Cinta Tak di Restui - Cerpen Cinta

CINTA TAK DI RESTUI
Karya Fitri Mulyawati

Namaku aisyah,aku adalah anak bungsu dari 2 bersaudara,aku berkuliah di salah satu kampus Bandung,Kakakku sudah bekerja umurnya sudah memasuki kepala 3 namanya Sarah tp ia belum menikah juga,pacarpun belum punya,mungkin karna truma dengan kisah cintanya yg dahulu kandas karna perbedaan iman.

Abi memang sangat mewanti2kan pada kita berdua untuk memilih pacar yang seiman,dan itu sgt serius,sebelum Abi tau kalau kak Sarah punya pacar yg berbeda iman,kak Sarah memutuskan dahulu hubungannya,meskipun kak Sarah sangat sakit harus menerima kenyataannya

Namun aku yang berkaca pada kisah cinta kk ku tentunya ga mau harus sampai seperti itu,makanya sebelum rasa cinta tumbuh aku selalu mencari tau secara detail terhadap laki2 yg aku suka,dan sekarang aku sedang merajut cinta dengan Ryan,teman sekampusku,dia seiman denganku malahan dia sll mengingatkanku solat bila adzan tiba,dia calon iman yg baik.
Tp dia orgnya sangat pendiam,hanya ada satu orang yg tau tentang segala kehidupannya,,Martin…dia sahabat dekat Ryan,
Ya…Martin bilang, Ryan adalah orang yg sangat rajin beribadah,dan akupun bercerita pada Abi tentang ryan,dan Abi mengundang Ryan kerumah untuk makan malam bersama, Ryanpun tidak menolak dia datang dengan sopannya mengucapkan salam, Abi dan Umi cukup menyukai Ryan, katanya lampu hijau belum jalan tapi masih bisa jalan.

Aku sangat senang mendengarnya, tapi kebahagiaanku berubah menjadi iba saat aku melihat kak Sarah melamun, mungkin kak Sarah sedih melihat restu Abi padaku,aku jadi bingung, , tapi semoga aja kak Sarah cepat mendapatkan pengganti pacarnya itu…

Sekarang aku kuliah dengan semangat karna restu dari Abi sudah aku kantongi,aku udah ga perlu sembunyi-sembunyi lagi dengan Ryan,aku pun diajak kekosan Ryan untuk bertemu keluarganya,keluarga Ryan tinggal di Jakarta, mereka sangat jarang kekosan Ryan di Bandung katanya karna mau ketemu aku jadi mereka mau ke Bandung.
Hhhmmm aku geer banget deh, mereka mau meluangkan waktunya untuk bertemu denganku, sebelum pergi aku pamit pada Umi dan Abi dan memasak sambal goreng kentang kesukaan Ryan
Pukul 4 sore aku pergi kekosan Ryan,pada saat dikosan Ryan, aku merasa aneh, keluarganya kok agak kurang menyapa aku, padahal aku rasa pakaianku sudah tertutup, dan kerudungku juga rapih, apa yang salah ya??? Ya mungkin ini kesan pertama aja, semoga kalau bertemu lagi nanti ga akan kaya gini, pokoknya aku harus bisa membeli hati mereka.
Aku terus berusaha membuka percakapan pada mereka, meskipun mereka hanya menjawab seperlunya tapi aku tetap dan terus bicara, tak kerasa adzan magrib berkumandang, lalu aku izin ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, dan aku mencoba meminjam mukena pada Ibu dan Adik Ryan, namun dengan asamnya mereka menjawab “tidak punya”, lalu dengan kasarnya juga Ryan mengajakku keluar untuk kemesjid, katanya mukena Ibu dan Adiknya tertinggal di Jakarta, lalu Ibunya membuang muka dari Ryan.
Aku pun keluar untuk kemesjid sambil pamit pulang, lalu aku mencoba untuk mencium tangan Ibunya tapi dengan kasarnya mereka pergi kedapur, aku sedih namun tak terlalu kumasukan dalam hati, mungkin semuanya butuh waktu.
Disaat kita berjalan menuju mesjid, Ryan meminta maaf padaku atas semua sifat keluarganya,aku hanya bisa menghela nafas,, setelah kita solat magrib bersama dimesjid terdekat, aku langsung pulang kerumah.

Umi dan Abi juga bertanya tentang keluarga Ryan, dan aku menjawab mereka sangat baik, dan tadi kita solat magrib jamaah di kosannya, lalu aku masuk kamar, dan menceritakan semuanya pada kak Sarah, kak Sarah sangat bertanya-tanya dengan yang aku ceritakan, dan kesimpulan kak Sarah, mungkin Ryan sudah dijodohkan dengan gadis lain sehingga keluarganya seperti itu padaku, ya… mudah-mudahan mereka hanya butuh waktu saja untuk menerima aku.

Malam berkisar seperti indahnya senyumanmu, bertajuk mimpi indah menghargai suatu kekurangan, manusia seperti pesona embun dipagi hari, basah, segar, dan alami,,tapi keterangan tak menyejukkan hatiku, karna bagaimanapun aku sejuk dihatimu walaupun itu gelap…

Beberapa hari ini Ryan tak bisa dihubungi, udah beberapa hari juga Ryan tidak masuk kuliah dan aku mencoba bertanya pada sahabatnya Martin, dan Martin pun tidak tau, tapi Martin mengajakku untuk kekosan Ryan, siapa tau Ryan sakit.
Namun saat sampai dikosan Ryan kamarnya sepi dan aku mencoba bertanya pada kamar sebelahnya, dan katanya Ryan pindah gak tau kemana, aku berlari pulang kerumah langsung masuk kekamar, pertanyaan kak Sarah belum aku hiraukan karna hati masih sangat kesal dan kecewa.

Laksana gumpalan awan saat memanggil cinta, balasan hampa, seperti dermaga bisu, biru terharu, merah berani, dan hitam kekalahan..sedangkan aku, hanya dapat teridiam berdiam diri memaksakan diri untuk menjadi batu karang, memaksakan telinga untuk selalu mendengar, memaksakan mata untuk selalu mendengar, memaksakan lidah untuk selalu bicara, namun semua itu bertolak belakang dengan adanya, satu persatu biru menjadi merah, merah menjadi darah, dan hitam menjadi putih, doa harapan menjadi kesia-siaan, batu karang menjadi lilin, sebuah mimipi menjadi kenyataan, susunan rencana menjadi berantakan.

Seminggu kemudian tiba-tiba Ryan datang kerumahku bersama keluarganya katanya ingin silaturahim dengan keluargaku, dan kemaren Ryan sakit di Jakarta jadi ga bisa pulang ke Bandung, dan handponenya rusak, dan Ryan sekarang kos didekat kampus, kedua keluarga mengobrol dengan asiknya.
Setelah keluarga Ryan pulang, aku sangat bahagia dan tenang, tak ada lagi galau dihatiku, namun saat pagi datang, Abi bicara padaku katanya bliau kurang nyaman pada keluarga Ryan ga tau kenapa, mungkin karna keluarganya tidak memakai jilbab, tapi aku tegaskan pada Abi, jilbab bukan suatu untuk memperkuat segala iman didiri, siapa tau mereka yang tidak berjilbab tapi ibadahnya lebih kuat dari kita, dan Abi pun diam berfikir.

Beberapa bulan aku berhungan dengan Ryan, semua semakin terasa nyaman, hari minggu besok Abi mengajak Ryan untuk makan siang dirumah tapi Ryan ga bisa karna ada urusan keluarga katanya, aneh deh kenapa ya Ryan paling ga mau kalau diajak ketemuan hari minggu, tapi aku ga boleh suudzon mungkin memang benar Ryan ada urusan keluarga, setelah aku konfirmasi ke Abi dan Abi pun mengerti.

Hari minggu itu aku pergi kepasar dengan kak Sarah, dan aku melihat motor Ryan di tempat parkir gereja terdekat kampus, aku dan kak Sarah kaget sedang apa Ryan disitu, lalu aku menelfon Ryan, tapi tak diangkat setelah aku pulang kerumah aku bingung dan terus mengobrolkannya dengan kak Sarah, dan obrolan berhenti karna Abi menghampiri kita.
Sore sekitar pukul 4 Ryan nelf dan meminta maaf karna telf ku ga diangkat karna sedang ada rapat keluarga di Jakarta, dan aku menanyakan perihal motornya yang ada ditempat parkir gereja, dan dia bilang motornya dipinjam oleh Martin , setelah penjelasan Ryan aku jadi tau, Martin kan agama Kristen jadi dia setiap minggu berdoa kegereja.

Ryan menghilang lagi,,ya.. sudah satu minggu ini Ryan menghilang lagi, tapi barang- barangnya ada dikosannya, aku mencoba mencari Martin untuk menanyakan soal Ryan, tapi tumben banget Martin susah banget ditemui, tapi aku sangat aneh pada Martin dia kanyanya menghindar dari aku, Martin pasti tau seseuatu tentang Ryan yang aku gak boleh tau.

Suatu hari aku menunggu didepan kelas Martin, aku bertekad untuk memaksa Martin, dan ketika Martin keluar dari kelasnya dia kaget melihatku, dia mencoba berlari namun aku kejar dan dapat,,aku paksa Martin untuk mengatakan sesuatu tentang Ryan, pertamanya Martin tak mengaku apa-apa, setelah aku paksa Martin habis-habisan, akhirnya Martin mengaku tau keberadaan Ryan.

Lalu aku diantar ke Rumah Sakit Santoyusup, diperjalanan menuju kamar aku tak mau bertanya apa-apa pada Martin,yang aku tau aku menggebu-gebu berjalan ingin cepat sampai ketujuannya, setelah Martin membukakan pintu kamarnya, aku melihat Ryan tekulai lemah, letih, pucat, hidung dan tangannya penuh dengan alat-alat Dokter, dan ditemani Adiknya.
Aku mendekati Ryan, namun cibiran dari mulut Adiknya terkena mukaku, walaupun aku tak tau kenapa dia seperti itu, tapi untuk saat ini aku tak perduli, yang ingin aku tau adalah kenapa Ryan??
Ryan bangun dan tersenyum manis padaku, memberikan isyarat tangannya ingin digengam olehku, akupun menggengamnya, dan berkata “why???” Ryan menggelengkan kepala dan tersenyum manis, raut mukanya sangat terlihat kalau dia mencintaiku, begitupun aku yang tak ingin kehilangannya, lalu keluarganya datang, mereka menyuruhku keluar, dan diluar Ibunya bicara dengan nada sangat keras, katanya Ryan punya penyakit kanker ganas, dan aku tidak boleh menggangu kehidupannya lagi, karna aku adalah wanita yang merusak hidup Ryan, dan Ryan bisa parah seperti ini karna aku, dan aku berjanji pada Ibunya untuk merawat Ryan saat Ryan sakit sampai kapanpun, tak perduli bliau bilang aku keras kepala.
Lalu aku pamit pulang pada Ryan, dan berjanji besok pagi akan kembali lagi, aku pulang berjalan sendiri, karna Martin tadi sudah duluan pulang.

Satu sosok tak tertampak didiri, namun selalu hadir dari hati, kebiasaan diri menantinya tak bisa dikekang lagi, karna hati tlah menunjukan arah padanya, berbalas atau tidak aku tak perduli, aku hanya ingin semua orang tau, bila cintaku tak bisa kurahasiakan lagi.

Setelah ku ceritakan tentang keadaan Ryan pada keluargaku, aku pamit untuk ke Rumah Sakit, dan setelah sampai dirumah sakit, INALILAHI WAINAILAHI ROJIUN….mereka menangisi Ryan yang sudah tertutup kain putih, lalu aku dicaci dimaki oleh keluarganya, namun yang sangat aku kagetkan keluarganya berkata Ryan bisa meninggal seperti ini karna aku, dia bingung sudah mencintai kamu, namun dia tidak bisa meninggalakan agamanya yang dia cintai,,, apa maksudnya?? Kita adalah keluarga yang beragama KRISTEN, Ryan hanya pura-pura beragama islam karna ingin menjadi pacar kamu, Ryan pura2 solat itu karna kamu, padahal Ryan adalah anak yang sangat rajin beribadah kegereja dihari minggu.

Penjelasan yang sangat menyesakkanku lalu aku diusir secara kasar,dan mereka tidak mau aku ikut ke Jakarta untuk pemakaman Ryan.
Aku pulang sambil memandangi zenasah Ryan aku pulang menangis, menangis tak perduli dengan orang yang memperhatikan aku, Martin mengantarkanku, dan saat aku sampai depan rumahku aku pinsan dan Martin membawaku kerumah, mungkin Martin menceritakan semuanya pada keluargaku.

Saat aku terbangun aku menjalankan solat subuh dan langsung pergi ke Jakarta bareng Martin, ketika aku pamit pada Abi, wajah Abi sangat marah padaku, dan mukanya memancarkan rasa sakit yang terhianati,Abi tidak mau bicara apa2 tapi Umi mengijinkan ku, aku pergi..

Disaat aku sampai depan rumah Ryan, pintu rumahnya, bergambar salib yang sangat besar, sesampai aku masuk rumahnya, Ryan didalam peti, ia memakai jas sangat tampan aku menangis dan mencoba membacakan Alfatihah dalam hati, namun belum selesai aku membacakan Alfatihah, aku diserang oleh Ibu dan Adikknya, aku diusir, kerudungku dijambak, dan Martin mengantarku keluar dan aku akan mengikuti pamakaman Ryan dengan sembunyi2.

Disaat mobil zenasahnya pergi aku mengikuti memakai taxi, lalu tiba ditempat pemakan umum Kristen, aku berdiri sendiri dibelakang pohon rindang yang sangat besar, menatap kekasih yang aku cintai sedang dimakamkan yang terperih aku memandanginya dari jauh, serta berjuta rahasia yang dia rahasiakan.

Setelah pemakaman itu selesai, mereka pergi pulang, yang tersisa hanya Martin, aku berjalan menuju makam Ryan dengan langkah yang sangat berat dan hati yang sakit, sakit bagai ditancap pisau, mungkin luka parah, lalu aku membuka tasku dan mengeluarkan kitab suci al-quran,
Yassin
Walquranilhakim
Innakalaminalmursalin
Alasirotimmustaqim
………………
………………

Aku pulang dengan tenang, karna tlah menyampaikan ayat-ayat yang aku yakini pada Ryan,
Ketika jiwa dirasuki rasa cinta, ketika hati berbalas kasih, disitulah kita merasa semua terasa indah, tapi ketika semua pergi, sementara jiwa masih berharap abadi, maka perih dan hampa yang jadi bayangan hidup, kau tlah tanamkan rasa itu begitu dalam, sehingga aku tak bisa lagi merasakan yang lain, tapi hari ini kau tlah ambil rasa itu, rasa dimana kau lah yang terindah dalam hidupku, kau yang mendidik aku agar aku tak berpaling dalam melangkah, aku sendiri tak tau, nafasku sesak tanpa bisa apa2.
Ketika kita berdua duduk dibus untuk pulang ke Bandung, Martin memberikan buku kecil padaku, katanya itu dari Ryan untukku, sebelum Ryan masuk rumah sakit..

Untuk Aisyah yang kucinta…
Malam ini aku duduk sendiri, menikamati sang rembulan, menanti pagi yang sebentar lagi akan datang, mungkin karna tak tau apa esok akan menjadi tawa atau tangis untukku, tapi aku takan menangis, karna aku tlah membuang semuanya atas kehadiranmu, bila nanti kau berhenti mencintaiku, aku akan ambil lagi kesengsaraan yang tlah kubuang, aku akan tetap menunggu untuk sebuah harapan, yang mungkin akan hilang ditelan pagi, harusnya kamu mengerti, betapa besar artimu untukku, yang kurasakan hanya tetes air mata demi seikat cinta, takan aku tukar duka citaku demi kebahagiaan layak dan takan aku tumpahkan air mata, dari setiap bagian hidupkku tuk berubah menjadi dendam, tawaku ingin dirimu, tetaplah setetes air mata dan seulas senyuman, yang selalu mencintaiku.
Ada awan mendung tutupi pelangi, namun pelangi kan janjikan mentari dibalik mega hitam, adakah kau dengar sebaris puisi malam ini ? bisukah rembulan malam,,,ingin aku tampar setiap mimpi buruk yang menggigit kita, biar kita terjaga saja dengan cinta kita berdua dalam gelapnya malam, aku muak dengan setiap mimpi, meskipun itu mimpi indah, aku ingin sebuah wujud, wujud nyata antara kau dan aku, ingin kupeluk erat dirimu, agar kau tak jatuh dari ngarai bumi mimpi yang tak bertepi, aku percaya akan cinta kita, tapi aku tak percaya dengan mimpi kita, apakah cinta akan menjaga kita tetap berdua ? aku tertatih setelah aku menjatuhkan diri disini, coba bernafas setelah terhentak dengan apa yang belum pasti terjadi.
Malam ini kata siapa terang menderang? Hatiku gundah dan gelisah tak tentu, ya…karna aku sangat mencintaimu, aku hanya bisa pasrah dan berpesan padamu,
“ renungkan semua keindahan yang kau miliki, nikmati dalam angan dihatimu, bawalah dalam tidurmu, beri waktu tuk membenahi yang salah, semoga kau akan tetap bahagia selama-lamanya….”
RYAN

Tak terasa bus yang aku naiki sudah sampai Bandung, aku diantar sampai depan rumah oleh Martin, lalu aku masuk kerumah dengan keadaan hampa namun puas, semua keluargaku memelukku, mereka menangis, dan akupun meminta maaf atas pengakuan bohong Ryan pada mereka semua, dan keluargaku sudah memaafkan semuanya, lalu aku pergi kekamar untuk tidur, aku baringkan tubuhku, air mata tak bisa berhenti, namun aku biarkan menetes sampai kapanpun ia menetes.
Aku marah, aku kecewa, aku merasa terhianati, namun aku juga belum berhenti mencintainya,, semoga esok pagi aku terbangun dengan cerita yang berbeda dalam hidupku, mengisi kertas yang putih kembali dengan coretan-coretan yang indah….

PROFIL PENULIS
NAMA : FITRI MULYAWATI
UMUR : 23 TAHUN
ALAMAT : JL. SURYALAYA TIMUR 3 NO 9
PEKERJAAN : IBU RUMAH TANGGA
FACEBOOK : gibranisme_nailah@yahoo.com

Share & Like