NAFAS TERAKHIRMU DI PANGKUANKU
Karya Alfanugrah
Karya Alfanugrah
Ini tentang kisahku..
Hari itu ku duduk termenung dan meratapi betapa pilu kisah hidupku, betapa rumit jalan takdir yg di goreskan Tuhan untukku. Yg ada di pikiranku hanyalah tentang bagaimana hari-hari kedepanku nanti, bagaimana ku jalani hidup tanpa sosok seorang ibu..
Hari itu ku duduk termenung dan meratapi betapa pilu kisah hidupku, betapa rumit jalan takdir yg di goreskan Tuhan untukku. Yg ada di pikiranku hanyalah tentang bagaimana hari-hari kedepanku nanti, bagaimana ku jalani hidup tanpa sosok seorang ibu..
Yaahh hari itu hanya sosok ibu yang terlintas di benak dan memori otakku. Sampai tak sadar ku jatuhkan sesuatu dari mataku. Pikiranku menerawang jauh hingga kelak raga ini kan bersama beliau di tempat yg seharusnya kami berada. Dalam pikiran ini hanya berkata dan bertanya andai kematian bisa ku cegah dan kenapa harus ibuku ?
Ingin ku berteriak sekuat raga ini. Ingin ku merintih hingga hilang sadarku. Penyesalan hanyalah wujud dari sebuah pengingkaran. Tak ada guna ku menyesal namun hanya dengan menyesal ku dapat lebih mengerti tentang hidup ini.
Nafas Terakhirmu di Pangkuanmu |
Pikiran ini terus menerawang jauh. Terbayang lagi kisah setahun silam, kisah terperih dalam sejarah perjalanan hidupku. Setahun terburuk yang pernah ku lewati, ku ingin tahun itu terlewati tanpa ku lewati. Tahun dimana ku kehilangan sosok terindah dalam hidupku. Yaah tepatnya pada 04 April 2011, saat itu dunia serasa gelap, langit serasa runtuh bersimpah di atas tubuh ku, otak tak mampu berpikir tentang apa yang saat itu ku alami.
Tumor otak. Yah itu penyebab kematian ibuku, Ibuku di vonis mendertia penyakit ganas itu oleh dokter. Awalnya tak ada yg tau ibuku menderita penyakit itu. Dokter pun bingung sebenarnya penyakit apa yg di derita ibu ku. Makin lama kian parah. Gejala penyakit yg terjadi pada ibu memang seperti gejala pada penderita penyakit tumor.
Tumor otak. Yah itu penyebab kematian ibuku, Ibuku di vonis mendertia penyakit ganas itu oleh dokter. Awalnya tak ada yg tau ibuku menderita penyakit itu. Dokter pun bingung sebenarnya penyakit apa yg di derita ibu ku. Makin lama kian parah. Gejala penyakit yg terjadi pada ibu memang seperti gejala pada penderita penyakit tumor.
Mata indahnya yg dlu dapat melihat secara jelas, kini seakan tak berfungsi lagi. Rambutnya yg dulu lebat kini mulai rontok dan tipis, kakinya yg dlu dapat berjalan normal kini tak mampu lagi melangkah, otak cerdasnya yang dulu ku banggakan kini tak mampu lagi banyak berpikir. Semua perubahan itu terlihat jelas. Setiap harinya beliau hanya berada di atas tempat tidur,. Sesekali ibu berbicara denganku, kata-kata yg di keluarkan pun terbatas dan tak sebanyak dulu..
Hari itu sepulang sekolah ku langsung bergegas menuju kamar tidur ibu, seperti biasanya ku sapa beliau dengan penuh kasih, balasan yg ku dapat hanyalah tatapan hampa dengan senyum yang melemah.. ku cium tangannya dan ku kecup kening itu.. ku tanyakan kabar dan keadaannya dan hanya senyum yg tersirat di wajahnya..menandakan bahwa ia baik-baik saja..
Onaa.. yah seperti itu lah aku biasa di sapa oleh keluarga ku… yg sebenarnya nama ku “Alfanugrah”.. hari itu aku banyak menghabiskan waktu ku bersamanya.. bukan hnya ada aku disitu, dalam kamar yang mungil dan sederhana itu ada aku, nenekku, kakakku, dan adikku.. kami mengajak mama bicara dan tertawa bersama.. tak pernah kuduga itu tawa terakhir yang ku lihat..
Berselang beberapa jam kemudian.. kondisinya makin ngedrop, kami panic. Waktu pada saat itu kurang lebih menunjukkan jam 8 malam.. kami segera melarikannya ke rumah sakit. Jarak rumah sakit yang begitu jauh dari kediaman kami membuat semuanya terasa lamaa,..
Dalam perjalanan ke rumah sakit, ibuku di tidurkan di pangkuanku.. ku tatap wajah orang yang teramat ku sayang itu seakan menahan sakit yang luar biasa sakitnya.. ku tau betapa sangat ia menderita karena penyakit itu.. ku tau ia lelah dengan semua ini.. ku tau beban di hatinya.. ku tau dan ku rasakan semua yang ia rasakan.. wajah yang tak lagi muda, wajah yang dulunya selalu ceria kini berubah muram dan tak berdaya..
Dalam hatiku hanya satu inginku “ Tuhan, jangan kau ambil ia dari hidupku.. biarkan ia hidup untuk ku buat bahagia.. lepaskan semua beban yang ada di jiwa dan bathinnya”. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, tak henti ku panjatkan doa untuk sang pemilik hidup dan mati.. air mata tak lagi tertahankan, air mata kehancuran mengalir bagai air sungai yang mengalir deras, semua berusaha meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja..
Tidak untuk jiwa dan perasaanku yang nyaris lari dari bathinku.. saat itu adikku tidak ikut untuk mengantarkan mama karna dia masih terlalu kecil.. yang ada saat itu hanya ayahku, kakakku, kakekku, ketiga tanteku, dan beberapa orang tetangga dekat kami.. perjalanan masih cukup jauh… bnyaknya kendaraan menghalangi jalan kami..
Ku masih tetap terisak, berkali-kali ku letakkan tanganku di kedua pipinya.. berharap semua baik-baik saja.. salah seorang tante ku berusaha mengingatkanku agar tidak terus mengeluarkan air mata... setengah perjalanan.. perasaan tak tentu menyelinap masuk dalam kalbuku, ku pegang erat kedua tangan ibuku.. tangan yang tadinya terasa hangat kini berubah dingin dan kaku.. ku menangis dan berteriak sebisa ku.. namun jauh dalam relung hatiku, tak pernah terpikirkan akan terjadi hal yang buruk pada orang yang telah melahirkanku itu..
Mobil melaju cepat.. dan akhirnya sampai. segera dilarikan ibuku ke ruangan untuk di periksa.. dari jauh ku lihat wajahnya yang begitu pucat dan lemah, air mata terus menetes..
Dokter mempersilahkan kami semua untuk menunggu.. kami menunggu dengan cemas, berharap semuanya baik-baik saja.. berselang 5 menit kemudian.. dokter memanggil ayah dan kakakku dan mengatakan sesuatu.. aku yang melihat dari jarak yang tidak terlalu dekat begitu ingin tau apa yang sebenarnya terjadi.. aku menunggu dengan cemas. Baik-baik sajakah atau ??
“tidaak, ibuku wanita tegar, ia bisa melewati semua masa sulit dalam hidupnya.. dan tak mungkin secepat ini ia pergi dari kami” ku berusaha membantah semua gejolak tak tentu dalam hatiku..
Dalam ketidakberdayaanku.. tante ku datang dan memeluk ku sekuatnya.. perasaanku bercampur aduk..”apa maksud pelukkan yang disertai isak tangis ini ?” tanyaku dalam hati..
Ku hanya terdiam dan lemah dalam pelukannya.. berlahan ku coba kuatkan hati ku dan memastikan semuanya “apa yang terjadi ? tanyaku dalam hati.. tanteku menatapku penuh iba.. di iringi tangisnya ia berkata dengan pelan “ ibumu telah pergi” ku tatap dalam matanya berharap apa yang dikatakannya tak benar.. lama ku terdiam, pikiranku menerawang jauh.. tak sanggup ku tahan lagi, sesak di dada, tak percaya semua yang terjadi di goresan takdirku.. ku pecahkan tangisku yang mengusik heningnya malam itu.. ku berlari menuju ibuku yang tak lagi bernyawa.. ku tatap wajahnya, ku pegang wajahnya.. ku kecup keningnya, ku berusaha kuatkan hati menerima takdir terpahit sepanjang hidupku ini.. hampir ku terjatuh tiba-tiba tanteku datang memeluk erat tubuhku dan berusaha kuatkanku.. ku pandangi wajah kakakku yang terdiam menatap ketidakberdayaan ibu.. kakakku begitu kuat dan tegar, terlihat jelas di wajahnya ia begitu menahan tangis.. ayahku dengan wajah yang penuh duka palsu berjalan menuju ibu dan menutup wajah lelah ibu dengan kain putih..
Jasad ibu pun di bawa pulang.. dalam perjalanan tak henti ku tangisi semua yang terjadi.. ku ciumi wajahnya yang tak bisa lagi tersenyum.. tapi ku percaya jauh disana ibu melihat betapa hancur ku kehilanggannya.. sesampai di rumah, terlihat begitu banyak orang.. waktu yang semakin kian larut namum masih begitu banyak orang yang berdatangan.. ibuku di masukkan ke kamar dan esok hari baru bisa di mandikan, di shalatkan dan di kuburkan.. ku tidur tepat di bawah tempat tidur ibuku.. aku dan adikku terus berlinang air mata, kakakku terlihat begitu sabar dan tetap menguatkan kami.. kami bertiga menjaga ibu yang tak lagi bernyawa dengan penuh haru dan keputus asaan…
Hingga pagi menjelang, di mandikanlah ibuku, di shalatkan dan pada akhirnya di kuburkan.. sebelum di bwakan ke tempat peristirahatannya yang terakhir.. ku kecup kening dan kedua pipinya.. tak ingin itu yang terakhir tapi takdir berkata lain.. itu kecupan terakhirku untuknya.. dengan mata yang terus mengeluarkan air ku ikut berjalan mengantarkan ibuku untuk beristirahat selamanya.. didampingi sahabat dan keluarga besarku.. tak lama jenazah ibu pun dimasukkan ke liang lahat..ku menangis sejadi-jadinya.. kakakku yang dari semalam menahan air matanya tak kuat lagi hingga jatuh pingsan.. aku dan adikku berjalan menuju pusara ibu.. ku sandarkan kepala di batu nisan ibuku.. ku panjatkan doa semoga ibuku di terima di sisi ALLAH.. dan dalam hatikku ku bisikkan “ tenanglah dalam tidur panjangmu mamma, ku kenang indah kau dalam setiap langkahku, kau pergi dengan sejuta duka.. ku sangat menyayangimu tapi sang pemilik hidup dan mati jauh lebih menyayangimu”
Ku Kuatkan hati ku dan berjalan dengan sejuta pedih di hati ini.. kini ibukku telah tenang disisi sang kuasa, meski tak lagi bersama dalam nyata.. bathin ini slalu percaya ibu melihat smua yang terjadi di hidupku, mendengar smua kesah jiwaku..
THE END
PROFIL PENULIS
Nama : Alfanugrah
TTL : ternate, 18 Maret 1994
Akun FB : Alfa Nugrah Usman
TTL : ternate, 18 Maret 1994
Akun FB : Alfa Nugrah Usman