Cerpen Cinta - Biarkan Kubawa Pergi Cintamu

BIARKAN KUBAWA PERGI CINTAMU
Karya Dinda Pelangi

Tok..tok. .tok “ Kirana, bangun sayang. Udah pagi nih!” ucap Ibuku dari luar.
“ok mom, please wait.” Sahut Kiran dengan malas.

Setelah berpakaian rapi dan lengkap dengan aksesoris aksesoris birunku, aku menuju ruang makan yang berada dilantai bawah.
“Morning dad, Morning mom, and Morning my brother. .” sapa ku dengan gembira.
“Morning” sahut mereka dengan bareng.
Sehabis breakfast , aku berangkat menuju sekolah dengan diantar mang Didi, sopir yang setia pada keluargaku semenjak 20 tahun yang lalu.

@ Sekolah
Setibanya disekolah, aku langsung disapa oleh keempat sahabatku. Yaitu Farah, Dini, Vivia dan Nindia. Kami telah bersahabat selama hampir 8 tahun.
“Oya Na, minggu ini kita ngumpul ya dirumah Dini, sekalian ngerjain tugas matik sama fisika!” beritahu Vivia padaku.
“ok” sahutku dengan pasti.
Namun tiba – tiba kepalaku terasa begitu pusing padahal sebentar lagi upacara bendera akan dilaksanakan. Tapi, mau tidak mau aku harus mengikuti upacara yang sangat membosankan ini.
Pada saat penaikan bendera, kepalaku semakin berat. Tanpa kusadari, tetesan darah segar mulai mengalir dari hidungku.
“omg, loe mimisan Na” Respon Nadia dengan kaget.
Hingga akhirnya aku tidak tahan lagi dan kurasakan semua gelap.


@ Ruang UKS
Setelah beberapa menit, akhirnya aku siuman. Dan orang yang pertama kali kulihat adalah Dirga. Kakak kelas yang sedang dekat denganku.
“Ka. .a Dirga?” ucapku, lirih.
“sstt. . kamu kenapa Rana?” tanyanya dengan menatapku.
“aku, juga gak tau ka, gak tau kenapa akhir – akhir ini aku sering pusing dan mimisan. Dan puncaknya ya hari ini, aku pingsan.” Sahutku dengan rasa agak heran.
Ia terdiam untuk beberapa saat, lalu ia meminta ijin untuk mengantarku kekelas.
Beberapa hari kemudian. . .
Entah kenapa sakit yang mendera kepalu terasa begitu berat dari hari hari sebelumnya. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk pergi ke Rumah Sakit sendirian.
Aku heran, dokter menyarankan aku untuk melakukan tes darah. Aku menuruti perkataannya, walaupun sebenarnya aku sangat takut dengan yang namanya jarum suntik.

Sehari kemudian. .
Seorang suster dari Rumah sakit menghubungiku, ia berkata bahwa hasil tes sudah keluar. Dan aku diminta untuk mengambilnya dengan pihak keluarga. Aku pun pergi bersama Ibuku dengan perasaan tidak tenang. Aku mempunyai firasat yang tidak enak, tapi mungkin sja ini hanyalah halusinasiku saja.
“Bagaimana hasilnya dokter?” Tanya Ibuku dengan agak cemas.
“Maaf mbak Kirana, dengan terpaksa saya katakan bahwa anda menderita Leukimia stadium tiga.”
“apa?” aku dan ibu kaget dengan apa yang telah dokter katakan.
Dokter memberikan banyak obat untuk ku. Dokter juga menyarankan bahwa aku harus check up setiap minggunya.
“oh Tuhan, aku benci obat – obaatan.” Ucapku dalam hati.
Selama diperjalanan, aku hanya menangis meraapi sebuah takdir yang telah digariskannya untukku. Namun tiba – tiba BBku menderingkan A little too noi over_nya David Archulleta. Yang menandakan bahwa ada sebuah panggilan untukku. Yang ternyata panggilan dari Vivia. Ia ngomel padaku karena aku tidak hadir dirumah Dini dan tidak bersama – sama mengerjakan beberapa tugas sekolah bersama teman – temanku.

Dua bulan kemudian. . .
Semakin hari, penyakit yang berdiam ditubuhku semakin menghujamku. Karenanya, aku menolak permintaan ka Dirga saat ia menyatakan perasaan sukanya padaku.
“maaf ka, ak. .aku gak suka sama kamu!” jawabku dengan berbohong.
Padahal sebenarnya, aku sangat menyayanginya. Dia yang selalu menjagaku di sekolah, dia yang selalu menemaniku saat aku dimusuhi oleh teman – temanku karena setiap minggu dperkumpulan kami aku selalu tidak hadir. Dia yang selalu mengerti,m mengapa aku sering pucat, dan dia juga yang selalu memperhatikan aku disaat aku meminum obat – obatku secara sembunyi – sembunyi dikantin.
 
Sehari kemudian. .
Hari ini aku benar – benar drop, kepala ku teramat pusing dan serasa ingin memuntahkan semua isi didalamnya. Hidungku terus terusan mengalirkan darah segar secara perlahan – lahan. Dengan cepat aku menghindar dari keramaian, aku menuju taman sekolah yang cukup sepi untuk meminum obat penahan rasa sakitku. Namun tiba – tiba ka Dirga menghampiriku yang sedang meminum beberapa macam obat. Ia menahan tubuhku yang hampir terjatuh ketanah. Hingga akhirnya kurasakan semuanya gelap.

Dirga menggending Kirana menuju mobilnya. Ia meminta. Dengan ditemani Bu Nadira, ia membawa Kirana menuju Rumah Sakit Permata hati yang berada tidak jauh dengan sekolah mereka. Kirana dimasukkan keruang Unit Gawat Darurat. Dengan cepat, Dirga menghubungi orang tua Kirana melalui ponsel Kirana. Beberapa menit kemudian, orang tua Kirana dan kakaknya, Rio tiba di Rumah sakit.
“sebenarnya Kirana sakit apa tante?” Tanya teman – teman Kirana.
Dengan menangis, Ibunya mengatakan bahwa Kirana divonis dokter menderita penyakit Leukimia yang telah mencapai stadium akhir. Ibunya juga mengatakan bahwa semenjak divonis dokter, Kirana harus check up setiap minggu ke dokter.teman - temannya menangis sekaligus kaget mendengar keadaan Kirana.
Beberapa menit kemudian Kirana siuman, ia memanggil keluarganya dan berbicara seadanyanya. Namun seakan – akan ia tidak akan lagi bertemu dengan mereka. Kakaknya menangis melihat adik semata wayangnya terkapar tak berdaya dengan beberapa alat bantu. Ibunya memeluknya dengan erat, hingga akhirnya ia pergi dengan seulas senyuman dibibirnya.

Semua yang berada disana kaget dan menangis, kecuali Dirga. Ia mencoba untuk menguatkan hatinya yang terasa begitu perih. Akhirnya ia menemukan jawaban atas penolakan Kirana saat ia menyatakan perasaan cintanya. Begitu pula dengan teman – temannya, mereka menyesal atas tidak pekanya perasaan mereka pada Kirana. Tapi apa daya, Kirana telah pergi untuk selamanya.
Sesudah pemakaman dilakukan, kakaknya Kirana memberikan sebuah surat pada Dirga, yang berisi. .
 
Dear Dirga Aditama
Ka, maafin aku ya yang gak nerima kakak. Karena aku ngerasa sangat gak pantas untuk kakak. Aku hanya gadis penyakitan yang lemah. Walaupun sejujurnya aku sangat mencintaimu. Maafkab aku yang terus merepotkanmu dihari – hari terakhirku. Tapi kamu harus tahu, cinta ini akan kubawa dan semoga aku akan selalu ada dihatimu.
Selamat menjalani hidupmu ya ka Dirga, I will always love you. .
Yang akan slalu merinduimu

Kirana Permata Sari

PROFIL PENULIS
Nama : Hanida Ulfah Al - Banjary
Facebook : Ukhty Dinda Pelangi

"Ajarkanlah sastra pada anak - anakmu, niscaya anak pengecut jadi pemberani" ( Umar Bin Khattab )

Share & Like