Cerpen Cinta - Cinta dan Rahasia

Kriinnngggggg……kkriiiinnnnnggg
Suara bel tedengar dengan keras, itu menandakan jam istrirahat sudah berakhir. Anak-anak berlarian menuju kelas masing-masing, namun ada juga yang sengaja berjalan lamban karena tidak ingin masuk ke kelas. dan berhubung kelasku dan kantin berdekatan, aku tak perlu berlarian seperti anak-anak yang lain. “Indah, cepat masuk,” laras teman sebangku ku sudah melambai-lambai di depan kelas sambil meneriaki namaku. Namun langkahku terhenti ketika melihat sesuatu di toilet, aku tipe cewe yang penakut tapi entahlah saat itu perasaanku mengatakan aku harus menuju ke arah pintu toilet, dan benar saja, ada cowo yang jatuh pingsan di dalam toilet.

“Heyyy… bangun..bangunn,” tak henti-hentinya aku mengucapkan kata itu sambil mengoyang-goyangkan badannya. Dengan cepat aku berlalari menuju Pak Satpam untuk mebantuku mengangkat cowo itu. “Aku tak sengaja melihatnya pingsan pak,” ujarku ke Satpan sekolah. “Yasudah, kamu tunggu disini saja dulu, sampai dia sadar.” Jawab pak satpam. Tubuhnya panas, wajahnya sangat pucat. Mungkin dia demam, akhir-akhir ini sering turun hujan, gumamku dalam hati. Handuk kecil putih terlihat di ujung pojok lemari UKS, tak pikir panjang aku mengambilnya untukku jadikan kompres penurun demam. Dia masih terbujur lemas di salah satu kasur UKS, aku taruh dan remas handuk dari keningnya, perlahan-lahan ia membuka matanya. “Syukurlah, kamu sadar, tadi kamu pingsan di toilet,” ujarku. “Iyah trimakasih” dengan suara lirih ia mengatakan trimakasih. “Nama kamu siapa?, dari kelas apa? Setidaknya wali kelas kamu harus tahu, biar aku yang mengatakannya” tak henti-hentinya aku berbicara menanyakan identitasnya, karena aku baru pertama kali melihatnya di sekolahan ini. Tapi mungkin dia harus mengumpulkan kekuatan untuk menjawab semua pertanyaan yang aku lontarkan, jadi aku tinggalkan dia untuk istirahat sendirian.

Gara-gara kejadian ini, aku bolos pelajaran B.Inggris, alhasil Laras marah-marah. Sahabatku yang satu itu memang cerewet tapi dia sahabat yang setia. Jadwal mingguan kita itu adalah jogging , ini adalah kebiasaan kita ketika hari minggu tiba, bisa menikmati waktu berdua bareng sahabat. “Kemaren kenapa kamu bolos pelajaran B.Inggris?” Tanya Laras. “Ah males ngulangin ceritanya, tadi malam aku uda cerita ke mama, masa harus cerita lagi.” Jawabku dengan suara manja, “Intinya aku nolong orang ras”.
Selama 10 menit berlari, kita memutuskan untuk istirahat di tempat biasa. “Nihh minum” terdengar suara dari belakang punggungku sambil menyodorkan air mineral. “Lohh.. kamu kan cowo yang kemaren? ko bisa disini?” tanyaku dengar muka kaget. “Aku warga baru di komplek ini, dan kemaren karena kehujanan, jadi aku demam dan yang nolongin kamu. Gak nyangka aja kita ketemu lagi,” jawabnya sambil tersenyum ringan. “Laras ini loh yang aku maksud tadi, kemaren aku nemuin dia pingsan di toilet sekolah,” ujarku sambil memperkenalkan Laras, berhubung aku juga tak pernah mengetahui nama cowo itu. “Haii…senang berkenalan dengan kalian, aku Raka,” ia langsung memperkenalkan dirinya sambil menyodorkan tangan ke arah kita. “aku Indah, dan dia sahabatkku Laras.” Jawabku sambil menerima uluran tangannya.
Cerpen Cinta - Cinta dan Rahasia
Matahari semakin menampakkan wujudnya, suasana sudah berubah menjadi panas. Setelah berlarian cukup lama, ku rebahkan tubuhku ke sofa yang ada di ruang keluarga, dan mama sedang sibuk dengan masakkannya, harum terasi tercium hingga ke setiap sudut ruangan, membuat penghuni dalam perutku bergerumuh. Terpintas dalam pikiranku bahwa bertemu dengan Raka sebua kebetulan yang aneh, pertama dia satu sekolah denganku, kedua dia juga jogging di taman yang sama, dan ketiga ternyata rumah kita bersebelahan. Berarti kita akan sering ketemu dong. Ahh ini mah kaya di drama-drama korea, ujarku dalam hati sambil senyum-senyum geli.

“Ngelamun aja, sana makan,” ujar mama. “Mah, cowo yang aku ceritain kemaren malam ke mama, ternyata pindahan dari Jakarta dan sekarang tetanggaan dengan kita,” ujarku sambil mengambil makanan apapun yang ada di meja makan. “Wahh asikk dong, berarti di komplek ini kamu punya temen deket lagi.” Jawab mama sambil menggodaku. “Apaan sihh mah,” ternyata aku malu pas mama berbicara seperti itu.

Setelah kepindahan Raka disini banyak hal yang berubah, biasanya aku maen sama Laras saja, tapi sekarang Raka sudah menjadi bagian kita. Kemana-mana bertiga, kerja kelompok, nonton, jogging, dan bahkan malam mingguan. Walaupun Raka pendatang baru tapi dia sangat pintar bergaul dan secepat itu bisa membuat aku dan Laras nyaman atas kehadirannya. Tapi ketakutanku justru datang, aku takut kenyamanan ini merubah menjadi rasa suka yang berlebihan. Ditambah lagi sikap Raka yang sangat perhatian membuat setiap cewe mungkin menganggapnya itu special. Dan disatu sisi aku juga cemburu jika Raka deket dengan cewe lain, sekalipun itu Laras. “Kamu lagi mikirin apa ndah? Bel pulang sekolah bunyi kamu denger?,” tegur Laras sambil menepuk pundakku, “Heheheheh ayu pulang, Raka juga uda sms aku, katanya dia tunggu di gerbang depan,” jawabku. Setiap pulang dari sekolah kami menyediahkan waktu untuk mampir ke taman deket komplek, karena tempatnya nyaman untuk nongkrong, pepohonan yang rindang, udara yang sejuk ditambah lagi dengan suara burung-burung yang bernyanyi indah. “Bukannya di kampung sebelah ada pasar malam yahh? ayoo kesana malam ini,” ajak Raka.

“Setuju” jawab Laras. Entalah saat itu apa yang aku rasa, rasanya ingin sekali tak ikut tapi aku takut menyesal nanti jika aku tak mengikuti mereka, alhasil aku seyuju dengan ajakan raka. Tepat jam 8 malam kita berkumpul di depan gerbang komplek, dari kejauhan sudah terdengar lantunan musik dangdut “Sakitnya Tuh Disini”, banyak orang yang mondar-mandir mencoba berbagai permainan disana, mencicipi jajanan pasar, dan ada juga yang menikmati waktu bersama pasangannya. “Ayo kita naik Viking,” ujar Laras sambil menarik tanganku dan lengan Raka. Di posisi tengah Raka, sedangkan aku di kanan dan aras berada di kiri. Biasanya aku sangat cerewet dalam segala hal, namun hari ini aku seperti bukan iriku, aku lebih pendiam dari biasanya, mungkin karena melihat tangan Laras yang selalu melengkung ke lengan Raka, sehingga membuat aku tak konsen. Sejujurnya akupun takut menaik benda-benda seperti ini. Sebuah tangan hangat mendarat di tangan kiriku, lantas aku menoleh dan itu adalah tangan Raka yang berusaha menenangkanku, ia tak berkata apapun ketika aku menatapnya, ia hanya tersenyum manis, membuat aku melupakan jika Laras berada disampingnya. Dan waktu terasa cepat, bahkan Viking sudah memelankan kecepatannya. “Sepertinya aku kurang enak badan, ayo pulang,” ajakku ke Laras dan Raka. Setelah kejadian malam itu aku sangat berfikir keras tentang perasaanku dan persahabatanku, aku sudah jelas-jelas jatuh cinta pada Raka, tapi Laras sepertinya juga menaruh rasa padanya. Ini akan memicu permasalahan di antara persahabatan kita. Tapi jika terus-terusan menutupinya justru tidak akan mempunyai solusi jalan keluar, mungkin besok pagi aku harus mengatakannya kepada Laras walaupun akan mengecewakannya.

Pagi itu aku melihatnya berjalan ke arah kelas dengan Laras, aku tidak punya keberanian untuk menegur mereka, mereka terihat tertawa bersama-sama. “Kamu ko telat ndah? Dan akhir-akhir ini kamu lebih pendiam, kenapa?” tanya Laras dengan merangkul lengannya ke pundakku.
“Ada yang aku ingin bicarain sama kamu.” Ujarku, “sebelum kamu cerita. aku juga ada sesuatu yang ingin aku bilang ke kamu, aku jadian sama Raka, tepatnya aku yang nembak dia setelah acara jalan-jalan ke pasar malam, aku seneng banget, km pasti kaget kan ndah ?” ujar Laras dengan raut wajah gembira. “ Wahhh, selamat yah ras,” jawabku dengan senyuman kecil. “Kamu tadi mau bilang apa ndah?” Tanya Laras, “Ohh itu, heheh aku lupa mau bicara apa, udah lupain aja,” jawabku dengan becanda. Pernyataan Laras membuatku sakit tapi di sisi lain aku tak pernah melihat Laras sebahagia ini, mungkin kejam jika aku merusak kebahagiaanya, meski harus mengorbankan kebahagiaan aku. Kami memutuskan untuk pulang bareng hari ini, sudah lama kami tak pulang bareng. Perjalanan kali ini sungguh canggung, aku di antara Laras dan Raka yang status mereka sudah berpacaran. “Yaampun, hape aku ketinggalan di kelas, kalian tunggu sebentar disini.” Ujar Laras sambil mengambil langkah seribu.

“Ndah, Laras mungkin uda cerita ke kamu, tentang hubungan kita,” ujar Raka dengan suara merendah. “Hmmm Iyah,” jawabku dengan dingin. “Sebenarnya dari awal aku menyukai kamu, sejak saat kamu menolongku, aku sudah menetapkan hatiku padamu, mungkin salahku yang tak pernah mengatakan apapun ke kamu, sehingga kesalah pahaman ini terjadi, dan akhirnya aku menerima perasaan Laras,” ujarnya dengan nada bersunguh-sungguh. “Cukup ka, jangan di teruskan, mungkin perasaan kita seimbang, yapi menerima Laras sudah jadi keputusanmu, jangan kecewain dia, walaupun kita saling suka, tapi kenyataanya kita terlalu lamban, Laras pantas mendapatkan apa yang dia mau, karena dia mempunyai keberanian untuk menyatakannya duluan, jalani saja seperti biasa tanpa merusak hubungan persahabatanku dan hunbungan kalian,” ujarku tanpa sadar aku pun meneteskan air mata.

Kesalahan terburukku adalah menyia-nyiakan waktu, dan kebodohanku adalah menutupi dan membohongi perasaanku sendiri. Bagiku persahabatan lebih terpening, karena aku sudah bersama sahabatku sebelum cinta itu datang, jadi taka da yang harus di salahakan.pada akhirnya kita tetap bersam-sama tanpa ada yang harus terluka lagi, tanpa ada yang menyesal lagi, tanoa ada air mata lagi. Mereka dengan hubungan mereka dan aku dengan perasaanku sendiri. semua akan indah pada waktunya.

Profil Penulis:
Mawarni Sofiyani Saya biasa di panggil Mawar, dan saya nerumur 21 tahun. gemar mengoleksi berbagai hal tentang Stitch dan tentunya saya menyukai warna biru. cita-cita terbesar saya itu bisa menginjak negeri gingseng . semangat !!
Share & Like