Between Nightmare And Obvious - Cerpen Ayah

BETWEEN NIGHTMARE AND OBVIOUS
Karya Mustika Pratidina XI IPS 3

Emht.. seketika aku menghela nafas disaat jam istirahat tiba. Teman-temanku pergi ke kantin untuk beristirahat dan membeli makanan yang mereka inginkan. Akupun berdiam sendiri dan hanya bertemankan lagu-lagu yang kuputar dihandphone ku. Setengah jam yang lalu bel masuk pun mulai berbunyi bertandakan semua siswa-siswi yang ada disekolahku memasuki kelas untuk mengikuti pelajaran yang telah dijadwalkan. Mereka pun belajar dengan penuh keceriaan, hanya aku sendiri yang tidak ada gairahnya untuk mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar pada hari itu.

Teng-teng-teng ,,, waktu menunjukan pukul 13.50 bertandakan bel pulang telah tiba , tetapi aku bersama ke 5 sahabatku tidak meninggalkan bangku yang kami tempati. 5 sahabatku ini (desi,fenny,sri,ulfah,sari) mereka adalah sahabat yang paling the best buat aku, mereka ada disaat aku senang, aku sedih, dan aku down. Ga mudah loh,, nyari orang seperti sahabat-sahabat ku ini, mereka sangat langka. Salah seorang temanku yang bernama desi menghampiriku dengan wajah yang penuh dengan rasa penasaran , dia berbicara kepadaku “Kamu kenapa? Dari tadi yang kita lihat kamu berdiam sendiri, ga seperti biasanya, seorang tika yang sangat periang, tapi dihari ini kamu sangat berbanding terbalik, seperti tidak ada gairah untuk hari ini, kamu ada masalah ? ga ada salahnya kan kalau kamu cerita sama kita, kita ini kan sahabat kamu. Kali aja kita bisa bantu , terus masalah nya selesai deh.” Aku pun seketika terdiam dan berbicara ala kadarnya “ga kenapa-napa kok”. Setelah aku berbicara seperti itu , sahabat-sahabat ku seketika membuat sebuah lingkaran yang akhirnya mengelilingiku. “kalian kenapa ? tiba-tiba membuat sebuah lingkaran yang akhirnya mengelilingiku ?” (dengan wajah kebingungan aku bertanya kepada mereka, lalu ulfah pun menjawab pertanyaan yang aku lontarkan kepada mereka) “tika sayang, kamu ga sadar ya? Dari tadi tuh kamu berdiam sendiri terus , seperti halnya siput yang lagi tidur dirumahnya.” Suasana hening menyelimuti kelas kita. Lalu semua itu terpecahkan saat ku menjawab pertanyaan dari ulfah sahabatku. “aku gatau kenapa akhir-akhir ini aku selalu lemas dan merasa tidak bergairah untuk melakukan aktivitas , padahal tidak ada masalah yang sedang aku hadapi dan juga aku alami, akhir-akhir ini akupun merasa aneh dan kebingungan dengan diriku sendiri.” Sri pun akhirnya berbicara “mungkin karena kamu kelelahan atau kurang tidur , jadi kamu bisa kaya gini, kita ambil hal positif nya aja ok.”

Lama kita berbincang-bincang , datanglah satpam penjaga sekolah kita , namanya pak ahmad. Pak ahmad pun menyuruh kita pulang , karena waktu sudah sangat sore menunjukan pukul 17.00 , dan kata pak ahmad , hanya kita ber 6 yang masih berada disekolah. Tidak berdiam lama akhirnya kita pulang. Lama diperjalanan , akhirnya aku pun sampai rumah dengan selamat. Kebetulan sesaat aku sampai rumah , ayah akan pergi ke bandung untuk membenarkan rumah yang nantinya akan ditempati oleh istri dan kedua anaknya (aku dan kakakku). Ayah pun pamit aku , ibuku, dan juga kakaku pun bersalaman dengan penuh rasa cinta yang teramat dalam. Tidak sadar aku memperhatikan wajah ayah keliahatan pucat sekali, aku pun langsung berfikiran positif , fikir ku mungkin ayah belum makan, atau mungkin hal lainnya yang mendukung fikiran positif ku. Ayah pergi kebandung , dan aku bersama ibu dan kakaku memasuki rumah.

Waktupun menunjukan pukul 18.15 , adzan maghrib telah berkumandang disetiap penjuru alam ini. Setelah mendengar adzan yang berseru , kita pun tidak menunda waktu, akhirnya kita pun sholat dengan berjamaah. Setelah kita selesai sholat maghrib , kebetulan ibu ku sedang berpuasa , dan ga ada salahnya kan jika kita ikut makan juga. Beberapa menit setelah kita usai makan, lampu pun mati , ibu pun mengambil lilin lalu menyalakannya. Ruangan yang tadinya gelap berubah sedikit menjadi terang karena pengaruh dari sumber cahaya yang terpancar dari lilin. Handphone ibu ku pun berbunyi, setelah aku lihat nama orang yang menelfon itu adalah sodaraku yang bertempat tinggal di bandung. Aku pun memberikan handphone yang berdering itu kepada ibuku, setelah ibu mengangkatnya , ibu langsung terdiam dan melemparkan handphone yang masih terhubung ke sodara ku yang berada di bandung. Ibu pun seketika pingsan , aku dan kakaku kebingungan. Handphone pun langsung kakaku ambil dan yang berbicara dengan sodara ku sekarang kaka ku. Aku disuruh memanggil sodara ku yang rumahnya tak jauh dari rumahku, aku pun langsung pergi, dan memanggil sodara ku , agar ia datang ke rumah dan membantu apa yang sedang terjadi saat ini. Saat keadaan sudah tidak terkendali akhirnya sodara dan tetangga ku yang masih teman ayahku meminjam ambulance. Entah mengapa disaat itu pun aku merasa kuat, aku tidak mengerti apakah yang terjadi saat ini.

Tidak lama berbincang, akhirnya aku , ibu, kaka, dan saudaraku, pergi ke Rumah Sakit dengan menaiki mobil ambulance , yang dipinjam saudara dan tetangga ku dikantor milik ayah. Saat di dalam ambulance ibu diberi alat bantu untuk pernafasan yakni oksigen, tidak lama ibu diberi oksigen , akhirnya ibu sadar dari pingsannya. Saat disitu fikiranku pun mulai kacau , aku pun bingung aku harus berbuat apa. Asma allah pun aku ucapkan disetiap denyut nadiku, dan yang terjadi saat aku mengucapkan asma allah secara berulang kali , aku mulai merasa lebih tenang dan mulai mengendalikan diriku sendiri dengan apa yang terjadi saat ini. Sekitar 1 jam berjalan , aku dan keluargaku pun akhirnya tiba di Rumah Sakit tempat ayah diperiksa.

Saat melihat keadaan ayah , aku lemas , badan ini rasanya sulit untuk digerakan , aku pun tidak dapat menahan air mataku yang memaksa turun untuk membasahi pipiku. Yang aku lihat saat ini , bagaikan mimpi buruku. Alat yang berada dipinggir ayah yang sedang terbujur kaku berbunyi nyaring sekali , dan tergambarkan lurus. Ini pengalaman buruk bagiku sekaligus pengalam pertama , melihat alat yang menunjukan hidup matinya seseorang tergambarkan lurus. Sudah banyak orang yang mengumpul diruangan itu, aku melihat ayah bagaikan gula yang sedang dikerumuni semut-semut. Aku pun lari lalu mendekati ayah yang sedang terbujur kaku diruangan itu, sembari ditemani tabung oksigen yang terlepas dari hidungnya. Tidak berfikir panjang , aku memeluk dan membisikan doa-doa dan ucapan”Selamat tinggal ayah, aku janji aku akan mewujudkan keinginan ayah bahwasannya menjadi seorang GURU.” Dengan mengelus kepala ayah ,air mataku ini tak ada hentinya untuk keluar , tetes demi tetes mewakili ucapan selamat tinggal kepada ayah. Aku tahu pada saat itu, sekarang, dan selamanya, ayah tidak dapat mewarnai hari-hariku lagi. Kulihat disebrangku, ibu pun pingsan kembali, kakaku yang berusaha tegar , tidak ada hentinya menyadarkan ibu dari pingsannya. Salah satu saudara aku bertanya kepada si Dokter ,yakni yang membuat ayah meninggal dunia, bahwa ayah terkena angin duduk.

Mungkin, saking aku tidak kuat untuk menerima kenyataan ini , aku pun pingsan . Saat itu aku tidak sadar dengan apa yang terjadi saat itu. Setelah aku bangun dari pingsan , yang membuatku sekejap tidak sadarkan diri. Aku bertanya-tanya , “Sedang berada dimanakah aku ini?” salah satu tetangga yang berada didekat rumah ku ini menjawab “tenang..tenang.. tik, kamu lagi ada di mesjid.” Disitu aku sangat kebingungan, aku berusaha untuk bangun dari tidurku, dan yang aku lihat didepanku adalah keranda mayat yang sedang disholati oleh orang-orang. Saat orang-orang telah usai sholat, aku menjerit dan menghampiri keranda mayat itu, tak ada kata lain yang aku ucapkan selain AYAH,, AYAH,,dan AYAH.. seketika akupun mendapatkan ketenangan dari bu ustadz yang juga masih teman ayah, dan akhirnya akupun tenang.

Hari pun berganti. Namun hari ini dan seterusnya tiada seindah hari kemarin. Jasad ayah , siap untuk dimakamkan. Tetapi aku belum siap untuk ditinggalkan. Tetapi bagaimana pun aku harus merelakan ini semua, karna semua yang ada di muka bumi ini adalah milik tuhan, pencipta alam. Dengan suara ledakan senjata bertandakan ucapan selamat tinggal dari teman-teman dan juga kantor tempat dimana ayah bekerja. Banyak sekali orang yang mengantarkan ayah ketempat istirahat terakhirnya. langit pun mendung ikut berduka, orang-orang riuh rendah untuk bercerita tentang segala amal kebaikan ayah. Bersama embun fajar kemarau ku sertakan doa untuk ayah, Semoga ayah mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Amin. Setelah selesai mengantarkan ayah ketempat istirahat terakhirnya, teman-teman , guru, dan orang-orang yang dekat denganku, datang secara bergerombol ke rumahku, mereka datang untuk menyemangati aku , ibu, dan kakaku. Mereka pun memberi sedikit sesuatu sebagai tanda belasungkawa mereka kepada kami. Sungguh-sungguh mimpi buruk bagiku.

Mulai sekarang yang aku,ibu,dan kakaku fikirkan. Bagaimana cara agar kita bisa bertahan hidup, tanpa sesosok ayah. Dan mulai dari sekaranglah, ibu yang menjadi tulang punggung keluargaku. Kepergian ayah, seketika mendewasakan aku , mengajarkan aku betapa pentingnya arti kehidupan Untuk menjadi berguna bagi sesama, mengajarkan bagaimana harus mencintai dan menyayangi, mengajarkan bagaimana harus tulus berkorban dan bersabar, mengajarkan bagaimana harus berjuang demi anak-anaknya, hingga saat terakhir hayatmu, engkau terus berdoa demi kebahagiaan anak-anakmu.

Aku fikir tidak ada gunanya jika aku menangis terus-menerus dan hanya meratapi penyesalan saja. Tetapi lebih bermakna jika aku mencoba melapangkan dada ,selalu bersabar,dan menganggap semua ini adalah ujian dari tuhan. Yang selalu aku ingat , melepaskan bukan berarti akhir dari dunia, melainkan awal dari kehidupan yang baru. Hal yang bisa dipetik dari semua ini, bahwa hidup tak selamanya indah, cintailah kedua orang tuamu , selagi mereka masih ada di muka bumi ini. Penyesalan selalu datang diakhir, jika salah satu orang tuamu telah pergi meninggalkan dunia ini, baru kamu akan merasakan kehilangan setengah dari jiwa dan tubuhmu. Dunia ini berputar , bak nya seperti kehidupan kita , kadang senang, dan kadang juga sedih. Orang bijaksanalah yang mampu menerima kenyataan yang terjadi pada dirinya. Jangan jadikan kehilangan 1 orang dihidupmu, adalah sebuah beban. Karena walaupun kalian kehilangan 1 orang yang kalian cinta, kalian masih memiliki 1000 orang yang mencintai kalian. Jadikanlah pengalaman hidupmu, sebagai pembelajaran dimasa kelak.

PROFIL PENULIS
Nama : Mustika Pratidina
Sekolah : SMAN 1 RANCAEKEK
Tempat tanggal lahir : Bandung, 10 desember 1995
User facebook : Tika Mustika
Share & Like