Kekecewaan Untukmu Sahabatku - Cerpen Persahabatan Remaja

KEKECEWAAN UNTUKMU SAHABATKU
Karya Fauzyah Ary

Malam ini aku duduk sendirian di beranda rumah. Langit begitu cerah berlukiskan taburan bintang dan senyuman sang rembulan. Ada satu bintang yang bersinar begitu terang. Dia seperti berkata padaku “Freya, kau tidak sendirian malam ini”. Kata-kata itu kembali membawaku pada ingatan tentangnya. Seorang sahabat dekat yang telah menghuni hatiku hampir selama empat setengah tahun. Pikiranku kembali berpetualang pada pertengahan tahun 2007 lalu, disaat aku masih unyu-unyu mulai memasuki gerbang kuliah.
Aku kuliah di sebuah universitas negeri di kotaku. Karena sejak SMA aku tertarik dengan bahasa Inggris, aku ambil fakultas sastra Inggris. Di kampus ini dan di kelas ini kisahku dimulai. Pertemuan ini diawali dengan sebuah nama..yupz..lagi-lagi aku bertemu dengan seseorang yang punya nama mirip denganku, FREY mereka memanggilnya. Jujur saja kemiripan ini sedikit menggangguku, banyak temanku yang salah memanggil kami. Awalnya aku tidak begitu memperhatikan anak itu, dia itu tidak cukup rapi sebagai cowok, selalu datang telat saat kuliah.. maless banget kan. Tapi dari seringnya dia terlambat kuliah, aku jadi sering memandangnya dari bangku belakang saat dia ditegur dosen. Apalagi saat kutahu kemampuannya cas cis cus dalam bahasa inggris sangat keren, itu membuat mataku sering memperhatikannya. Walaupun aku mulai memperhatikannya, tapi diriku masih enggan untuk kenal lebih dekat atau sekedar menyapanya “hello”. hingga disuatu sore saat aku berjalan keluar dari kampus, dari belakang ada sebuah motor dengan kecepatan sedang berjalan sambil memanggil namaku..”Freeyy”..tetapi motor itu tidak berhenti. suara itu mengagetkanku, aku bingung siapa yang memanggilku tadi, tapi dengan segera kukenali pengendara itu dari sepatunya.. hmm.. frey yang memanggilku tadi. Sejak panggilan pertama itu entah kenapa hatiku tidak berhenti ng-beat.

Mulai dari hari itu, setiap dia bertemu denganku di jalan, dia selalu menyapaku bahkan kadang menggodaku yang membuatku keki. Saat aku mulai salah tingkah, dia akan tertawa lepas. Huft.. apa baginya itu terlihat lucu? Apa dia tidak tahu pipiku udah kaya tomat warnanya. Karena nama kita mirip, tentu akan berurutan di dalam daftar absensi mahasiswa, jadi kita sering tergabung dalam satu kelompok. Dari situlah kami mulai mengenal satu sama lain, bertanya hobby, kesukaan terhadap sesuatu, saling membantu dalam pelajaran, (termasuk ngasih contekan juga..hehe), bahkan tentang bagaimana cara kita memandang hidup. Aku mulai menyadari cukup banyak kemiripan antara kita.
Nyaman.. mungkin itulah yang kurasakan saat itu. Bagiku bisa bersahabat dengannya saja sudah membuatku sangat bahagia.. melihatnya setiap hari, ngobrol dengannya, atau bahkan sms-an tiap malam dengannya. Aku sadar kami hidup di lingkungan sosial, aku juga bukan tipe orang yang masa bodoh dengan lingkungan sekitar. Aku dengar ada seorang temanku yang secara terang-terangan bilang pada Frey kalau dia menyukainya. Cemburu?? Tidak sama sekali, entahlah, pada saat itu yg kuinginkan hanyalah bisa dekat dengannya, bagiku itu sudah cukup.

Temanku itu, sebut saja “Ria” namanya. Dia cukup dekat denganku, dia memang lebih dulu berteman dengan Frey daripada aku. Hmm.. seperti seorang malaikat, aku mendengarkan semua curhatan-nya setiap hari, dan semua itu cuma tentang satu nama “Frey”. Hatiku tidak sakit sama sekali, malah mungkin aku semakin tertarik mendengarkan cerita-cerita tentangnya.. Yaa.. ceritanya sangat menarik, bukan karena aku peduli dengan Ria, tapi lebih tepatnya aku ingin tahu lebih jauh tentang Frey. Tapi mungkin alasan lain mengapa hatiku tidak terasa sakit adalah karena di sisi lain aku telah mendengar cerita tentang Ria dari Frey sendiri. Dia bilang “Aku ga habis pikir Ria nembak aku duluan, katanya dia dah mulai menyukaiku sejak kita pertama bertemu”.
“Lalu apa jawabanmu Frey?” tanyaku ingin tahu.
“Aku menolaknya secara halus, aku bilang perasaannya padaku bisa disalurkan lewat persahabatan saja”. Katannya sambil tersenyum manis.
Saat itu hatiku sangat lega... seperti terjatuh dari balon udara terjun dan terhempas diantara tumpukan kapas yang lembut hehe.
Tetapi dari cerita-cerita Ria pula, aku mengetahui sebuah rahasia kecil.. nama seorang gadis yang pernah dikenalkan frey pada Ria sebagai pacarnya.. entah kenapa saat itu hatiku rasanya seperti tertusuk jarum, aku pikir aku sudah tahu tentang Frey luar dalam, tapi nyatanya.. nothing.
Suatu ketika aku beranikan bertanya tentang gadis itu pada Frey. Dia bilang bahwa dia tidak punya pacar. Sebenarnya sudah berkali-kali aku bertanya hal yang sama padanya dan jawabannya pun juga tetap sama
“Aku jomblo Freya.”
Aku mencoba percaya padanya. Paling tidak dengan mendengar jawaban dari dia sendiri, hatiku merasa lebih baik.
Hubungan kami dari hari ke hari semakin lengkat seperti lem karet. Dia menunjukkan perhatiannya padaku, entah itu sebagai sahabat atau lebih aku pun juga tidak mengerti. Tapi jujur semua sikapnya padaku membuatku bahagia. Harapanku padanya semakin besar dan membumbung tinggi ke langit seperti balon udara. Bahkan aku sering berkhayal jika suatu saat dia akan menyatakan perasaannya padaku.
Hari berganti hari, tahun juga berganti tahun..sikapnya padaku tidak pernah berubah dan perasaanku padanya pun juga masih sama. Aku merasa tidak bisa lagi memendam perasaan sayangku padanya lebih lama lagi. Hatiku tidak kuat menahannya. Sehingga terbersit dalam benakku untuk menyatakan perasaanku padanya. Walau aku sangat menyayanginya dan sudah sejak dulu menyukainya, aku tidak ingin memaksakan perasaanku padanya. Aku cuma ingin dia mengerti tentang semua yang aku rasakan padanya selama ini. Jika dia punya rasa yang sama aku akan sangat bersyukur tetapi jika tidak, aku akan menerimanya dengan lapang dada. Karena aku menyadari posisiku, aku adalah sahabatnya. Sempat aku berpikir tentang kemungkinan terburuk apabila aku menyatakan perasaanku padanya..persahabatan.. yaah, kemungkinan terburuknya persahabatanku akan hancur, dan tentunya aku takut jika hal itu sampai terjadi.

Perlu waktu yang lama bagiku untuk mempertimbangkan hal itu, dan pada akhirnya aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya padanya
“Frey, sebenarnya apa arti diriku bagimu?”. Dia tidak menjawab dan balik bertanya.
“Sebenarnya bagaimana sih perasaanmu padaku selama ini? Sudah jawab saja.”
Aku terpana mendengar dia berkata seperti itu, hatiku ng-beat gak karuan, aku benar-benar bingung harus menjawab apa. Aku hanya bisa memutar-mutarkan pembicaraan dan mengalihkan perhatiannya.
Kemudian dia berkata lagi “aku sudah tahu, selama ini kau...sayang padaku kan?aku benar kan?”
Tiba-tiba bel tanda masuk ujianpun pun berbunyi dan pembicaraan kami pun terhenti.

Aku benar-benar tidak bisa konsentrasi, pikiran dan mataku hanya tertuju pada Frey. Aku bingung harus berkata apa, hingga akhirnya aku katakan padanya,
“Iya, selama ini aku memang menyayangimu lalu bagaimana denganmu?”
Seperti biasa, dia kembali bertanya “apa alasanmu menyukaiku?”
Jawabku, “Tidak ada, aku tidak tahu kenapa aku bisa menyayangimu”.
Kemudian dia hanya terdiam dan tak berapa lama dia pamit pulang karena ada pekerjaan yang sedang menunggunya. Aku Cuma bisa terdiam kaku, tidak tahu lagi apa yang harus kupikirkan dan bagaimana rasanya hatiku. Aku hanya bisa berjalan gontai pulang ke rumah.
Berhari-hari dia tidak ada kabar, telpon maupun sms dariku tidak dibalas maupun diangkat. Kami juga tidak bisa bertemu di kampus karena sudah mulai liburan semester. Pikiranku benar-benar tidak karuan, mungkin dia marah padaku, atau bahkan kecewa. Lewat sms aku hanya bisa bilang maaf..maaf..dan maaf, aku mencoba menjelaskan semuanya, aku tidak ingin persahabatan kami hancur hanya karena perasaanku padanya.. tapi tetap saja satu sms dariku pun tidak pernah ia balas.
Aku tidak bisa memendam masalah ini sendirian, lalu kucoba membaginya dengan sahabat perempuanku, yang kebetulan juga cukup dekat dengan Frey, sebut saja dia Via. Via terkejut saat aku menceritakan semua ini padanya. Dia berpikir, ah tidak hanya dia,, mungkin semua teman-teman kelasku berpikir memang ada sesuatu yang spesial antara aku dan Frey, dan yang mengejutkannya adalah sikap Frey yang “kekanak-kanakan” itu. Tapi dia tidak ingin men-judge Frey seperti itu dahulu, dia berpikir mungkin Frey perlu waktu untuk berpikir. Mungkin dia terkejut karena sahabatnya sendiri ternyata menyukainya. Aku mengerti dan berusaha bersabar menunggunya menghubungiku.

Di suatu sore yang cerah, Via tiba-tiba datang ke rumahku. Dia bilang hanya ingin main ke rumahku, tentu saja aku senang walau ada perasaan tidak enak terbersit dalam hatiku. Saat kami berdua duduk di teras rumahku tiba-tiba dia berkata,
“Freya, aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi tolong kau jangan menangis ya”
“Degg”, aku Cuma bisa tertegun, “Hmm, katakan saja, ada apa sebenarnya, apa ini ada hubungannya dengan Frey?”
“Benar, kau tidak apa-apa?” lanjutnya.
“Tidak apa-apa, kau jangan khawatir, cepat katakan, jangan buat aku penasaran.” Jawabku dengan senyuman.
“Kemarin aku mencoba bicara dengan Frey tentang masalah kalian. Aku bilang harusnya dia segera memberi kepastian, gak menggantungkanmu seperti ini. Dan dia malah bilang, “aku bingung Vi, harus gimana,,selama ini aku hanya anggap dia sahabat biasa, gak lebih. Aku bisa minta tolong gak? Tolong sampaikan padanya jawabanku ini.”
“Jujur saja aku terkejut dengan perkataannya itu. Bagaimana bisa dia menyuruhku mengatakan hal ini padamu, seharusnya dia sendiri yang mengatakan padamu, bukankah kau sahabat dekatnya? tentu saja sebagai sahabatmu aku marah padanya, pria macam apa itu!”, lanjut Via penuh emosi.

Aku hanya terdiam membisu dan tanpa kusadari air mataku menetes perlahan. Via panik melihatku seperti itu, “kau tidak apa-apa kan? Frey itu memang keterlaluan. Sudahlah sekarang kau sudah tahu jawabanya kan, tidak ada yang bisa kau harapkan dari cowok seperti itu.”
“Tolong tinggalkan aku sendiri Vi, aku ingin sendirian”.
“HHmm, baiklah aku akan pulang sekarang, tapi kau harus janji padaku kalau kau akan baik-baik saja”
“Ehmm”. Jawabku lirih.
Setelah kejadian itu hubungan ku dengan Frey semakin memburuk. Apalagi ketika aku menemukan bukti-bukti bahwa selama ini dia menjalin hubungan dengan gadis yang diperkenalkan pada Ria sebagai pacarnya. Hatiku sakit sekali. Kenapa dia harus berbohong padaku? Bukankah itu sama artinya dengan memberiku harapan kosong? Aku marah, aku kecewa.
Kami seperti dua orang asing. Bertemu di kampus pun seperti dua orang yang tidak saling mengenal. Aku menghindarinya, diapun juga seperti itu. Pernah suatu ketika dia mencoba menyapaku, tp aku mengacuhkannya. Hatiku benar-benar sakit. Bukan karena cintaku yang bertepuk sebelah tangan, tapi aku kecewa dengan sikapnya padaku. Bukankah aku sahabatnya? Tapi kenapa dia perlakukan aku seperti itu? Aku merasa tidak berarti apapun baginya, aku merasa tidak dihargai sebagai sahabat, aku merasa dipermainkan. Beberapa temanku juga sudah berusaha menjadi penengah diantara kami, tapi semua itu percuma.

Keadaan ini berlangsung hingga satu tahun. Yang kuinginkan sebenarnya Cuma satu, memberiku kesempatan untuk bicara mengungkapkan apa yang kurasakan dan meluruskan semua ini. Aku ingin dia menyadari kesalahannya lalu minta maaf padaku. Aku tahu ego kami sama-sama besar dan itu membuat kami tidak mau mengalah satu sama lain. Hingga pada suatu malam, tiba-tiba dia datang ke rumahku. Katanya sih ingin mengembalikan buku yang pernah dia pinjam. Di rumahku dengan gugupnya dia bilang,
“Freya, maafkan aku, aku tahu aku salah.”
“Minta maaf tanpa tahu apa kesalahanmu itu percuma Frey.” Timpalku.
“Aku tahu apa salahku, aku bingung harus mengatakan apa padamu, aku tidak bermaksud seperti itu, yang jelas aku tahu aku salah, dan aku minta maaf. Kau.. mau memaafkan aku kan Frey.” Lanjutnya terbata-bata.
Aku hanya bisa menarik nafas panjang “ andaikan saja kau katakan ini sejak dahulu, mungkin aku tidak akan semarah ini. Hmm.. ya sudahlah.” Jawabku sembari menatapnya dengan senyuman.
Aku pikir tidak ada gunanya aku terus marah atau memutuskan persahabatan dengannya. Itu hanya akan membuatku terlihat begitu buruk. Paling tidak sekarang kami masih bisa berteman walau tidak sedekat dulu...dan paling tidak aku “cukup tahu” saja tentang sikapnya yang seperti itu.
----

PROFIL PENULIS
Nama: Fauzyah Ary
TTL : 21 Februari 1989
Hobby : menulis
Facebook : ziezie_cubby@yahoo.com

Share & Like