Tolong… Jangan Paksa Aku Melepas-Nya - Cerpen Islam

Tema : “Di Balik Kesulitan Pasti Ada Kemudahan”
TOLONG JANGAN PAKSA AKU MELEPAS-NYA
Karya Syamsia

Teman-teman dan kebanyakan orang memanggilnya dengan nama Chisa, seorang gadis yang memiliki tubuh yang mungil. Chisa terlahir dikeluarga yang sederhana, tidak kaya dan tidak miskin, mengapa demikian, karena mau dikatakan kaya, toh dia tidak mempunyai barang-barang mewah seperti orang kaya yang lainnya, mau dikatakan miskin, toh dia dan keluarganya masih bisa makan.
Gadis remaja yang berumur 19 tahun ini bersekolah di salah satu sekolah swasta di Makassar. Kini dia telah mengikuti Ujian Nasional, tingggal menunggu pengumuman Ujian Nasional yang akan diumumkan pada tanggal 26 Mei 2012. Chisa, remaja yang baru belajar mengenakan jilbab, dia baru mengenakan jilbab setelah naik kelas 3 SMK.

Di Kamar
Tetes air hujan begitu jelas terdengar dari atas genteng rumah Chisa, tak ada lagi suara terdengar pada malam itu selain suara TV dan suara tetesan air hujan dari luar sana. Chisa mematung di atas kasur seakan memaksa matanya untuk tertutup, tapi usahanya itu sia-sia, dia tak bisa tidur, dia sangat gelisah. Dalam kegelisahaannya itu, tiba-tiba dia teringat perkataan ibunya yang begitu menyakitkan hatinya.
“Sampai mati pun kau tidak akan mendapatkan pekerjaan, sebelum kau melepas jilbabmu.”
“Ya ALLAH, begitu kejamkah dunia ini untuk orang sepertiku?, seorang remaja yang baru mengerti arti hijab, dan mencoba belajar memakai hijab yang sebenarnya. Bukan hanya keluargaku saja yang memandang rendah diriku yang memakai hijab, sebagian tetangga-tetangga saya pun juga demikian. Mereka sering membanding-bandingkan antara saya yang memakai hijab dan teman-teman saya yang tidak memakai hijab, dan kini mereka telah mendapat pekerjaan.” Gumam Chisa dalam hati
Karna larut dalam ingatan-ingatan itu, Chisa semakin gelisah dan sulit untuk tidur, matanya seakan menolak untuk tertutup. Ingatannya kembali dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang pernah dialaminya dari pengumuman sekolah sampai mencari pekerjaan.


Pengumuman Ujian Nasional
Saat-saat yang sangat dinantikan oleh Chisa dan teman-teman sekolahnya telah tiba. Hari ini tepatnya tanggal 26 Mei 2012. Hasil dari Ujian Nasional akan diumumkan hari ini, Chisa serta teman-temannya berkumpul di aula sekolah. Wajah para siswa-siswi itu begitu tegang menantikan pengumuman yang sebentar lagi akan di umumkan. Chisa berkumpul bersama teman-teman sekelasnya, yaitu Wulan, Ikha, Indah, dan Ekhy.
“Ya Allah, jantungku berdebar sangat cepat nih.” Chisa membuka pembicaraan.
“Iya aku juga, berdebar sangat cepat.” Wulan menanggapi.
“Kita pasrahin aja semuanya pada Allah SWT, semoga kita semua lulus.. aamiin.” Chisa menyemangati.
“Aamiin ya Rabbal Alaamiin.” Serentak teman-temannya.
Beberapa saat kemudian, terlihat sekelompok guru datang, mereka berjalan menuju Aula sekolah, tempat para siswa-siswi berkumpul. Mereka mengambil posisi di depan ratusan siswanya. Hari yang begitu menegangkan bagi mereka. Salah satu guru yang berpostur tubuh tinggi, berbadan sedang berdiri mengambil microphone dan mulai berbicara di depan siswanya. Dia menenangkan siswanya yang begitu tegang menantikan pengumuman.
“Kalian semua pasti mengharapkan kelulusan. Lulus ataupun tidak, itu semua cobaan dari Sang Pencipta.” Berhenti sejenak memandang siswa-siswinya yang tenang mendengarkannya. “Tidak lulus itu cobaan karena harus bersabar menanti satu tahun lagi untuk mengikuti Ujian Nasional selanjutnya. Dan lulus pun juga cobaan karena setelah lulus, pasti harus memilih antara kuliah atau kerja. Kalau memilih untuk kuliah, pasti masih bingung Universitas mana yang harus dipilih. Kalau memilih untuk kerja, pasti juga bingung dimana harus melamar kerja.” Dengan bijak menjelaskan. “ Jadi terimalah hasil pengumuman yang akan kalian lihat sebentar lagi. Yakinlah ini semua kehendak Sang Pencipta.” Guru yang memiliki postur tubuh tinggi ini menutup.
Berselang beberapa menit, salah satu guru berkacamata yang duduk di depan siswa-siswinya mengambil alih. Si guru berkacamata inilah yang akan mengumumkan hasil Ujian Nasional.
“Yang tidak saya sebutkan namanya, tolong tetap tinggal di aula, dan yang disebut namanya silahkan turun ke bawah, lihat pengumumannya di Mading.”

Siswa-siswi yang disebut namanya berlomba-lomba turun ke bawah menuju mading, termasuk Chisa, Dengan deg-degan Chisa berjalan ke bawah bersama Indah. Sampai di mading Chisa mencari-cari namanya diantara deretan-deretan nama yang tertempel di mading.
“Kok nama ku nggak ada ya?.” Kata Chisa
“Iya, nama ku juga nggak ada, Chis.” Indah menimpali
“A…pa.. ki…ta… nggak lu... lus.. ya, Ndah ?.” Chisa dengan terbata-bata
“Apa? Nggak lulus?.” Indah kaget

Tanpa putus asa mereka mencari nama mereka diantara deretan-deretan nama. Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang memanggil nama Chisa dan Indah. Suara itu sudah tidak asing lagi ditelinga mereka, dan ternyata betul itu suara Ikha.
“Chisa, Indah sini nama kita ada di kertas ini.” Teriak Ikha
Dengan harap-harap cemas Chisa dan Indah menghampiri Ikha yang memegang kertas pengumuman khusus kelas Multimedia.
“Kertas ini tadi tertempel di mading sekolah, tapi ada yang melepasnya dari mading, jadi saya ambil kertas ini dari pada hilang.” Jelas Ikha
“Pantesan saya dan Indah cari-cari tapi nggak ada.” Sambung Chisa
Pembicaraan terputus Chisa dan Indah melihat kertas itu.
“ALHAMDULILLAH LU… LUS…!!!!.” Mereka berpelukan, dan meneteskan air mata bahagia. :’)

Setelah Kelulusan
Setelah lulus, sebenarnya Chisa ingin lanjut kuliah, tapi karna biaya untuk kuliah tidak ada. Jadi, Chisa harus kerja dulu, harus cari biaya sendiri, supaya bisa melanjutkan kuliah plus membantu ayahnya mencari nafkah.
Lamaran kerja sudah disebarkan ke sebagian perusahaan-perusahaan yang ada di Makassar, kini tinggal menunggu panggilan. Sebulan lamanya menunggu panggilan dari perusahaan-perusahaan itu tapi tak kunjung ada. Dan setelah menunggu panggilan begitu lama, akhirnya Chisa ditelfon dari salah satu perusahaan tersebut, tapi sayangnya perusahaan ini sama saja, mereka hanya membutuhkan karyawan yang harus melepas jilbab. “Ya ALLAH malang bener nasibku..”.
Perusahaan-perusahaan yang karyawannya memakai jilbabpun, tidak ada yang menerima Chisa. Mungkin karna gadis ini bertubuh mungil jadi banyak perusahaan yang menolaknya. Tapi semua itu tidak membuat Chisa putus asa, dia tetap berusaha mencari pekerjaan yang bisa mengenakan jilbab.
Keluarga Chisa mulai tak sabar dengan keadaan Chisa yang sampai saat ini belum juga mendapat pekerjaan. Karna ketidak sabarannya itu mereka menyuruh Chisa membuka jilbabnya, dengan alasan kalau tidak memakai jilbab, Chisa akan gampang mendapat pekerjaan. Ooh tidaaaak rejeki sudah ADA yang atur, berusaha dan berdo’a itu kuncinya”.

Di Ruang Tamu
Chisa duduk di depan kipas angin sambil menggunting kukunya. Kakak iparnya (Deby) menunggu suaminya di ruang tamu bersebelahan dengan Chisa. Tiba-tiba ibu Chisa datang sambil mengeluh.
“Aduuh, lutut saya pegel, gara-gara kemarin saya pergi nyariin Chisa pekerjaan di rumah keluarga.” Mengeluh di depan kak Deby sambil memegang lututnya.
“hmm..” Dengan seyum sinis. “Chisa juga sih kenapa nggak mau melepas jilbabnya, kalau dia nggak mau melepas jilbabnya dia nggak bakalan dapat kerja.” Celetuh kak Deby.

Chisa yang ada disebelahnya hanya terdiam, dia nggak tau harus bilang apa lagi.
“Iya, Bapaknya juga semalam marah karna Chisa nggak mau sekali melepas jilbabnya.” Tambah ibu Chisa.
“Padahal banyak banget pekerjaan.” Kata kak Deby.
“Iya memang banyak tapi nggak pakai jilbab.” Gumam Chisa dalam hati.

Pembicaraan antara kak Deby dan Ibu terputus, saat Ibu beranjak dari tempat duduknya dan melangkah keluar meninggalkan menantunya.
“Chis, kamu masuk aja di tempat kerjanya Irma.” Kak Deby memulai pembicaraan dengan Chisa.
“Nggak mau.” Tolak Chisa
“Kenapa nggak mau? Kan kamu bisa pakai jilbab menuju ke tempat kerja, dan pas kerja baru kamu melepasnya, toh pulang kerja kamu juga bisa pakai kembali jilbabmu.” Jelas kak Deby.
“Iya saya tau kak, tapi kalau saya membuka jilbab pas kerja, lalu ajal saya datang, bagaimana? Mau bertanggung jawab di akhirat nanti kak?.” Jawab Chisa.
“Aduuh, fikiran kamu kok sampai ke situ, Chis.” Kak Deby menggeleng-geleng kepala.
“Harus kak, kita tidak tau kapan ajal akan datang.” Chisa dengan wajah sedih.
“Lihat Irma, menuju ke tempat kerjanya dia memakai jilbab, pas sampai di tempat kerjanya dia melepas jilbabnya, dan nanti di memakai jilbabnya kembali stelah pulang kerja.” Kak Deby dengan santai.
“Itu sama saja kak, kita munafik kepada ALLAH SWT.” Bantah Chisa.

Kak Deby terdiam, sepertinya dia tak mempunyai kata-kata yang harus dikeluarkan lagi. Chisa pun tertunduk diam, seakan ingin menangis.
“Saya tidak boleh menangis lagi, saya tidak boleh sedih lagi, ada ALLAH SWT yang selalu bersamaku, selalu menemaniku. Saya yakin DIA merencanakan sesuatu yang baik buatku, saya akan menunggu kejutan dari-NYA.” Gumam Chisa dalam hati.
Berkali-kali orang tua dan saudara-saudara Chisa, menyuruh Chisa untuk melepas jilbabnya, tapi Chisa bersih keras tidak mau melepas jilbabnya. Dia takut jika suatu saat dia melepas jilbabnya di luar sana, ajalnya akan datang. Dia takut ALLAH SWT akan marah kepadanya.
Chisa sangat-sangat tidak mau melepas jilbabnya, karna dia sudah mengerti arti dari jilbab itu. Tapi yang dilakukan Chisa ini malah dianggap aneh oleh orang lain, tetangga-tetangganya bahkan keluarganya sendiri.
Chisa tersadar dari ingatan-ingatannya.

Chisa tersadar dari ingatan-ingatan yang menyelimuti fikirannya. Chisa membalikan tubuhnya, dan pandangannya tertuju pada langit-langit rumahnya. Chisa berfikir kejadian-kejadian yang dia alami saat ini adalah ujian ALLAH SWT. Walaupun sampai saat ini Chisa belum mendapatkan pekerjaan, tapi dia tetap mempertahankan jilbabnya. Semakin dia dipaksa untuk melepas jilbabnya semakin dia akan mempertahankan jilbabnya itu. Cobaan ini membuat Chisa lebih tenang menghadapi semuanya, karna Chisa yakin janji ALLAH SWT itu pasti akan datang, bukan sekarang tapi nanti. Perlahan Chisa memejamkan matanya, tapi sebelumnya dia berdo’a dulu.
“Ya ALLAH hanya ENGKAU yang mengetahui masa depan Hamba-MU ini, hanya ENGKAU yang mengetahui apa yang akan terjadi suatu saat nanti pada Hamba-MU ini. Jika suatu saat nanti saya melepas mahkota ini, tolong lebih baik ENGKAU mengambil nyawaku sebelum saya membuka mahkota. Saya takut meninggal dalam keadaan tidak beriman, saya takut, saya meninggal pada saat ENGKAU murka kepadaku.Saya takut Ya ALLAH.”.
“Ya ALLAH, saya tau jilbab ku ini belum sesempurna dengan jilbab wanita muslimah yang lain, jilbabku ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Tapi ENGKAU Maha tau hati Hamba-MU ini.Ya ALLAH istiqomahkanlah hatiku selalu pada-MU, ENGKAU Maha membolak- balikkan hati manusia.”
Setelah memanjatkan do’a - do’a itu, mata Chisa mulai terpejam dan dia akhirnya tertidur.
Beberapa bulan kemudian, semuanya menjadi indah.
Bulan suci Ramadhan sudah tiba, tapi Chisa tetap belum mendapatkan pekerjaaan. Seiring dengan pencarian kerjanya, Chisa tetap focus mengajar santri-santrinya di TPA. Selama bulan suci itu saya berdo’a semoga Chisa cepat mendapatkan pekerjaan yang diridhoi oleh ALLOH SWT. Dan Alhamdulillah setelah bulan suci Ramadhan itu terjawab sudah do’anya, Chisa mendapat pekerjaan di salah satu percetakkan di Makassar, dan Chisa diangkat menjadi kasir, Alhamdulillah Alhamdulillah. Di tempat itu Chisa bisa memakai jilbab yang menjulur hingga ke dada, memakai rok, karna di sini pekerjanya tidak memakai seragam, hanya memakai pakaian bebas, inilah yang membuat Chisa sangat-sangat bersyukur kepada ALLOH yang telah menjawab do’anya saat ini. “ Benar kataku “Semua Akan Indah Pada Waktunya ”. Gumam Chisa dalam hati. SubhanALLOH. ALLOH pasti memberikan yang terbaik untuk HambaNYA.
Setelah Chisa mendapatkan pekerjaan itu Alhamdulillah Ayah dan Ibu beserta keluarg Chisa, tidak ada lagi yang menyuruhku melepas jilbab ini, dan sekarang Chisa bisa membantu Ayah saya mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga. Alhamdulillah, Makasih Ya ALLOH. :’)
“Ya ALLAH janganlah ENGKAU palingkan hatiku setelah ENGKAU beri aku Hidayah-MU, sesungguhnya ENGKAU Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

Pesan dari Chisa buat Para Muslimah:
Saya pernah membaca suatu bacaan yang mengatakan, “Selangkah anak perempuan keluar dari rumahnya tanpa menutup aurat, maka selangkah juga ayahnya itu hampir ke neraka”. Astagfirulloh Nauzdubillah. Kawan sayang tidak sama ayahnya? Pastinya sayangkan? Iya dong. Yuk kita nutup aurat, ingat loh selangka saja, bagaimana kalau berlangkah-langkah? Ya ALLOH tidak bisa terbayangkan. YUK NUTUP AURAT DAN TETAP ISTIQOMAH KAWAN, SALAM UKHUWA ;).
Jazakumulloh Khairon Katsiron

Baca juga Cerpen Islam yang lainnya.
Share & Like