Pelangi di Langit Senja - Cerpen Persahabatan

PELANGI DI LANGIT SENJA
Karya Mia Rahmawati

"Senja? Namamu Senja?" Tanya pemuda dihadapanku ini untuk yang kesekian kalinya. namun mulutku masih membisu, tanpa suara. Kulangkahkan kaki meninggalkan pemuda asing itu, namun ia malah mengikuti langkahku. Langkah kami beriringan dalam kebisuan. Aku tak suka padanya, sok kenal. Yang kutahu, namanya adalah Fajri, anak baru pindahan dari yogyakarta. Tapi, ia selalu saja mendekatiku dan memanggilku senja, nama yang sangat kubenci didunia ini.
"Pelangi....!" Seseorang berteriak memanggilku, langkahku seketika berhenti.
"Ya ampun... kau meninggalkanku di perpustakaan karena ingin bertemu dengan pemuda ini?" tanya Anita sambil tersenyum menggoda. Saat ini, detik ini, untuk pertama kalinya kutatap lekat wajah Fajri, lumayan juga... aahh, kenapa jadi begini?
"Kau dengar saudara Fajri yang terhormat? Namaku adalah PELANGI, bukan Senja. Ingat itu!" Dan pertama kalinya aku bicara padanya. Kakiku kembali melangkah diikuti Anita. Fajri masih terpaku ditempatnya.
"Kenapa Pelangi...." Gumamnya pelan, senyum terpaksa tersungging dibibirku. Tentu saja namaku Pelangi. Tak boleh ada yang mengubah namaku, apalagi mengubahnya menjadi Senja. Sebuah kata yang amat kubenci didunia ini.
***

Angin pagi membelai lembut tubuhku, bersandar manja pada pada rambutku yang terurai panjang. Langkahku terhenti saat melewati depan ruang kelas XII IPA1(ruang kelasku). Seorang lelaki tampak sedang duduk disalah satu kursi membelakangiku. Tumben jam segini sudah ada orang yang datang dikelas ini, inikan masih jam setengah tujuh. Biasanya hanya akulah seorang yang datang sepagi ini. Apa jangan-jangan dia makhluk halus penghuni kelas ini? Ihhh... serem deh. Tapi, aku udah hampir setahun dikelas ini, dan selama ini aku enggak pernah liat apa-apa. Jadi merinding nih!
Perlahan kumasuki ruang kelas yang tiba-tiba mengeluarkan hembusan angin aneh, membuat perasaanku semakin tidak enak.
"Fajri...???!!!" Teriakku begitu melihat wajah orang yang ada didalam kelas, bagaimana ia bisa sudah ada disini? Bukankah biasanya ia selalu terlambat? Ia tersenyum padaku.
"Rambut kamu bagus..." Ucapnya tiba-tiba. oow... Rambutku lupa diikat. Tanganku sibuk mencari tali rambutku ditas, tapi tak ketemu. Aduh, kemana sih?
"Kau mencari ini?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya yang di genggam. Kemudian, dengan perlahan kepalannya terbuka. Menunjukkan sebuah tali rambut berwarna orange bergambar binatang Koala. Jantungku seketika berdegup kencang. Dari mana ia dapatkan tali rambut itu?
"Bukan hanya ini, tapi juga yang ada di papan tulis...." Ucapnya lagi. Dengan ragu, keputar arah tubuhku menghadap ke papan tulis. Jantungku kembali berdegup dengan sangat kencang. Dipapan tulis ada sebuah lukisan 3 anak remaja yang salah satunya adalah diriku. Sudah lama sekali aku tak melihat lukisan itu. Berbagai kelebatan peristiwa dua tahun lalu hinggap dibenakku. Aku tak mau dan tak pernah mau, air mataku merebak dengan sendirinya tanpa bisa kutahan. Aku benci lukisan itu. Aku benci senyum yang tersungging di bibir ketiga remaja itu. Aku benci peristiwa itu terpaksa harus kuingat lagi.
"Aku tahu...... bagaimana hatimu sebenarnya..." Ucap Fajri lekat menatapku. Aku hanya bisa menggeleng dan mundur. Kakiku dengan cepat menurui tangga-tangga yang baru saja kulewati tadi. Anak-anak lain mulai berdatangan, tapi aku terus berlari tanpa menghiraukan Embun bening dimataku masih keluar dengan sendirinya.
***

Kenapa? Kenapa aku harus ingat semua ini lagi? Kenapa? Ratapku pada diri sendiri. Bagaimana Fajri bisa mendapatkan tali rambut itu? Tali rambut yang dulu sangat kusayangi, tapi begitu kubenci saat ini. Tali rambut yang biasa ku sebut Tali rambut kehidupan. Dan bagaimana Fajri bisa mendapatkan lukisan itu? Lukisan paling indah yang pernah kulihat karna yang melukisnya adalah seorang lelaki yang dulu mat sangat kusayangi. Tapi sekarang aku sangat membenci lukisan itu.
Dulu, hidupku penuh dengan kebahagiaan, canda, tawa, dan cinta yang kudapatkan dari 2 orang sahabatku, Sanju dan Reno. Orang yang ada dilukisan itu. Aku sangat menyayangi mereka berdua. Mereka adalah duniaku. Tapi, semakin bertambahnya usia kami, aku merasakan sesuatu yang ganjal pada Reno. Awalnya, aku tak tahu apa itu? Hingga suatu hari Reno tiba-tiba mengajakku untuk pergi hanya berdua saja, tanpa mengajak Sanju. Biasanya, kami selalu bertiga dan tak pernah terpisahkan.
"Kenapa kita hanya berdua?" Tanyaku waktu itu.
"Aku ingin pergi denganmu saja....." Jawabnya singkat.

Aku masih bersikap biasa, meski saat bersamanya jantungku terus berdegup tak karuan.
"Kamu tahu, kenapa hari ini aku mengajakmu saja tanpa mengajak Sanju?" Aku hanya menggeleng saat itu.
"Karna aku ingin kencan pertamaku adalah bersama dirimu Senja..." Ucapnya lembut.
"Mungkin ini suatu kesalahan besar, tapi aku benar-benar jatu cinta denganmu. Bukan sebagai Sahabat, juga bukan sebagai Koalamu yang lucu....Tapi perasaan seorang lelaki kepada seorang wanita. Aku hanya ingin bilang bahwa aku mencintaimu..." Reno langsung pergi setelah mengucapkan kata-kata itu. Aku masih terpaku dengan apa yang baru sja kudengar. Aku tak tau, aku bahagia sekali mendengarnya. Cinta? Aku tahu, perasaan aneh yang ku rasakan saat bersamanya adalah perasaan cinta. Hatiku bahagia sekali malam itu.

Pagi harinya, aku kesekolah seperti biasa dengan hati yang berbunga-bunga. Tapi apa yang kulihat pagi itu juga? Reno dan Sanju berjalan bergandengan dengan begitu mesranya.
"Senja, mungkin ini suatu kesalahan besar dalam persahabatan kita. Tapi aku jatuh cinta pada Reno, dan ternyata Reno juga mencintaiku...."Ucap Sanju dengan ceria. Aku tak bisa menahan perasaanku. Pada saat itu juga, aku berlari dari mereka. Dari kenyataan yang sangat menyayat hatiku. Dari ketakutan akan kekecewaan, tanpa mau mendengar penjelasan dari siapapun, kuputuskan untuk pindah sekolah secepatnya. Dan sekarang sudah dua tahun aku berada di sekolah baru, dengan suasana baru, dan dengan cerita baru. Kenapa tiba-tiba ada Fajri yang mengingatkanku akan semua hal menyakitkan itu.
Air mataku masih betah mengalir membasahi pipiku.
***


"Sayang.... buka pintunya dong! Jangan buat tante khawatir..." Suara tante Ida masih terus terdengar mengetuk pintu kamarku. Sejak kemarin aku mengurung dikamar. Aku tak mau bicara dengan siapapun.
"Ada temen kamu yang mau ketemu nih...." Tante Ida masih memanggil.
"Namanya Fajri. Dia bilang dia pacar kamu dan dia mau minta maaf..." Aku tersentak mendengar penuturan tante Ida. Fajri? Pacarku? Waaahh... dia mau cari masalah...
Segera kubuka pintu kamar, tante Ida tersenyum ramah.
"Dia ada dibawah. Pacar kamu ganteng banget, ko' dia mau ya sama orang jelek kayak kamu?" goda tante Ida, aku hanya cemberut. Pacar dari mana? Dari India?
***

Dengan berat, kulangkahkan kakiku ke lantai bawah. Aku mau nemuin dia karena aku harus labrak dia. Berani-beraninya ngaku-ngaku pacarku. Emang sih... dia itu ganteng. Aduh... keceplosan lagi!
"Hai......" Sapanya lembut sambil tersenyum. Masih sempat ia tersenyum diatas penderitaanku? Tak sadarkah ia bahwa ia telah mengusik ketenanganku?
"Kamu harus ikut denganku ke suatu tempat..." Ucapnya lagi. Awalnya aku tak mau, tapi tante Ida malah mendukung Fajri dan memintaku untuk ikut bersamanya. Dengan terpaksa aku mengikutinya.
Motornya berhenti di depan sebuah rumah sakit swasta di Jakarta. Kenapa ia membawaku ke rumah sakit? Fajri sama sekali tak mau menjelaskan. Langkah kami berhenti di depan sebuah kamar vip.
"Lihatlah siapa yang sedang tertidur didalam itu?" Ucapnya tiba-tiba. Dengan malas, kulongokkan kepalaku dikaca pintu kamar. Seorang wanita sedang tertidur.
"Aku sudah melihatnya... Lalu sekarang bagaimana?" Tanyaku masih dengan cuek. Fajri tersenyum lembut. Tangannya menggenggam tanganku dan menarikku untuk memasuki kamar itu.

Aku tak bisa menahan rasa terkejutku.
"Sanju?" Ucapku tanpa sadar. Fajri meletakkan jari telunjuknya dibibir.
"Jangan mengganggunya. Aku akan mengatakan sesuatu padamu." Fajri kembali menarik tanganku dan menuntunku untu ketaman rumah sakit.
"Kau pasti mengenal gadis itu kan? Ya, namanya Sanju. Gadis yang amat sangat kucintai dulu. Tapi itu dulu sebelum aku bertemu dengan wanita luar biasa yang mengacaukan hatiku setiap kali menatapnya. Kau tau, Dua tahun lalu Sanju di diagnosa bahwa ia mempunyai tumor di otaknya. Satu-satunya cara agar ia sembuh adalah dengan mengangkat tumornya. Tapi ia harus rela kehilangan separuh ingatannya. Tapi ia berkeras tidak mau di operasi, ia takut melupakan semua kenangan tentang seseorang yang amat sangat disayanginya. Kau tahu bukan siapa orang itu?" Fajri menjelaskan dengan begitu runtun. Ini tak mungkin, Sanju sakit? Ia tidak mau dioperasi karna takut kehilangan ingatan tentang orang yang amat di sayanginya.
"Aku tahu, pasti Reno...."Jawabku pelan. Fajri menghela nafas.
"Penyakitnya semakin parah, hingga sebulan yang lalu, ia sama sekali tak sanggup menahan sakit dikepalanya. Tanpa persetujuan dari Sanju sebelumnya, orangtuanya memutuskan untuk melakukan operasi. Tapi, penyakitnya sudah sangat parah. Jadi, saat selesai operasi dokter bilang ia akan kehilangan seluruh ingatannya. Setelah Sanju sadar, benar kata dokter. Ia tak mengingat apa-apa selain satu kata sekaligus sebuah nama....." Fajri tak melanjutkan kata-katanya, suasana masih hening. Tentu saja, air mataku kembali merebak. Bagaimana mungkin aku meninggalkan sahabatku dalam keadaan sakit? Kenapa waktu itu aku sama sekali tak mau mendengar penjelasan Reno?
"Satu-satunya yang di ingat Sanju hanyalah..." Fajri melanjutkan kata-katanya, aku menanti.
"SENJA.... hanya itu yang di ingatnya... Nama orang yang amat sangat disayanginya. Kau juga menyayanginya kn, Pelangi Senja?" Aku sama sekali tak bisa berkata-kata, aku tak tahu harus berbuat apa.
Sore ini, aku menemani Sanju untuk melihat Senja. Tadi, hujan mengguyur kota, jadi sekarang nampak sinar Pelangi di ufuk barat. Momen yang sangat indah. Dua orang sahabat kembali bersatu, ditemani oleh cahaya pelangi di langit senja.

PROFIL PENULIS
Nama : Mia Rahmawati
Umur :16 thn
Fb : Mieya princess agura caliestal

Baca juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.
Share & Like