Islam Membuat Hidupku Berwarna

Pagi ini cahaya matahari hangat menyilaukan seberkas titik embun di atas dedaunan. Rumput basah menguapkan hawa segar di udara. Biru langit tampak sedemikian cerahnya hingga awan tak terlihat setipis pun.

Pagi ini aku berangkat sekolah dengan teman dekatku. Teman yang dimana selalu ada untukku kapanpun aku membutuhkannya. Pagi ini lalu lalang kendaraan bermotor mengiringi langkah kaki tegapku. Di tepian jalan temanku eni, Eni sedang tenggelam dalam lembaran-lembaran novel. Temanku ini memang gemar sekali membaca novel. Dimanapun ia berada pasti membawa buku novel. Jika temanku Eni asyik dengan novelnya lain halnya dengan aku. Aku lebih suka melihat pemandangan sekitar terkadang juga menikmati suasana ramai jalanan oleh siswa-siswa, orang yang ingin bekerja. Karena dengan itu aku jadi termotivasi kalau bukan aku saja yang berjuang menimba ilmu tapi banyak orang di luar sana yang melakukan hal sama sepertiku. Jadi diri ini lebih termotivasi tuk bersemangat.
Islam Membuat Hidupku Berwarna
“Heeii!” sebuah suara meledak di telinga. diiringi tangan usil menarik jilbabku.
“Dasar bakpow!” sentak suara temanku, dari tadi di panggil ndak jawab-jawab.
“Ahh Ida, kamu membuat jilbabku jadi jelek nic, lha kamu tadi di tunggu lama tidak datang-datang.”
“Maaf, Indah aku masih membantu ibuku di pasar jadi tadi agak telat berangkatnya. Maaf ya teman aku janji nanti tidak telat lagi.”
“Ya udah deh aku maafin awas ya kalau terulang lagi aku tidak akan nungguin lagi.”

Setelah itu aku melanjutkan aktivitasku melihat suasana pagi itu. Di ujung sana terlihat seorang laki-laki muda degan bersahajanya lewat di depan mataku. Dengan menaiki motor tuanya dia kelihatan sangat bijaksana. Hati ini terasa berdetak kencang. Aku tak tahu apa yang ku rasakan ini. Yang ku tahu hanya dia begitu menarik semua perhatiannku.
Ya Allah apa salahkah semua ini?. Aku mengagumi orang yang tak aku kenal. Ku yakinkan hati tuk menolak semua yang ku rasakan. Walaupun itu sangat sulit, aku saja tidak kenal dengannya mungkin aku memikirkannya tapi belum tentu dia memikirkanku.

Angin malam berembus dingin. Menyusup ke semua tubuhku mendinginkan jantung dan aliran darahku. Mataku terasa perih bukan karena terpaan angin. Aku teringat dengan kejadian tadi pagi. Ku berani kan diri untuk curhat ke kakakku soal tadi pagi.
“kak boleh Tanya?, kakak jika kita mengagumi seseorang itu bagaimana ya kak?.”
“mengagumi, sebenarnya tidak apa-apa dik, kita mengagumi lawan jenis kita, tapi kita sebagai muslim seharusnya tahu apa yang kita harus lakukan. Dimana kita harus bisa menahan rasa kagum ini menjadi nafsu. Jadikan rasa kagum itu sebagai fitrah yang Allah berikan untukmu.”
“O… ya, kakak punya buku yang membahas tentang apa sedang adik alami sekarang ini. Ini bukunya berisi kumpulan cerpen yang bisa memberikan jawaban semua yang adik rasakan saat ini”

Kakakku adalah sosok wanita yang begitu mengagumkan. Karena dia begitu anggun dengan jilbab panjangnya. begitu sopan dengan tutur katanya, begitu kokoh dengan agamanya. Tapi aku belum berani menjadi sosok seperti itu. Karena aku merasa tidak pantas, aku perempuan cerewet plus tomboy mustahil bisa berubah seperti itu.

Tanpa pikir panjang langsung saja kurebahkan tubuh ini ke pulau kapuk di dalam istana pribadiku untuk membaca buku yang diberikan kakak padaku. Lembar demi lembar ku selami isi yang tersirat di dalamnya. Ku tarik benang merah makna yang terkandung di dalam tiap paragrafnya. Tak terasa hati ini mulai tergugah, rambut-rambut halus kulitku berdiri, pori-pori kecilku menyempit. Diri ini merasa malu akan semua yang selama ini telah aku lakukan.

Di dalam buku itu menceritakan seorang perempuan lumpuh, yang mendapatkan sosok laki-laki sempurna dalam agama maupun kehidupan sehari-harinya. Laki-laki itu memilih menikah dengan wanita itu karena akhlak dan agamanya.
Subhanallah seandainya di dunia ini ada sosok laki-laki yang tidak memandang wanita dari penampilan, dari cantiknya.

Ku niatkan diri untuk mulai berubah dari sekarang. Dimana aku harus mulai merubah sikapku, penampilanku, cara bicara bahkan cara pandangan hidupku. Ku bulatkan hati ini jika aku berubah bukan karena laki-laki itu. Tapi aku berubah karena ALLAH.

Pagi itu seperti biasa semua keluargaku berkumpul untuk sarapan. Dari kursi sebelahku kakak tersenyum kecil padaku. Saat itu aku sudah mulai merubah diriku secara berlahan-lahan. Awalnya keluarga kaget melihat cara penampilanku yang berubah yang bisanya tomboy sekarang berjilbab panjang. Tapi Alhamdulillah keluarga mendukung perubahanku, teman-teman dekatku juga senang melihatnya.

Dan sekarang aku juga mulai menyibukan diri dalam aktivitas rohis yang membuat hidup ini lebih berwarna dan berarti untuk kegiatan keislaman.

Terima kasih ya ALLAH, engkau telah memberikan kebahagian ini padaku. Semoga aku bisa selalu menjaga azzam ini. Amin…

Sekian

Cerpen Karangan: Tri Indah Widyawati
Blog: Ukhtywidya.blogspot.com
Facebook: widyawatitriindah
Share & Like