit deh ! kere !”, bentak Adrian keras

Seisi kelas termasuk aku terdiam, tak kusadari air mata menetes di pipiku. Tega-teganya Adrian mengatakan sebuah kata “amit-amit” untuku dihadapan semua anak dikelas, apa Adrian tak bisa menjaga perasaanku, mengapa dia merendahkanku dan menghinaku.
Aku berlari keluar kelas, rasanya sangat sakit, hatiku serasa ditusuk 1000 jarum dan remuk diinja-injak oleh Adrian, tak pernah aku merasakan sakit hati yang sangat sakit kurasakan. Apa yang membuat Adrian mungucapkan kata “amit-amit” untuku, apakah aku seburuk itu. Nana dan Ririn yang mendengar itu langsung memarahi Adrian, sedangkan Sani keluar mengejarku. Untung saja jam terakhir kosong, jadi aku bisa leluasa menangis di kamar mandi, Sani terus menghiburku dengan berbagai macam kata, namun tetap saja kurasakan sangat sakit. Ketika Bel sekolah berbunyi tandanya untuk pulang, Nana dan Ririn menyusulku sambil membawakan tasku. Aku pulang dengan lemas bersama dengan ketiga sahabatku.

Untuk sekarang aku tak dapat memegang prinsipku untuk tetap selalu tersenyum, malam ini seperti biasa aku memandang bintang dilangit hanya bedanya malam ini aku merasa sangat sedih. Sejak tadi siang hingga malam ini pun aku terus menangis, tak pernah aku merasakan rasa sakit ini. Tiba-tiba mama memasuki kamarku dan aku langsung memeluknya.

“Ma, apa Bela sejelek itu ? kenapa bela harus dihina sama orang yang Bela cintai ?”, tanyaku menangis
“Lupakan saja lelaki itu, lulus Smp bukanya kamu akan ke Lampung dan kamu akan meninggalkanya. Jadi untuk apa menangisi lelaki yang akan ditinggalkaan ?, belajarlah demi masa depan. Lelaki di dunia ini masih banyak”, Kata mamaku menyemangatiku.
Aku berfikir sejenak memang benar apa kata mamaku, untuk apa aku menangisi seseorang yang akan kutinggali. Akhirnya aku sadar dan kembali tersenyum, aku akan memendam rasa sukaku kepada Adrian.
* * *

“Pagi, everybody “, sapaku seisi kelas
Semua anak dikelasku pun heran, kemarin aku sedih dan sekarang kembali ceria lagi termasuk Nana, Sani dan Ririn pun ikut heran. Kini aku mulai melupakan semua masalah dan perlahan-lahan aku mulai membuang sifat jeleku untuk membahagiakan kedua orangtuaku. Semakin hari pun penyakit ayahku semakain sembuh, sifat jelekupun kini mulai berkurang. Kedua orang tuaku tak lagi stress memikirkanku, aku menjadi semakin semangat untuk bersekolah walaupun aku masih menyukai Adrian biar kupendam perasaan ini.

Setelah beberapa bulan aku duduk di kelas IX, UTS semester 1 mulai berlangsung, dan hasilnya nilaikupun memuaskan. Kedua orangtuaku bangga kepadaku. Setelah beberapa minggu UTS berlangsung, aku masih mengharapkan Adrian dapat menerimaku. Dengan sembunyi-sembunyi aku sering memandangya dari kejauhan, mungkin Adrian juga sering memandangku secara diam-diam dan kini Adrian sering tersenyum kepadaku. Melihatnya tersenyum saja sudah cukup bagiku. Biarlah suatu saat nanti Adrian akan tau perasaanku kepadanya sebesar apa. Aku sadar UN sudah diujung mata, aku harus giat belajar agar dapat lulus, sukses, dan dapat bersekolah ke Lampung kini aku lebih dapat berkonsentrasi belajar dan lebih termotivasi dengan adanya pengalaman ini. Pengalaman memberikanku sebuah motivasi agar menuju yang lebih baik.

T A M A T

PROFIL PENULIS
Namaku Ulin Ni'matun Salsabila biasa dipanggil Bela, Umurku 14 tahun aku duduk di kelas IX SMP N 1 BOBOTSARI. Hobi ku menulis karya sastra, cita-citaku programer, jurnalistik, penulis , dan dosen. Impianku : Ingin masuk universitas luar negeri & menerbitkan banyak cerpen, novel, atau karya sastra lain. :)

Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.
Share & Like