Fantasteen - Cerpen Fantasi

FANTASTEEN
Karya Aan Volta

Namanya Zheifer Sanschutze. Si tomboi yang selalu dihukum Pak Robi (wali kelasnya) karena penampilannya yang.. rambut hitam kecoklatannya yang dikucir berantakan, seragam yang dikeluarkan dan lecek gara-gara ngga pernah disetrika, dan tali sepatu yang diikat seadanya! Walau banyak yang mengkritik penampilannya, bak pepatah.. anjing menggonggong, San cuek bebek. Dia ngga ambil pusing sama omongan orang tentang dirinya.
“Noy? Aku pinjam gitarmu.” pinta San.
“apa? Memangnya kamu ngerti cara mainnya? Mengikat rambut saja tidak bisa, apalagi main gitar.” ejek Noy.
“cih! Pinjamkan saja apa susahnya sih?”
“hmm.. tidak!”
“dasar Noy..” San ngambek dan mengejar Noy yang lari.
Yah, terjadi lagi. Tak ada rotan, ributpun jadi. Papan tulis dicorat-coret. Beberapa anak perempu-an amatir berkejar-kejaran. Sedang anak laki-lakinya sibuk berkutat dengan gitar dan MP3nya. Khusus untuk Noy dan San. Mereka takkan berhenti berkelahi seperti anjing dan kucing. Sampai salah satu dari mereka mengibarkan bendera putih.
“ekhem.” suara Pak Robi mengagetkan seisi kelas ini.
“greeting to the the teacher!” seru Anbu, sang KM.


Anbu Zifky lengkapnya. Seorang KM yang kreatif, bertanggung jawab, multitalenta tapi orang tergokil yang San tahu. Orangnya selalu rapih dan ngga awut-awutan kayak San. Tapi kalau lagi terikut arus gang Triple R, ya.. ngaco juga.

Oke.
Kembali ke topic awal.
“good morning, Sir.”
“good morning. Noy dan San, mari kedepan.” pinta Pak Robi dengan senyum palsunya. Noy dan San pun mengikuti perintah beliau dengan kepala menunduk.
“nah. Noy, San, sudah berapa kali kalian kena tegur selama semester ini?”
“357 kali pak.” jawab Noy dan San serempak.
“lalu ditambah sekarang?”
“358 kali pak.”
“kalian tahu apa hukumannya?”
“tahu pak.”
“bagus. Kalian murid teladan. Kerjakan hukumannya.”
Noy dan San mengangguk. Lalu pergi menuju lapangan yang sepanas gurun sahara. Masing-masing melakukan hukumannya. San hormat ditengah lapang. Sedangkan Noy push up ditengah lapang juga. Mereka dihukum selama jam pelajaran Pak Robi, alias selama 2 jam pelajaran.
Didalam kelas Pak Robi memulai pelajarannya. “hari ini kita akan mempelajari ‘gerak’. Gerak adalah bla..bla..bla.. Ada pula yang disebut Gerak Lurus, ini dibagi menjadi dua bla..bla..bla.. GLB itu bla..bla..bla.. Sedangkan GLBB itu bla..bla..bla..” jelas beliau panjang lebar.
----------

Bel pulang telah berbunyi menandakan seluruh siswa SMP Extraordinary High School diusir dari kelas masing-masing (haha). Begitu juga dengan Triple R yang berjalan keluar dari kelas mereka dan menghampiri San juga Noy yang masih bertahan.
“what sob! Gila lo! Masih aja push up? Ngga capek, hah? Hahaha..” sindir Roufdy (baca: Rufdi). Noy tak menjawab sindiran itu.
“woy! Lo berdua ngga malu apa diliatin banyak siswa gini? Atau emang lo pada mau jadi pusat perhatian?” tanya Randy. Tapi mereka tetap bungkam.
“ya udahlah, bro! Cabut yuk. Biarin aja mereka disini. Bye.” ajak Rivaldy pada kedua csnya.
Setelah Triple R pergi, barulah San dan Noy berhenti. Menarik nafas sejenak dan berlari kecil ke arah kelas untuk mengambil tas. Disana, San melihat Deve masih duduk dibangkunya.
“hai, Deve. Masih duduk aja?” sapa San basa-basi.
“ya. Ini juga mau pulang.”

San berfikir, “eh, Deve.. boleh ya aku hari ini menginap dirumahmu. Besokkan minggu. Boleh ya, boleh deh, boleh dong.” pinta San memelas.
“ya. Terserah kau saja.”
“eits, aku juga ikut dong. Oke. Kita berangkat!” sambar Noy tak mau kalah. San ngomel dalam hati, ya tuhan ngapain tu anak ngikut-ngikut? Hih! Awas aja macem-macem!
----------

Ketika sampai dirumah Deve, 1 juta pelayan dirumahnya menyambut kedatangan mereka bertiga dengan meriah. San dan Noy memasang mulut menganga yang ditebak itu mampu menampung 1 gajah Sumatra. Memang sih, Deve adalah anak seorang pengusaha kaya raya. Tak heran jika rumah dan segala isinya sangat mewah dan mampu membuat orang yag melihatnya terpana.

Sementara Deve kekamarnya, Noy dan San masih mengagumi keindahan arsitektur rumah sobatnya ini. Megah banget! San sempat berfikir, apakah kalau mau kekamar mandi harus naik ojek dulu karena dia lihat jarak antara kamar mandi dengan ruangan lain lumayan jauh. Bahkan San dan Noy hampir nyasar hanya karena nyari kamar mandi tersebut dirumah megah Deve.
“hey, guys. Taruh aja tas kalian disofa. Nanti biar pelayanku aja yang nyimpan tas kalian di kamarku. Sekarang kalian ikut aku ke perpusakaan yuk!” ucap Deve mengajak San dan Noy.
Mereka pun berjalan dan memasuki ruang ‘sejuta buku’ milik Deve pribadi. Gila! Ini sih, lebih cocok disebut perpustakaan daerah daripada perpustakaan pribadi. Deve langsung menelusuri setiap lemari buku, bahkan sampai ke pelosok-pelosoknya. Atau yang lebih rinci lagi, sampai ke setiap sudut ruangan. Dia kembali sambil membawa segunung buku yang entah apakah buku itu ia baca atau hanya sekedar melihat gambar-gambarnya saja.

San yang melihatnya melotot, “apa sih yang kau harapkan dari tuumpukan buku itu?”
“entahlah. Kurasa banyak hal yang menarik dibalik tumpukan kertas yang dijilid ini.” tutur Deve.
“oh ya? Tapi lebih baik aku berkutat dengan ribuan game selama berjam-jam deh daripada harus mencerna milyaran kata didalam lautan buku.” ucapan San membuat Deve tertawa pelan.

Tapi kemana Noy? Dia baru saja datang dari ekspedisi mencari buku music dan astronomi. Noy duduk disamping San dengan sebuah encyclopedia setebal 5cm dan mulai heboh menceritakan apa yang ia temukan.
“heh, San. Lo tahu ngga? Ternyata bintang itu akan meledak kalo bla..bla..bla.. dan dia akan menjadi bintang kerdil atau menjadi lubang hitam yang kata buku ini bla..bla..bla..” Noy menjelaskan sampai San terkantuk-kantuk. Ya jelas saja, Noy berbicara seperti menjelaskan panjang-kali-lebar-sama-dengan-luas-dan-dua-kali-panjang-tambah-dua-kali-lebar-sama-dengan-keliling. Oh.., OAHEM deh!

Kodomo no koro mita niji wo ima miageru to nanairo de wa naku yagate kiri ga kakari.. handphone Deve berbunyi. Ada telephone masuk, dengan cepat Deve mengangkatnya.
“hola Deve. Ini gue Triple R – Randy. Kita bertiga mau nginap dirumah lo, bolek kan? Masa’ San sama Noy aja boleh kita ngga, yakan sob? Lo kan baik hati tidak sombong dan rajin menabung.”
“yeulah.”
“asseek. Okey mabrow.. sejam lagi kita ada dirumah lo!”
“iyeu.” telephone pun ditutup.

San menengok ke arah Deve, “siapa?”
“Triple R mau datang.” jawab Deve polos.
“apa?!” pekik San, “oh, tidak! Bahaya datang bahaya datang. Oh! Aku tidak akan selamat dari mereka. Oke. Baiklah. Jika mereka inginkan perang, akan aku berikan. Deve?” sewot San.
“heu?”
“aku akan buat perangkap untuk Triple R. Ini akan membuat rumahmu sedikit.. kotor dan berantakan.”
“yah, buat imajinasimu sendirilah.”
“oh! Tengkyu may bes prien. Oke. Lets destroy!” San segera mengambil ancang-ancang bertempur.
----------

Jebakan pertama sudah, yang kedua sudah, ketiga sudah, dan.. babak bonus juga sudah. Ok! Sudah siap semuanya! Setelah mereka membuka pintu… mereka akan bom! Huahaha..huahaha.. ups! Ketawa gue liar banget. Kan ceritanya jadi antagonis, batin San dalam hati setelah memper-siapkan semua ranjau untuk Triple R.
15 menit kemudian Triple R datang. Mereka mengetuk pintu. San menirukan suara Deve dan menyuruh agar mereka masuk juga menikmati wahana kejahilan San.
Saat Triple R membuka pintu, mereka mendapat sambutan hangat dari sebaskom tepung terigu yang membalut tubuh mereka sekarang . Roufdy yang mencoba berjalan dengan pelan tapi pasti dengan mata buram karena terkrna tepung, menginjak skateboard.. meluncur dengan mulus layaknya diombak pantai dan berakhir masuk kulkas (tentunya semua isi kulkas sudah dikeluarkan). “1 ekor beres!” girang San sambil menutup pintu kulkas dan menguncinya.
Randy merangkak meraba-raba lantai dengan kepala masih tertutup baskom tadi. Ketika sampai didapur, tidak sengaja dia menginjak minyak goreng yang sudah melumuri seluruh lantai dapur. Alih-alih, Randy terpeleset dan ‘nyungsep’ kedalam bak mandi yang masih penuh berisi air. “1 ekor lagi beres!” bangga San.
Sedangkan Rivaldy, dia beruntung karena jatuhan tepung terigu tidak terlalu banyak ke tubuh nya, masih terselamatkan dari malapetaka yang telah dialami kedua sohibnya.
Tapi San yang kala itu tak habis akal untuk mengerjai Rivaldy, dia dengan entengnya melempar-lemparkan bayi-bayi tikus ke arah Rivaldy. Sontak saja, Rivaldy ketakutan dan lari. Tak hanya itu, San sudah mempersiapkan jebakan bonus untuk Rivaldy.

Rivaldy tersangkut benang yang sudah dikaitkan dengan kabel listrik dan.. tentu saja dia kesetrum. Lalu, terjepit perangkap tikus yang berserakan. Selanjutnya, Rivaldy menginjak garpu dan cangkul kebun, berkali-kali dia terpukul lengan garpu setiap menginjak garpu dan terpukul lengan cangkul setiap menginjak cangkul persis seperti dikartun Tom&Jerry. Finishednya, Rivaldy masuk bak sampah yang sudah disiapkan San. “selesai sudah!” riang San penuh tawa.
*fufufufu..* San bersenandung puas. Dia kembali ke perpustakaan dan duduk bersantai diantara Noy dan Deve.
“kau kemanakan Triple R?” tanya Deve.
“gue masukkin ke habitatnya masing-masing.”
“wah? Terbaik! Sering-sering kayak gitu ya! Gue ngedukung banget.” puji Noy.

DUK TRANG BRAK!!! “Zheifer Sanschu—tze!!” pekik Triple R tiba-tiba.
“ups! Hahaha.. hahaha.. hahaha..” San malah tertawa.

Triple R datang terseok-seok menghadap San dengan mata melotot. San malah tambah tertawa melihat rupa mereka. Roufdy yang dibumbui tepung bertabur kulit jeruk dan siap digoreng kapan saja, Randy yang basah kuyub dan kakinya berlumur minyak, dan Rivaldy yang (wow!) penuh dengan jepitan perangkap tikus, bau sampah dan rambut yang berdiri semua karena kesetrum.
“sorry man. Peace. Kok kalian pada tahu gue lagi diperpustakaannya Deve.” San nyengir.
“San, penciuman kita tu tajam kayak anjing. Dan, apa salah kita sih, sampai lo ngerjain kita gini? Puas?” bentak Randy sangar.
“oi bro, jangan salah paham dulu. Gue bukan ngejailin, tapi itu sambutan kata welcomembuat kalian dariku, Noy dan Deve.” San menyangkal.
“oh ya? Memagnya kami percaya pada semua celotehan bohongmu?” timpal Roufdy.
“baiklah. S-O-R-R-Y, oke? Walau sebenarnya itu balasan buat kalian ngejahilin gue tempo hari. Rivaldy, lo mau nuntut apa lagi?”

Rivaldy hanya bungkam dan bertolak pinggang, lalu berkata, “aku sedang kesal, tahu! Jadi aku ngga bisa ngomong!”
“ha? Hahaha.., you’re so funny.” San tertawa.
“San, gue terima maaf lo. Dan gue punya ucapan terima kasih untuk lo. Nih, THANKS YA, SAN!” Randy menimpukan kue tart blackforest ke wajah San.

Dengan wajah merah padam, San menyiram sebotol capucino yang dibawa Noy ke kepala Randy. Randy membalasnya lagi dengan menumpahkan sebungkus potato chip ke kepala San. Kali ini, Noy juga ikut-ikutan melempar buku setebal 5cm yang dibawanya tadi ke arah Randy, tapi malah kena Rivaldy. Semuanya jadi saling melempar kecuali Deve. Hingga Deve sendiri yang melerai pertempuran antar kubu A dan kubu Z.
“eh, udah dong. Rumahnnya jadi berantakan nih.”
“San duluan tuh yang mulai.” Roufdy mengadu.
“ya sudahlah. Semuanya nanti bakal diberesin sama para pelayan dirumahku. Sekarang kalian pada mandi dan ganti baju. Nanti kita makan malam.”
“yeulah..” balas San, Noy dan Triple R lesu.
----------

Jam menunjukan pukul setengah tujuh malam. Mereka semua masih bermain kartu dikamar Deve. Tak semuanya sih, Noy membelot main computer sendiri. Dia tengah asyik tembak-tembakan dengan zombie. Yang sedang bermain kartu, wajah mereka nampak serius (kayak lagi UASBN aja). Mereka saling melirik kartu lawan dan mempersiapkan serangan kartu terakhir.
“aku menang!” seru San, memperlihatkan kartunya.
“ah..” Deve , Randy dan Rivaldy melempar kartunya ketengah lingkaran sambil mendengus kesal. Bagaimana dengan kartu Roufdy?
“oh ya? Apa kau yakin, San? Kurasa tidak.” tantang Roufdy, memperlihatkan 4 kartu As sebagai senjata andalannya dan tersenyum penuh kemenangan.

Deve, Randy dan Rivaldy tertawa geli melihat sikap yang diberikan San saat mengetahui Roufdy memiliki 4 kartu As sekaligus. Dan pintarnya Roufdy mengeluarkan jurus itu ketika diakhir permainan.
“dasar licik! Pantas saja kartu As yang gue tunggu-tunggu ngga ada. Ternyata di kamu semua. Beuh..” omel San, “jangan licik dong. Gue jadi kalah nih, ah.”
“uh..ampun. Haha, emang setiap ambil kartu gue dapatnya kartu As terus. Sesuai amal bro.”

Dengan kesal, San berdiri berkacak pinggang seperti anak kecil yang lagi ngambek dan meng-hentakkan kakinya ke lantai. Namun lantai dibawah kaki San yang dihentakkan tadi tiba-tiba retak membentuk sebuah lingkaran. Mereka semua, kecuali Noy, cepat-cepat berdiri dan menyingkir dari retakan. Tapi retakannya semakin banyak dan runtuh membentuk lubang. Didalamnya sangat gelap dan berhembus angin yang sangat kencang. Lubang itu menghisap segala yang ada dikamar Deve. Termasuk Noy yang sudah terhisap duluan, karena awalnya dia tidak menyadari.
“APA YANG TERJADI?!” pekik Randy.
“TIDA---K! PENGHISAP KOSMi---K..!!” teriak Rivaldy dramatis.

Rivaldy memegangi ganggang pintu kamar. San memegangi kaki Rivaldy, Randy memegangi kaki San, Roufdy dan Deve memegangi kaki Randy. Lubang penghisap itu seperti menarik mereka untuk masuk kedalamnya. Tarikannya semakin kuat saja.
“RIVAL, TERUS PEGANG GANGGANG PINTUNYA!!” seru Deve.
“TIDAK BISA! TERLALU LICIN! UGHH.. AA---A!!” Rivaldy melepas ganggang pintunya, akhirnya mereka semua masuk kedalam lubang.
----------

Semua terlihat sangat gelap, ya, kau tahu apa itu gelap? Sesaat suasana yang terasa hening, sampai terdengar suara keras ketukan pintu dan orang berteriak. San adalah yang pertama kali bangun dari pingsannya. Dengan kepala sedikit pusing, San membuka pintu.
“kapten! Kita telah memutar haluan, kompas menunjukan arah utara! Beri perintah!” ujar seorang awak kapal.

San tampak linglung, menggaruk-garukkan kepala tanda tak mengerti. Dia bungkam dan tak tahu apa yang harus ia katakan. Kemudian melotot, membanting pintunya dan bersembunyi dibelakang pintu. San melihat teman-temannya mulai tersadar.
“guys! Kita ada dimana?!” panik San. Semuanya saling berpandangan.
“apa maksudmu ‘Kita ada dimana?!’. Apa kamu ngga bisa lihat kita itu ada di… mana?” Roufdy malah balik bertanya.
“kenapa kamu malah balik bertanya? Oh, tidak! Kita hilang! Kita terperangkap! Kita terjebak disini! Kita …” San semakin panik.
“… harus tetap tenang agar tahu jalan keluarnya. San, tenanglah!” Deve mencoba menenangkan San.
San menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, “right! Ada seseorang dibelakang pintu yang memanggiku dengan sebutan ‘Kapten’. Aku tidak mengerti!”

Randy tersenyum misterius, “ya ya ya. Biar aku yang mengatasinya.”, dia menyuruh San agar menyingkir dari pintu lalu membuka pintunya.
“kapten! Kita telah memutar haluan, kompas menunjukkan arah utara! Beri perintah!” sang awak kapal mengulang kalimatnya.

Randy berlagak layaknya seorang kapten perompak. Dia memakai topi yang biasa dipakai para kapten perompak dan memerintah seenaknya, “oke semuanya! Rubah haluan ke arah jam 6, tarik layar kapal, ikatkan jangkar pada meriam, dan apa yag kamu lakukan! Buang semua beban! Cepat cepat cepat! Sampai kapan kamu terus mengepel seperti itu! Ayo semuanya bekerja!”
“tapi kapten, arah jam 6 berarti kita ke arah selatan dan jika kita lewat selatan kita akan bertemu dengan pusaran air kematian!”
“aku tidak memberimu makan untuk beralasan! Cepat rubah haluan kita! Kau berhutang darah padaku sampai akhir hayatmu!”

Semuanya tampak sibuk dengan pekerjaannya. Randy tertawa puas dan berkacak pinggang disamping nahkoda. San, Deve, Roufdy dan Rivaldy menghampirinya. Roufdy dan Rivaldy juga ikut memerintahkan para awak kapal.
“hebat lo, Ran! Kesannya kayak kapten betulan. Belajar darimana?” puji San.
“dari film The Pirates of Caribean. Gue memang suka banget sama perompak, apalagi jadi kaptennya. Keren kan.” Randy membalasnya dengan nada sedikit sombong.
“so, I must say wow?”
“whatever! Deve, ambilkan kompas hitam dan peta hidup! Kita akan berpetualang.” Randy mulai memerintah lagi. Deve memberi hormat, “ay ay, kapten!”
----------

Hampir seharian kapal yang Randy sebut sebagai kapal The Black Pearl (nama kapal milik Jack Sparrow dalam film perompak faforit Randy) berlayar. San masih saja berkutat dengan peta hidup. Dia mencoba memecahkan gambar yang akan terbentuk dipeta hidup. Deve bersandar dipinggir kapal seraya memainkan kompas. Sedangkan yag lainnya.. entahlah, mungkin loncat dari papan-haha.
Peluh memenuhi pelipis San yang terus berusaha mencari gambar yang pas terbentuk, namun hasilnya pun terus tak berhasil. Pada akhirnya, San memutar poros terdalam peta dan menghasilkan gambar kapal terbalik ketika terbenamnya matahari dengan dua makhluk seperti medusa yang menyerang kapal. San segera melihat arah matahari yang akan tenggelam.
Dengan cepat, San berlari ke pinggir kapal disamping Deve. Kapal mulai terombang-ambing. Semua awak kapal kebingungan dengan hal yang terjadi. San semakin memegang erat pinggiran kapal. “matahari akan terbenam!” pekiknya. Semuanya kocar kacir mencari pegangan. Dan tepat ketika matahari tenggelam, BRUSH! Kapal menjadi terbalik.
Blub, blub, blub. San mencari-cari medusa yang mungkin memang akan menyerang kapal. Dari kejauhan, barulah terlihat dua makhluk bermata menyala itu datang mengitari kapal. Setengah dari badan medusa tersebut berbentuk ular. San langsung menutup matanya. Kau mengertikan kenapa? Mitos yunani tentang Medusa si dewi ular.
Salah satu medusa mulai menyerang beberapa awak kapal dan Roufdy. Melawan pun percuma, tetap saja akan mati menjadi patung atau bahkan bisa hancur berkeping-keping jika si medusa menginginkannya.
Medusa yang lain ikut menyerang. Ekor mereka menghancurkan sebagian badan kapal. Hampir sebagian awak kapal berubah menjadi patung setelah melihat mata si medusa menyala. Wajah mereka cantik, tapi sangat mengerikan. Tak ada yang bisa melawan kecuali saat matahari kembali terbit.
Ketika semuanya pasrah, satu harapan datang disaat yang tepat. Sang surya kembali terbit dan kapal berbalik seperti semula. SCRASH! Seluruh awak kapal yang tersisa serta ke lima kapten batuk-batuk dan memaksa menghirup udara apasaja, sebanyak-banyaknya setelah enam puluh detik didalam lautan.

San dan Deve langsung menghampiri peta hidup yang sama sekali tidak basah. San memutar poros kedua ke arah jam 10 dan poros ketiga ke arah jam 1. Deve melotot saat melihat gambar-nya , “i’m not believe it!”. Begitu juga San yang hanya bisa tertawa lemah.
“kapten Randy, ini baru permulaan.” ucap San menakuti.
“ya, kita baru saja memulai petualangan. Semuanya! Kibarkan bendera kapal, pasang layar selebar mungkin, arah angin menguntungkan kita! Nahkoda, putar kapal 15 derajat! Pesta sudah menunggu kita..” ujarnya setengah berteriak dan mencengkram kuat tali layar.
----------

Sebuah badai pusaran air terlihat sangat mengerikan dari kejauhan. Banyak petir dan guntur yang menggelegar di antara langit nan hitam kelam menyeramkan. Terkesan seperti bermain di film horror sadium 4. San berdiri tegak tak gentar, bagai mampu menaklukan monster 7 dimensi yang luar biasa ganas. Dia menatap tajam badai tersebut. Lain hal dengan sang kapten kapal. Randy begitu gemetaran. Sesekali ia menelan ludah karena sangking takutnya. Yang lain? Entahlah.
Para awak kapal sudah pasrah, mereka tahu akan menghadapi siapa. Maksudnya bukan badai yang mereka cemasi, melainkan yang menciptakan badai itu. Tapi bukan Neptunus yang menciptakannya, dia tengah bingung memikirkan trisulanya yang berubah menjadi seekor tikus yang bisa mengaji. Mereka yakin bahwa badai ini adalah ulah kapten kembar Flying Dutchman, Katoda dan Anoda.
Menurut cerita, Katoda dan Anoda selalu membuat badai dilaut dan menyerang para kapal perompak. Lalu membunuh kapten dari kapal yang mereka serang dan memakan jantungnya. Sebagai kapten dari The Flying Dutchman, mereka akan selalu abadi selama tidak ada yang menusuk jantung mereka yang disimpan ditempat aman.

San naik ke jaring-jaring tali layar seraya berteriak sekuat tenaga, “semuanya! Kita adalah perompak! Kita tidak boleh gentar, walau menghadapi maut yang ada didepan kita sekalipun! Didepan sana, kita akan membuktikan apa itu perompak sejati! Hidup Black Pearl!”
“hidup Black Pearl!!” seru para awak kapal.

Deve yang ragu berbisik pada San setelah San turun, “apa kau yakin?”
“ya, tentu saja!” jawabnya mantap.
“kau ini aneh, San. Awalnya kamu yang panik saat kita ada disini, dan Randy yang mengatasi nya. Tapi sekarang malah terbalik. Kau jadi semangat dan bergairah. Sedangkan Randy mulai cemas disudut sana.”
“aku paham posisiku sekarang.”
Kapal mulai masuk ke pusaran air dan disitulah San, Randy, juga yang lainnya melihat Katoda dan Anoda dikapal mereka. Sedang berdiri angkuh, tersenyum mengejek dan menatap seperti siap menerkam mangsanya. Semua mengambil ancang-ancang siap bertempur.

Masing-masing kapal menyiapkan meriam untuk menyerang satu sama lain. Didukung petir yang telah beranak cucu dan pusaran air yang menghujani mereka. Hanya tinggal menunggu saja.
“TEMBAA---K!” seru San dan Randy serempak mengomandoi para awak kapal.

DOR! DOR! DOR!
Bola-bola meriam itu berhasil membabak belurkan beberapa tiang kapal dan badan kapal Flying Dutchman. Katoda dan Anoda hanya diam, tak balas menyerang. Justru tertawa meremehkan, “kesalahan fatal!” ucap Katoda.
“kapten! Mereka telah menghancurkan kapal kita! Apakah kita hanya diam saja?!” tegur nahkoda kapal.
“kita tidak perlu menembaknya, bola meriam kita hanya terbuang sia-sia. Kita akan menyerang-nya dari jarak dekat.” balas Anoda setengah berbisik, “tunggu dan..”

Dikapal Black Pearl, Roufdy tengah meneropong keadaan kapal lawan. Terutama si kaptennya, Anoda dan Katoda yang melihat Roufdy tajam.
“San.., apa ini hanya perasaanku saja atau kenyataan? Karena Anoda dan Katoda terlihat sangat…” kata-katanya terhenti dan tiba-tiba menjatuhkan teropong ditangannya, “..dekat.”. Ya, Anoda tersenyum jahat didepan Roufdy sekarang, “hello kids!”. Roufdy dan San tercengang, kini si kapten Flying Dutchman berada didepan wajah mereka.
“mari kita berperang, bocah tengil!” tantang Katoda.

TRANG TRING! TRANG TRING! BRAK! BOOM! DOR! DOR! WUSH!
Peperangan semakin ramai. Tak hanya hujan yang membasahi tubuh mereka, tapi juga darah segar. Banyak bidak catur lawan yang mati dan hidup kembali. Sedangkan bidak catur San mati sia-sia dan hanya tinggal beberapa belas orang lagi. San mulai pesimis.
“ughrr..!Arrr..!” Randy kesal karena anak buah Flying Dutchman yang tak habis-habis.
“kenapa nak, apa kau menyerah? Hahaha.” remeh Anoda.
“Roufdy! Bantu aku!” pekik San yang juga kewalahan, “mereka tak habis-habis!”
“maaf, bro! Gue juga lagi sibuk!”
“San! Arah jam dua!” teriak Randy sambil menangkis pedang lawannya yang berkepala ular.
“baik!” San menuruti perintah Randy, “hosh..hosh..hosh, Ran! Mereka tak bisa mati, bagaimana caranya kita menghabisi mereka kalau begini caranya?!”

Randy tampak berfikir, “ya aku tahu, aku juga..takut sebenarnya. Tapi, San. Jika difilm The Pirates of Caribean, David Jones hanya bisa dibunuh dengan menusuk jantungnya.. berarti begitu juga dengan Anoda dan Katoda. Kita harus mencari jantung mereka.”
“jenius juga kau.” Randy hanya membalasnya dengan seringai. “Ayo!”
“tapi dengan apa kita kesana?” Randy celingukan, “oh oh, peluk aku! Kita akan berayun dengan tali ini.”
“apa!?”
“lakukan saja!” mereka mulai berayun, SYUUUT!

Tak ada yang menjaga kapal, fikir kedua bocah ini. Sebuah keadaan yang sangat menguntung-kan, jadi mereka tak perlu capek-capek untuk mendapatkan jantungnya. Mereka segera masuk ke ruangan privat Anoda dan Katoda. Randy juga San yakin pasti disanalah jantungnya disimpan.
“apa kau menemukannya, Ran?”
“tidak, entahlah. Aku ngga yakin. Apa kotak yang ada diatas meja itu yang ada jantungnya?”
Wajah San berbunga-bunga, “ya! Tapi untuk seorang kapten, mereka kurang apik. Menaruh barang berharga sembarangan.”
“haha.., namanya juga perompak. Oke. Kita buka kotaknya.” Randy membuka kotak tersebut dan terlihatlah sebuah jantung yang masih berdetak.
“inikah jantungnya?” San tak yakin, “hanya satu? Bukannya mereka itu berdua?”
“yo, bro! Tapi satu untuk berdua.”
“hah? Apa? Satu untuk berdua? So sweet banget, haha.”
“pegang kotaknya, bismillah! Yang abadi tetaplah hancur!!” Randy menusuk jatung itu, dan kayaknya dikapal sebrang Anoda dan Katoda sudah mati.. hangus menjadi abu.
San dan Randy menghembuskan nafas lega. Akhirnya semua telah selesai. Tinggal mencari jalan pulangnya saja. Namun dari pintu, berdiri bayangan hitam seseorang. Hentakan kakinya membuat lantai kayu bergetar. Suaranya tak asing ditelinga San dan Randy. Dan ia…
“NOY!!?” San kaget ketika melihat sohibnya.
“mereka bukan lagi kapten kapal ini, mereka adalah tangan kananku. Akulah kaptennya sekarang. Dan percuma kalian mencari jantungku, kalian takkan pernah mendapatkannya. Haha..” ini seperti bukan Noy.
“Noy! Ini aku, San! Masa’ kau lupa?”
“mencoba sok akrab ya? Perompak apa kau ini. Kalian akan tetap mati!” Noy menodongkan pistol ke kepala San.
“apa-apaan kau, Noy?! Kau ini terjangkit Pikuninolopous Syndrome, hah? Semprul!” San melempar segala benda yang ada disekitarnya dan melemparkannya pada Noy. Noy hanya bersikap sok cool. Dan setelahnya.., “Woaaa! Adauu!”. Noy jingkrak-jingkrak kesakitan dan menyumpahi San.
Sementara Noy dan San adu battle sumpah-sumpahan, Randy terperanjat karena tiba-tiba saja pintu lain yang ada dibelakang meja terbuka perlahan dan berdirilah ibunya Deve. “oalah..kalau mau berkhayal, ngga ngawut-ngawut kamar juga toh! Piye iki, jadi kayak kapal pecah!”

Mereka bertiga melihat kesekeliling seraya mengucek-ngucek mata. Ternyata benar, mereka masih dikamar Deve, semua kejadian tadi hanya fantasy mereka saja. Tak sadar, mereka bertiga tertawa terbahak-bahak. Dan, anehnya Deve, Roufdy, Rivaldy, terjebak dikamar mandi yang ada dikamar Deve. Sungguh hal konyol!

The End..

PROFIL PENULIS
Nama : Aan Volta
TTL : 29 Febuari 1996
Hobi : Berkhayal/ Berfantasi
Cita-cita : Psikolog
Motto : Lakukan apa yang kamu sukai, sukai apa yang kamu lakukan!
Add facebook : zulvi adanindita 

--------------
No. Urut : 103
Tanggal Kirim : 01/12/2012 18:20:13
Share & Like