PERTOLONGAN TUHAN
Karya Dinda Ayu Rachmawati
Mentari mulai terbit, menandakan perjalanan hidupku akan dimulai pagi ini. Pagi yang cerah , tepatnya di hari Minggu. Ku sapa dengan senyum ceria, ku buka pagi ini dengan indah. Terdengar merdu nyanyian burung-burung seakan menyapa pagi indahku . Pagi indah yang selalu kunanti untuk bertemu orang-orang terdekatku. Kebetulan karena ini hari libur aku bermalam di rumah nenekku di Surabaya tepatnya di Jl.Petemon Barat No.137.
“Dinda Ayu Rachmawati” itulah nama cantik yang diberikan kedua orang tuaku untukku. Kring..kringg..kringgg…. !!! Terdengar bunyi alarmku yang menunjukkan pukul 04.45 WIB. Hari ini sengaja ku bangun lebih pagi karena aku ada janji dengan Gita, untuk gowes ke Taman Bungkul. Gita adalah saudara sepupuku yang paling dekat denganku, umurku sebaya dengannya, sehinnga tak heran kalok aku lebih mudah bergaul dengannya. Gita berjanji akan menjemputku di rumah nenek pukul 05.30 WIB.
“Dinda Ayu Rachmawati” itulah nama cantik yang diberikan kedua orang tuaku untukku. Kring..kringg..kringgg…. !!! Terdengar bunyi alarmku yang menunjukkan pukul 04.45 WIB. Hari ini sengaja ku bangun lebih pagi karena aku ada janji dengan Gita, untuk gowes ke Taman Bungkul. Gita adalah saudara sepupuku yang paling dekat denganku, umurku sebaya dengannya, sehinnga tak heran kalok aku lebih mudah bergaul dengannya. Gita berjanji akan menjemputku di rumah nenek pukul 05.30 WIB.
Akupun bangkit dari tempat tidur, kusahut handuk yang ada di belakang pintu kamarku, segera ku berjalan ke kamar mandi. Tak lupa aku ganti baju dan sholat Shubuh. Setelah mandi kujemur handuk dibelakang rumah. Tiba-tiba terdengar suara Gita yang masuk rumah nenek dan memanggilku . “Assalammualaikum. Din, sudah siap berangkat?” . “Waalaikumsallam. Git, iya aku sudah siap” sahutku dari belakang sambil berlari ke depan rumah menemui Gita.
“Ayo cepat, keburu siang nih!”
“Ya ayo, sebelumnya kita harus pamit nenek dulu"ajakku.
“Oke” Ucap Gita. “Nek, kami berangkat gowes ke Bungkul ya”.
“Iya, hati hati dijalan. Jangan ngebut-ngebut kalok naik sepeda” Jawab nenek.
Aku menuju garasi, ku ambil sepeda fixi unguku. Gita yang telah stand by di depan rumah dengan sabar menungguku. Kukayuh sepedaku menelusuri jantung kota Surabaya. Tak lupa sebelumnya kami berdo’a, agar diberi keselamatan di jalan.
*******
Setelah beberapa menit tibalah kami di Jl.Darmo (di kawasan Taman Bungkul) , disana terdapat banyak orang yang melakukan aktivitas olohraga seperti bersepeda,berlari-lari,bermain sepak bola,bermain bulutangkis dan berbagai macam aktivitas olahraga, dan juga banyak orang yang bersantai dengan keluarga untuk menikmati suasana pagi yang bebas dari polusi, karena setiap minggu di tempat itu ada acara Car Free Day yaitu hari bebas kendaraan.
Aku melihat anak kecil yang menangis, karena dia jatuh dari sepeda. Dengan spontan aku dan Gita langsung menolong anak itu, membawa dia ke pinggir jalan, dan kusuruh anak kecil itu untuk minum air putih yang kubawa dari rumah.
“Ini dek,minum air ini, supaya keadaanmu agak tenang” Ucapku.
“Terimakasih kak” ucap anak kecil itu sambil merintih kesakitan.
Setelah keadaannya mulai membaik, aku dan Gita melanjutkan untuk bersepeda.Tiba-tiba hujan mengguyur tempat itu. Aku dan Gita, juga semua yang bersepeda di situ bingung sendiri untuk mencari tempat berteduh. Keadaan menjadi semwraut. Tiba-tiba ada anak laki-laki bersepeda melajuh dengan kencang menuju tempat berteduh, mungkin karena jalannya licin sehingga sepedanya hilang kendali dan menabrakku yang tepat berada di depannya.
Bbruaakkk..!!!! Terdengar suara jatuhnya sepeda fixie ku, sontak semua mata menuju ke arahku. Dengan reflek aku memeluk lututku.
“Aduh, sakit..” rintihku kesakitan.
Gita langsung menolongku. “Kamu gak papa Din?” ucap Gita khawatir sambil membawa ku ke tempat berteduh.
Ku hanya diam, karena pada saat itu tubuhku rasanya sakit sekali dan lututku berdarah. Tiba-tiba anak yang menabrakku itu menghampiriku dan marah-marah padaku, dia menyalahkanku, padahal jelas-jelas dia yang menabrak.
“Gimana sih kamu , kalok gak bisa naik sepeda ya kamu gak usah pakek sepedaan” gerutu anak itu.
“Oh ternyata kamu Rino, yang telah menabrak saudaraku, ternyata kamu itu sama saja ya nggak di sini nggak di sekolah sukanya buru-buru dan ceroboh. Jelas-jelas kamu yang menabrak Dinda” sahut Gita dengan nada tinggi.
Tak ku sangka, anak yang menabrakku adalah teman gita sekolah. Saat mereka bercekcok mulut akupun hanya diam saja karena menahan luka.
“Jadi menurut kamu ini salah aku” ucap Rino.
“Ya jelas, cepat kamu minta maaf sama Dinda” perintah Gita.
“Enak saja, aku tidak salah kok” ucap Rino seraya langsung pergi dengan sepedanya.
“Huh,, dasar anak gak punya rasa kasihan eh malah nyelonong aja pergi” ucap Gita.
Untung saja di situ ada seorang kakak cantik dan baik yang menolongku .
“Sini dek biar aku obati lukamu” ucapnya sambil mengambil betadine dan kapas dalam tasnya “Terimakasih kak” ucapku pelan. “Terimakasih kak telah menolong saudaraku, ngomong-ngomong nama kakak siapa ya?”ucap Gita.
“Iya sama-sama. Namaku Safira, panggil saja aku kak Fira”.
Luka ku telah selesai diobati, kakak itu mengajak aku dan Gita untuk makan bubur ayam di sebelah Taman Bungkul.
“Kakak tahu kalian pasti lapar, bagaimana kalau kalian kakak teraktir makan bubur ayam?!” ajak kak fira.
Tanpa berfikir lama kami pun berkata “Oke kak” tanda setuju.
Selesai makan , “Terimakasih kak” ucap kami.
“Iya sama-sama adek- adek, kakak pergi dulu ya”.
Kami lalu pulang dengan hati yang gembira, ya walaupun lukaku masih terasa sakit tapi it’s oke lah. Kukayuh sepedaku dengan semangat, terlintas dibenakku mungkin ini semua Tuhan yang mengatur, Tuhan yang memberi aku pertolongan dan rejeki. “Terimakasih Tuhan” ucapku dalam hati. Dan mulai hari ini aku berjanji akan membantu orang lain selagi aku masih mampu, karena manusia sebagai makhluk sosial .
“Ayo cepat, keburu siang nih!”
“Ya ayo, sebelumnya kita harus pamit nenek dulu"ajakku.
“Oke” Ucap Gita. “Nek, kami berangkat gowes ke Bungkul ya”.
“Iya, hati hati dijalan. Jangan ngebut-ngebut kalok naik sepeda” Jawab nenek.
Aku menuju garasi, ku ambil sepeda fixi unguku. Gita yang telah stand by di depan rumah dengan sabar menungguku. Kukayuh sepedaku menelusuri jantung kota Surabaya. Tak lupa sebelumnya kami berdo’a, agar diberi keselamatan di jalan.
*******
Setelah beberapa menit tibalah kami di Jl.Darmo (di kawasan Taman Bungkul) , disana terdapat banyak orang yang melakukan aktivitas olohraga seperti bersepeda,berlari-lari,bermain sepak bola,bermain bulutangkis dan berbagai macam aktivitas olahraga, dan juga banyak orang yang bersantai dengan keluarga untuk menikmati suasana pagi yang bebas dari polusi, karena setiap minggu di tempat itu ada acara Car Free Day yaitu hari bebas kendaraan.
Aku melihat anak kecil yang menangis, karena dia jatuh dari sepeda. Dengan spontan aku dan Gita langsung menolong anak itu, membawa dia ke pinggir jalan, dan kusuruh anak kecil itu untuk minum air putih yang kubawa dari rumah.
“Ini dek,minum air ini, supaya keadaanmu agak tenang” Ucapku.
“Terimakasih kak” ucap anak kecil itu sambil merintih kesakitan.
Setelah keadaannya mulai membaik, aku dan Gita melanjutkan untuk bersepeda.Tiba-tiba hujan mengguyur tempat itu. Aku dan Gita, juga semua yang bersepeda di situ bingung sendiri untuk mencari tempat berteduh. Keadaan menjadi semwraut. Tiba-tiba ada anak laki-laki bersepeda melajuh dengan kencang menuju tempat berteduh, mungkin karena jalannya licin sehingga sepedanya hilang kendali dan menabrakku yang tepat berada di depannya.
Bbruaakkk..!!!! Terdengar suara jatuhnya sepeda fixie ku, sontak semua mata menuju ke arahku. Dengan reflek aku memeluk lututku.
“Aduh, sakit..” rintihku kesakitan.
Gita langsung menolongku. “Kamu gak papa Din?” ucap Gita khawatir sambil membawa ku ke tempat berteduh.
Ku hanya diam, karena pada saat itu tubuhku rasanya sakit sekali dan lututku berdarah. Tiba-tiba anak yang menabrakku itu menghampiriku dan marah-marah padaku, dia menyalahkanku, padahal jelas-jelas dia yang menabrak.
“Gimana sih kamu , kalok gak bisa naik sepeda ya kamu gak usah pakek sepedaan” gerutu anak itu.
“Oh ternyata kamu Rino, yang telah menabrak saudaraku, ternyata kamu itu sama saja ya nggak di sini nggak di sekolah sukanya buru-buru dan ceroboh. Jelas-jelas kamu yang menabrak Dinda” sahut Gita dengan nada tinggi.
Tak ku sangka, anak yang menabrakku adalah teman gita sekolah. Saat mereka bercekcok mulut akupun hanya diam saja karena menahan luka.
“Jadi menurut kamu ini salah aku” ucap Rino.
“Ya jelas, cepat kamu minta maaf sama Dinda” perintah Gita.
“Enak saja, aku tidak salah kok” ucap Rino seraya langsung pergi dengan sepedanya.
“Huh,, dasar anak gak punya rasa kasihan eh malah nyelonong aja pergi” ucap Gita.
Untung saja di situ ada seorang kakak cantik dan baik yang menolongku .
“Sini dek biar aku obati lukamu” ucapnya sambil mengambil betadine dan kapas dalam tasnya “Terimakasih kak” ucapku pelan. “Terimakasih kak telah menolong saudaraku, ngomong-ngomong nama kakak siapa ya?”ucap Gita.
“Iya sama-sama. Namaku Safira, panggil saja aku kak Fira”.
Luka ku telah selesai diobati, kakak itu mengajak aku dan Gita untuk makan bubur ayam di sebelah Taman Bungkul.
“Kakak tahu kalian pasti lapar, bagaimana kalau kalian kakak teraktir makan bubur ayam?!” ajak kak fira.
Tanpa berfikir lama kami pun berkata “Oke kak” tanda setuju.
Selesai makan , “Terimakasih kak” ucap kami.
“Iya sama-sama adek- adek, kakak pergi dulu ya”.
Kami lalu pulang dengan hati yang gembira, ya walaupun lukaku masih terasa sakit tapi it’s oke lah. Kukayuh sepedaku dengan semangat, terlintas dibenakku mungkin ini semua Tuhan yang mengatur, Tuhan yang memberi aku pertolongan dan rejeki. “Terimakasih Tuhan” ucapku dalam hati. Dan mulai hari ini aku berjanji akan membantu orang lain selagi aku masih mampu, karena manusia sebagai makhluk sosial .
PROFIL PENULIS
Sekolah : SMPN 1 Taman-Sidoarjo
Kelas : 9C
Email : ayudinda800@rocketmail.com
Facebook : Dinda Ayu Rachmawati
Twitter : @dindayr
Kelas : 9C
Email : ayudinda800@rocketmail.com
Facebook : Dinda Ayu Rachmawati
Twitter : @dindayr