CINTA COKELAT HITAM PUTIH
Karya Lupita Nilam Mayangsari
Kring.. kring..
“ Mel.. cepetan udah jam tujuh kurang lima belas nih, ntar telat”. Teriakku.
Perkenalkan aku Prameta Zahra biasa dipanggil Meta, dan dia adikku Mely. Seperti biasa aku berangkat sekolah sama adikku Mely, aku kelas 12 sedangkan Mely kelas 9. Aku dan Mely biasa berangkat naik sepeda, bukannya nggak mau naik motor tapi dengan keadaan bumi kita yang kayak gini aku lebih memilih mengurangi polusi udara tapi kadang-kadang aku kalo udah kepepet terpaksa naik motor.
“ Iya mbak nih udah.” Sahut Mely sambil menggunakan sepatu.
“ Makanya kalo bangun yang pagi dong neng.“ Kataku sebel.
“ Maaf semalem nglembur ngerjain laporan.” Adikku berusaha menjelaskan
“ Kebanyakan alasan, cepet naik.” Jawabku sebel
Aku langsung cepat-cepat berangkat ke sekolah. Wusssssssshhhhhh… kukayuh sepeda ontelku cepat. Tapi tiba-tiba ada sepeda motor nylonong keluar dari gang. Grubraakkkk…. Aku dan Mely jatuh.
“ Aduhhh gimana sih mas bawa motornya.” Sambil berdiri membersihkan lengannya yang kotor.
“Heh.. kalo bawa motor ati-ati dong jangan asal nylonong aja.” Bentakku setelah aku tahu yang mengendarai motor itu adalah Adit. Adit adalah musuh bebuyutanku disekolah, dia dan aku selalu bersaing dalam bidang akademik maupun di PA. Selain itu dia juga sombong mungkin karena dia dari keluarga berada.
“ Maaf-maaf.” Ucapnya merasa bersalah.
“Enteng banget maaf-maaf aja mentang-mentang kamu orang kaya merasa semuanya gampang liat nih sepedaku jadi rusak mana udah telat lagi.” Kataku marah
“ Iya bawel lagi pula aku bakal tanggung jawab kok”. Jawabnya marah karena tersinggung dengan ucapanku
“Udah-udah dong lanjut ntar berantemnya, ini udah jam 7 kurang 5 menit.” Sahut Mely mengingatkanku
“ Waduw bisa telat nih, Mel kamu jalan kaki bisa kan, sekolahmu kan sudah deket.” Saranku.
“ Iya .. ya udah aku brangkat dulu mbak.” Sambil berlalu.
Adikku sudah berjalan menuju sekolahnya yang sudah dekat. Aku bingung dengan keadaan sepadaku yang tidak bisa aku naiki. Tiba-tiba Adit menyuruhku untuk berangkat dengannya dan sepedaku ditinggal di bengkel. Sejujurnya aku nggak mau bahkan malas boncengan dengan orang songong itu, tapi mau gimana lagi dari pada terlambat ke sekolah.
“ Kalian lari mengelilingi lapangan 5 kali.” Gara-gara kejadian tadi aku terlambat 15 menit dan akhirnya dihukum lari sama Kepsek. Hari ini bener-bener hari sialku gara-gara Adit aku yang dikenal murid teladan tercoreng karena terlambat. Gila aja udah terlambat gini masih aja dia santai-santai aja. Untung aja pelajaran pertama dan kedua kosong jadi aku gak kena marah juga dari guru.
“Hufft.” Aku menghela nafas sembari duduk karena kelelahan.
“ Tumben Met terlambat?” Tanya Farah sahabatku.
“ Itu gara-gara Adit bikin masalah aja dia.” Jawabku kesal
“ Lho kok bisa?” Tanya Farah ingin tahu
Lalu aku jelasin kejadian tadi pagi ke Farah eh alah dia malah ketawa. Bener-bener bikin suasana hati tambah gak enak. Bel jam ketiga berbunyi menandakan pergantian pelajaran lalu aku berusaha melupakan kejadian tadi, aku nggak mau kejadian tadi mengganggu konsentrasi belajarku, apalagi ini pelajaran kimia.
“ Pagi anak-anak.” Salam guru kimiaku sambil berjalan menuju mejanya.
“ Pagi bu.” Semua anak menjawab.
“ Meta jam istirahat temui saya di kantor.” Perintah guruku, kebetulan Ia juga wali kelasku.
“ Ehm.. iya bu.” Jawabku bingung.
Baru kali ini aku di panggil untuk menemui guruku ini, ada rasa penasaran bahkan takut. Biasalah anak kalo dipanggil seperti itu ada dua pemikiran ada kesalahan yang dilakukan atau ada perintah yang harus dilakukan. Aku berusaha tenang walaupun ada rasa penasaran.
Aku berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ruang guru, bener-bener nggak nyangka disitu juga ada Adit. Dalam hati aku agak-agak takut, apa gara-gara tadi terlambat ke sekolah aku bakal dihukum lagi. Aku berusaha buang jauh-jauh pikiran itu.
“ Sini Meta!” perintah guruku yang sadar aku mematung di depan pintu dan menyuruhku menuju kemejanya.
“ Karena satu bulan lagi akan diadakan Lomba Cerdas Cermat saya ingin mengutus kalian untuk menjadi wakil dari sekolah kita.”Guruku menjelaskan
“ Apa?” Aku kaget kenapa harus sama Adit.
“ Ada apa Met?” Tanya guruku
“ Tidak apa-apa bu.” Jawabku gugup
Untung saja yang ikut LCC bukan cuma aku sama Adit aja, masih ada Heru yang kebetulan hari ini nggak berangkat sekolah. Tapi tetep aja aku harus belajar kelompok tiap hari sama dia, ketemu tiap hari nggak bisa dibayangin. Aku berjalan menuju ke kelas, perasaanku nggak karuan seneng tambah sebel.
Kukayuh sepedaku menuju rumah Heru. Hari ini adalah hari pertama belajar kelompok untuk persiapan LCC, agak malas sih tapi aku juga nggak boleh egois. Heru sama Adit itu sodaraan tapi kelakuan mereka beda banget Adit itu sombong walawpun pinter sedangkan Heru ramah nggak sesombong Adit walawpun sama-sama orang berada.
“ Kenapa Met?” Tanya Heru yang sadar dari tadi aku melamun.
“ Nggak papa Ru, BT aja harus ikut lomba bareng sodaramu itu.” Jawabku.
Heru ketawa. “Kamu tuh belum tau aslinya dia Met, dia tuh baik sebenernya cuma gara-gara dia anak tunggal aja jadi kelakuannya gitu.” Heru menjelaskanku
“ Hum nggak percaya.” Cibirku
“ Liat aja ntar bisa-bisa kamu malah jatuh cinta.” Goda Heru
“ Hih amit-amit.” Jawabku geli
Kamipun tertawa, tiba-tiba Aditpun datang hal ini membuatku malas. Sejak dua minggu kita belajar kelompok tanpa sadar aku benar-benar merasa berubah sama perasaanku. Aku mulai merasa nyaman adanya Adit, dia tenyata humoris dan nggak sesombong yang aku kira. Bahkan kita setelah belajar kelompok sering jalan-jalan berdua. Pernah Adit tanya kenapa aku suka banget naik sepeda, lalu aku jawab alasanku keesokan harinya dia selalu bawa sepeda saat kelompok maupun sekolah katanya dia nggak mau nambah-nambahin polusi.
Hari ini adalah hari perlombaan Cerdas Cermat, aku agak deg-degan dan Adit yang tahu aku gugup berusaha menenangkanku dan menyemangati bahwa kita pasti akan menang.
“ Inilah peserta grup B dari SMA Negeri 4 Pekalongan yang terdiri dari Heru Wijaya, Kameta Asyifa, dan Radit Susilo.” Pembawa memanggil peserta cerdas cermat.
Babak pertama grub A dari SMA Negeri 1 memimpin nilai. Aku sempat putus asa tapi Adit dan Heru meyakinkanku kalo kita pasti berhasil. Babak kedua grub A masih memimpin tapi nilai cukup tipis dengan grub kami. Pertanyaan terakhir adalah pelajaran kimia ini yang mementukan juara karena skor soal ini tinggi aku benar-benar gugup. Soal di bacakan beberapa saat kemudian. Teeeetttttt….
“ Iya grup A.”Perintah pembawa acara
“ 398ml.”Jawab salah satu murid
Juri mengoreksi jawaban.
“ Sayang sekali salah.”
Grup kami pun langsung menekan bel.
“ Iya grup B.”
“ 399ml.” jawabku
“Benar sekali.” Akupun langsung melompat gembira dan tidak sadar aku memeluk Adit yang berada di sebelah kiriku. Saat sadar aku langsung melepas pelukanku malu-malu Heru nyengir melihat kelakuanku. Setelah LCC selesai aku dan Adit masih sering jalan-jalan bareng bahkan hari minggu dia mengajakku ke pantai, aku mau-mau aja karena aku memang suka banget sama suasana pantai.
Hari ini adalah hari janjianku sama Adit, dia sudah datang pagi-pagi dengan menaiki sepedanya, rupanya dia benar-benar merubah kebiasaan naik motornya itu. Aku dan Aditpun menuju pantai, kami menaiki sepeda berboncengan itu juga karena Adit yang minta. Cuaca pagi ini benar-benar mendukung perasaanku yang gembira dan aku rasa aku mulai suka sama Adit, tapi aku nggak boleh terlalu suka belum tentu dia suka sama aku. Sampai juga di pantai, karena hari ini hari minggu jadi pengunjungnya banyak banget.
“ Met duduk di sana aja yuk kayaknya enak.” Ajak Adit menunjukan batuan di pinggir pantai
“ Oke.” Akupun menjawab sembari berjalan menuju batuan itu. Memang benar pilihan Adit di sini tempatnya nyaman, bisa ngrasain angin pantai dan ombak yang menggulung di lautan.
“ Met aku suka kamu.” Tiba-tiba Adit mengatakan sesuatu yang bikin aku kaget. Aku sebenernya seneng karena aku juga rasain hal yang sama tapi apa bener yang Adit bilang.
“ Met aku bener-bener suka kamu dari kelas 10, tapi kamu tuh sinis banget sama aku gara-gara aku tuh saingan kamu dan kamu nganggep aku sombong gara-gara aku nggak pernah mau senyum atau nyapa orang lain.” Adit menjelaskanku
“ Dit aku juga suka sama kamu awalnya memang aku berpikir gitu Dit, tapi sejak kita deket aku udah buang jauh-jauh pikiran itu, aku tahu aku selama ini salah.” Jawabku yang sudah nggak tahan ingin mengatakan perasaan ini dari tadi. Tiba-tiba Adit mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.
“ Met kamu mau jadi pacarku? Kalo kamu mau pilih cokelat putih ini tapi kalo kamu nggak mau pilih cokelat hitam.”
Tangankupun ku angkat dan mengambil cokelat hitam dari tangannya lalu aku berdiri, aku melihat wajahnya yang sedih.” Aku pilih cokelat hitam ini karena aku nggak suka cokelat putih, tapi Adit aku mau jadi pacar kamu.” Aditpun berdiri lalu bertanya meyakinkan dirinya “ Apa Met aku nggak denger?”
“ Adittt akuu maau jaadi paacar kamu.” Teriakku. Aditpun berteriak. “ Horeeee Meta jaadii paacarkuu.” Kamipun tertawa.
TAMAT
“ Aduhhh gimana sih mas bawa motornya.” Sambil berdiri membersihkan lengannya yang kotor.
“Heh.. kalo bawa motor ati-ati dong jangan asal nylonong aja.” Bentakku setelah aku tahu yang mengendarai motor itu adalah Adit. Adit adalah musuh bebuyutanku disekolah, dia dan aku selalu bersaing dalam bidang akademik maupun di PA. Selain itu dia juga sombong mungkin karena dia dari keluarga berada.
“ Maaf-maaf.” Ucapnya merasa bersalah.
“Enteng banget maaf-maaf aja mentang-mentang kamu orang kaya merasa semuanya gampang liat nih sepedaku jadi rusak mana udah telat lagi.” Kataku marah
“ Iya bawel lagi pula aku bakal tanggung jawab kok”. Jawabnya marah karena tersinggung dengan ucapanku
“Udah-udah dong lanjut ntar berantemnya, ini udah jam 7 kurang 5 menit.” Sahut Mely mengingatkanku
“ Waduw bisa telat nih, Mel kamu jalan kaki bisa kan, sekolahmu kan sudah deket.” Saranku.
“ Iya .. ya udah aku brangkat dulu mbak.” Sambil berlalu.
Adikku sudah berjalan menuju sekolahnya yang sudah dekat. Aku bingung dengan keadaan sepadaku yang tidak bisa aku naiki. Tiba-tiba Adit menyuruhku untuk berangkat dengannya dan sepedaku ditinggal di bengkel. Sejujurnya aku nggak mau bahkan malas boncengan dengan orang songong itu, tapi mau gimana lagi dari pada terlambat ke sekolah.
“ Kalian lari mengelilingi lapangan 5 kali.” Gara-gara kejadian tadi aku terlambat 15 menit dan akhirnya dihukum lari sama Kepsek. Hari ini bener-bener hari sialku gara-gara Adit aku yang dikenal murid teladan tercoreng karena terlambat. Gila aja udah terlambat gini masih aja dia santai-santai aja. Untung aja pelajaran pertama dan kedua kosong jadi aku gak kena marah juga dari guru.
“Hufft.” Aku menghela nafas sembari duduk karena kelelahan.
“ Tumben Met terlambat?” Tanya Farah sahabatku.
“ Itu gara-gara Adit bikin masalah aja dia.” Jawabku kesal
“ Lho kok bisa?” Tanya Farah ingin tahu
Lalu aku jelasin kejadian tadi pagi ke Farah eh alah dia malah ketawa. Bener-bener bikin suasana hati tambah gak enak. Bel jam ketiga berbunyi menandakan pergantian pelajaran lalu aku berusaha melupakan kejadian tadi, aku nggak mau kejadian tadi mengganggu konsentrasi belajarku, apalagi ini pelajaran kimia.
“ Pagi anak-anak.” Salam guru kimiaku sambil berjalan menuju mejanya.
“ Pagi bu.” Semua anak menjawab.
“ Meta jam istirahat temui saya di kantor.” Perintah guruku, kebetulan Ia juga wali kelasku.
“ Ehm.. iya bu.” Jawabku bingung.
Baru kali ini aku di panggil untuk menemui guruku ini, ada rasa penasaran bahkan takut. Biasalah anak kalo dipanggil seperti itu ada dua pemikiran ada kesalahan yang dilakukan atau ada perintah yang harus dilakukan. Aku berusaha tenang walaupun ada rasa penasaran.
Aku berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ruang guru, bener-bener nggak nyangka disitu juga ada Adit. Dalam hati aku agak-agak takut, apa gara-gara tadi terlambat ke sekolah aku bakal dihukum lagi. Aku berusaha buang jauh-jauh pikiran itu.
“ Sini Meta!” perintah guruku yang sadar aku mematung di depan pintu dan menyuruhku menuju kemejanya.
“ Karena satu bulan lagi akan diadakan Lomba Cerdas Cermat saya ingin mengutus kalian untuk menjadi wakil dari sekolah kita.”Guruku menjelaskan
“ Apa?” Aku kaget kenapa harus sama Adit.
“ Ada apa Met?” Tanya guruku
“ Tidak apa-apa bu.” Jawabku gugup
Untung saja yang ikut LCC bukan cuma aku sama Adit aja, masih ada Heru yang kebetulan hari ini nggak berangkat sekolah. Tapi tetep aja aku harus belajar kelompok tiap hari sama dia, ketemu tiap hari nggak bisa dibayangin. Aku berjalan menuju ke kelas, perasaanku nggak karuan seneng tambah sebel.
Kukayuh sepedaku menuju rumah Heru. Hari ini adalah hari pertama belajar kelompok untuk persiapan LCC, agak malas sih tapi aku juga nggak boleh egois. Heru sama Adit itu sodaraan tapi kelakuan mereka beda banget Adit itu sombong walawpun pinter sedangkan Heru ramah nggak sesombong Adit walawpun sama-sama orang berada.
“ Kenapa Met?” Tanya Heru yang sadar dari tadi aku melamun.
“ Nggak papa Ru, BT aja harus ikut lomba bareng sodaramu itu.” Jawabku.
Heru ketawa. “Kamu tuh belum tau aslinya dia Met, dia tuh baik sebenernya cuma gara-gara dia anak tunggal aja jadi kelakuannya gitu.” Heru menjelaskanku
“ Hum nggak percaya.” Cibirku
“ Liat aja ntar bisa-bisa kamu malah jatuh cinta.” Goda Heru
“ Hih amit-amit.” Jawabku geli
Kamipun tertawa, tiba-tiba Aditpun datang hal ini membuatku malas. Sejak dua minggu kita belajar kelompok tanpa sadar aku benar-benar merasa berubah sama perasaanku. Aku mulai merasa nyaman adanya Adit, dia tenyata humoris dan nggak sesombong yang aku kira. Bahkan kita setelah belajar kelompok sering jalan-jalan berdua. Pernah Adit tanya kenapa aku suka banget naik sepeda, lalu aku jawab alasanku keesokan harinya dia selalu bawa sepeda saat kelompok maupun sekolah katanya dia nggak mau nambah-nambahin polusi.
Hari ini adalah hari perlombaan Cerdas Cermat, aku agak deg-degan dan Adit yang tahu aku gugup berusaha menenangkanku dan menyemangati bahwa kita pasti akan menang.
“ Inilah peserta grup B dari SMA Negeri 4 Pekalongan yang terdiri dari Heru Wijaya, Kameta Asyifa, dan Radit Susilo.” Pembawa memanggil peserta cerdas cermat.
Babak pertama grub A dari SMA Negeri 1 memimpin nilai. Aku sempat putus asa tapi Adit dan Heru meyakinkanku kalo kita pasti berhasil. Babak kedua grub A masih memimpin tapi nilai cukup tipis dengan grub kami. Pertanyaan terakhir adalah pelajaran kimia ini yang mementukan juara karena skor soal ini tinggi aku benar-benar gugup. Soal di bacakan beberapa saat kemudian. Teeeetttttt….
“ Iya grup A.”Perintah pembawa acara
“ 398ml.”Jawab salah satu murid
Juri mengoreksi jawaban.
“ Sayang sekali salah.”
Grup kami pun langsung menekan bel.
“ Iya grup B.”
“ 399ml.” jawabku
“Benar sekali.” Akupun langsung melompat gembira dan tidak sadar aku memeluk Adit yang berada di sebelah kiriku. Saat sadar aku langsung melepas pelukanku malu-malu Heru nyengir melihat kelakuanku. Setelah LCC selesai aku dan Adit masih sering jalan-jalan bareng bahkan hari minggu dia mengajakku ke pantai, aku mau-mau aja karena aku memang suka banget sama suasana pantai.
Hari ini adalah hari janjianku sama Adit, dia sudah datang pagi-pagi dengan menaiki sepedanya, rupanya dia benar-benar merubah kebiasaan naik motornya itu. Aku dan Aditpun menuju pantai, kami menaiki sepeda berboncengan itu juga karena Adit yang minta. Cuaca pagi ini benar-benar mendukung perasaanku yang gembira dan aku rasa aku mulai suka sama Adit, tapi aku nggak boleh terlalu suka belum tentu dia suka sama aku. Sampai juga di pantai, karena hari ini hari minggu jadi pengunjungnya banyak banget.
“ Met duduk di sana aja yuk kayaknya enak.” Ajak Adit menunjukan batuan di pinggir pantai
“ Oke.” Akupun menjawab sembari berjalan menuju batuan itu. Memang benar pilihan Adit di sini tempatnya nyaman, bisa ngrasain angin pantai dan ombak yang menggulung di lautan.
“ Met aku suka kamu.” Tiba-tiba Adit mengatakan sesuatu yang bikin aku kaget. Aku sebenernya seneng karena aku juga rasain hal yang sama tapi apa bener yang Adit bilang.
“ Met aku bener-bener suka kamu dari kelas 10, tapi kamu tuh sinis banget sama aku gara-gara aku tuh saingan kamu dan kamu nganggep aku sombong gara-gara aku nggak pernah mau senyum atau nyapa orang lain.” Adit menjelaskanku
“ Dit aku juga suka sama kamu awalnya memang aku berpikir gitu Dit, tapi sejak kita deket aku udah buang jauh-jauh pikiran itu, aku tahu aku selama ini salah.” Jawabku yang sudah nggak tahan ingin mengatakan perasaan ini dari tadi. Tiba-tiba Adit mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.
“ Met kamu mau jadi pacarku? Kalo kamu mau pilih cokelat putih ini tapi kalo kamu nggak mau pilih cokelat hitam.”
Tangankupun ku angkat dan mengambil cokelat hitam dari tangannya lalu aku berdiri, aku melihat wajahnya yang sedih.” Aku pilih cokelat hitam ini karena aku nggak suka cokelat putih, tapi Adit aku mau jadi pacar kamu.” Aditpun berdiri lalu bertanya meyakinkan dirinya “ Apa Met aku nggak denger?”
“ Adittt akuu maau jaadi paacar kamu.” Teriakku. Aditpun berteriak. “ Horeeee Meta jaadii paacarkuu.” Kamipun tertawa.
TAMAT
PROFIL PENULIS
Nama : Lupita Nilam Mayangsari
Alamat : Kertoharjo, Pekalongan
TTL: Pekalongan,24 Agustus 1994
Alamat FB :Lupita Nilam Mayangsari
Kuliah : UNDIP Fak. Peternakan dan Pertanian
Alamat : Kertoharjo, Pekalongan
TTL: Pekalongan,24 Agustus 1994
Alamat FB :Lupita Nilam Mayangsari
Kuliah : UNDIP Fak. Peternakan dan Pertanian