Cerpen Persahabatan - You Are Beatiful

YOU ARE BEAUTIFUL
Karya Siska Nurtika

"Ta, lo mau ikutan eskul apa?" tanya Rara yang kelihatan bingung untuk memilih ekstrakulikuler
di sekolah barunya.
"Cheers dong, Ra. Lo sendiri apa?" balas Tata dengan penuh semangat
"Gue masih bingung. Tapi, kayaknya gue juga cheers aja deh" jawab Rara yang terkesan ikut-ikutan
"Ngikut-ngikut aja, nih" ledek Tata dengan nada bercanda.
"Biarin.." balas Rara lagi sambil menjulurkan lidahnya kearah Tata.

Rara dan Tata, 2 sejoli. Eh...maksudnya 2 sahabat yang bisa dibilang tidak bisa dipisahkan. Jika ditilik dari metamorfosa kehidupan mereka menarik buat diketahui. Ibu Rara dan Tata bersahabat sangat dekat, mereka seumuran, dan sampai nikah pun tanggal yang ditentukan berbeda 1 hari. Entah kebetulan atau apa, Ibu Rara dan Tata mengandung Rara dan Tata secara bersamaan, sampai melahirkan ditanggal yang sama, juga Rumah Sakit yang sama. Sampai Rara dan Tata masuk sekolah juga sama. Dari bangku TK, SD, SMP, sampai sekarang mereka SMA tetap 1 Sekolah plus 1 kelas ditambah 1 bangku selama bertahun-tahun. Rara dan Tata sudah seperti anak kembar saja, teman-teman mereka juga menjuluki Rara dan Tata anak kembar, walaupun sebenarnya mereka sama sekali tidak kembar. Tapi, dari mereka berdua perbedaan yang paling mencolok adalah dari fisik. Rara punya badan yang tinggi dan langsing. Sedangkan, Tata malah sebaliknya, bukan berarti Tata pendek, lho! Tata dan Rara cuma berbeda 5cm dari tinggi mereka. Tapi, kalau ukuran badan Tata memang bisa dibilang gemuk.

Sepulang sekolah, Tata dan Rara berkumpul di lapangan basket untuk seleksi pemilihan anggota cheers, dengan antusiasme tinggi Tata sampai lari-lari menuju lapangan, sedangkan Rara dia bersikap biasa dan tak terlalu tertarik dengan eskul cheers.

Semua siswi yang berminat ikut cheers sudah berkumpul di lapangan basket, begitupun senior cheers yang sudah hadir disana.
"Selamat datang buat siswi baru. Perkenalkan namaku Jasmine, aku senior cheers, dan aku juga yang bakalan menyeleksi kalian, siapa yang pantas masuk dan yang nggak" jelas cewek yang diketahui bernama Jasmine itu dengan tangan yang terlipat di dada. Rara yang melihat tingkah senior cheers itu beranggapan jika dia sok dan sombong.
"Ok, langsung kita mulai aja. Dimulai dari. . . . "

Jasmine terlihat memilih orang pertama yang akan diseleksinya.
"Kamu" sambungnya, sambil menunjuk ke arah Rara. Rara melirik ke arah Tata. "Gue, Ta?" tanya Rara. Tata hanya mengangguk. Dengan perasaan sedikit deg-deg-an Rara maju ke depan.
"Tunjukkan dance yang kamu bisa" perintah Jasmine, Rara hanya mengangguk dan menunjukkan kemampuannya menari. Rara mengakhiri menarinya dengan kedua tangan diatas membentuk huruf V.

Prok. . .prok. . . Prok. . .
Rara tersenyum mendengar tepukan dari teman-teman barunya termasuk Tata.
"Dancenya bagus, walaupun jelas yang lebih bagus dance aku" ujar Jasmine dengan sombongnya. Rara hanya memutar matanya ke atas.
"Sombong" bathin Rara.
"Kamu ke terima jadi anggota cheers" sambung Jasmine, kemudian Rara melempar senyum kearah Tata. "Makasih, Kak" Rara pun kembali ke tempat duduknya semula.
"Sekarang yang maju...... Kamu"tunjuk Jasmine kepada Tata. Tata tersenyum.
"Ayo, Ta" Rara memberikan semangat.

Tata maju ke depan dengan percaya dirinya. Ia mulai menari dan setelah selesai, tepuk tangan kembali terdengar. Tata tersenyum mengembang setelah menyelesaikan gerakan menarinya.
"Dancenya, sih, bagus. Kamu punya bakat dibidang dance. Tapi....."

komentar Jasmine. Dia kelihatan berpikir sambil mengetuk-ngetukkan telunjuknya ke dagu. Tata hanya diam sambil menelan ludah.

"Lebih baik kamu pulang dulu, deh. Terus, ambil cermin dan kamu ngaca disitu. Kamu sadar nggak badan kamu itu gendut" sambung Jasmine sambil menekan kata 'Gendut'. Tata tersentak, begitupun Rara.
"Dilihatnya aja nggak enak. Kalau kamu udah kurusin badan, kamu langsung aku terima jadi anggota cheers" Tata hanya mampu menunduk, hatinya terasa begitu perih. Tak disadari air mata sudah menetes.
"Lo jangan nangis, dong. Cengeng banget, sih! Nggak malu apa sama badan lo yang gendut" Jasmien kembali bersuara dengan sebutan gue, loe. Tata merasa diremehkan, ia dipermalukan di depan orang banyak, termasuk Rara sahabatnya. Tata berlari meninggalkan lapangan dengan air mata yang masih mengalir. Rara segera berdiri dan menghampiri Jasmine dengan perasaan marah.
"Maaf, ya, Kak! Nggak seharusnya kakak menghina sahabat saya, mempermalukan dia. Jangan merasa kakak paling sempurna, jangan bangga karna lo nggak punya badan gendut. Dan saya rasa orang seperti lo. . . . " Rara menunjuk Jasmine tepat di depan wajahnya. "Dipanggil kakak, dan dihormatin. Gue keluar dari cheers'' sambung Rara yang langsung berlari menyusul Tata dengan emosi didadanya.
"Bodo amat, silakan!" sahut Jasmine.
"Dasar! Cewek sombong. Pingin deh gue acak-acak itu rambutnya" gerutu Rara yang berjalan mencari dimana Tata.

Rara menghampiri Tata yang sedang duduk di dalam kelas. Tata masih menangis dengan kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya. Rara mendekat dan duduk di bangku sebelah Tata. Rara menyentuh pundak Tata sambil tersenyum.
"Ta, omongan si Jasmine itu jangan dimasukin ke hati, ya. Udah jangan nangis lagi" ucap Rara yang mencoba menenangkan sahabatnya, dengan lembut tangan Rara ikut menghapus air mata yang tersisa di pipi Tata.
"Kenyataannya gue emang gendut, dan nggak akan pernah dihargain sama orang lain. Lo beruntung, Ra. Punya tubuh langsing dan bisa masuk cheers"
"Lo kok ngomong gitu, Ta? Gue nggak suka lo ngomong kayak gitu. Gue nggak akan ikut cheers, karena lo juga nggak ikut. Lagian gue nggak terlalu minat masuk cheers".

Tata menatap sahabatnya itu dengan segores senyum yang mulai menyurutkan air matanya. Tata langsung memeluk Rara.
"Makasih, ya, Ra. Lo sahabat gue yang paling baik"
"Emang sahabat lo siapa lagi selain gue?" canda Rara sambil melepas pelukan Tata.
"Hehehe, lo doang, sih" jawab Tata, mereka pun tertawa bersama.
****

"Hai, sayang. Kok ngelamun aja?" sapa Rara yang melihat Tata termenung di teras rumahnya.
"Sayang, sayang. Gue masih normal. Hehe" jawab Tata yang tersadar dari lamunannya. Rara kemudian duduk dihadapan Tata.
"Gue punya sesuatu buat lo" ujar Rara sambil merogoh sesuatu dari dalam tasnya.
"Apaan, Ra?" tanya Tata penasaran."Taraaaa. . . . , baju" balas Rara, membentangkan baju yang baru saja dibelinya untuk Tata. Tata mengambil baju yang dipengang Rara sambil menatap baju coklat muda yang ada di hadapannya.
"Ini buat gue, Ra?"
"Yap, coba deh! Pasti cukup, soalnya gue milih yang ukurannya XL"

Tata mengerenyit, wajahnya berubah ditekuk.
"Lho! Kok murung gitu, Ta? Lo nggak suka bajunya, ya?"
"Gue suka sama bajunya. Tapi, baju ini muat di badan lo" balas Tata sambil memberikan baju yang dipegangnya kepada Rara.
"Cukup di lo, kok, Ta. Makanya coba dulu, deh"
"Nggak perlu gue coba, gue udah tahu baju itu nggak akan muat di badan gue. Ukurannya aja L"

Rara segera melihat ukuran baju yang ia pegang. Rara hanya bisa menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal.
"Hehehe, kok bisa L, ya, Ta? Maaf, ya, gue nggak tahu. Si Mbaknya salah masukin kali"
"Iya, nggak apa-apa, Ra. Gue ngerti, jadi orang gendut itu emang susah" jawab Tata yang langsung beranjak dari duduknya dan memasuki rumah bercat biru muda itu.
"Yaaah, dia marah. Maaf-in gue, Ta. Gue nggak bermaksud nyinggung perasaan lo"
****

Di Sekolah Tata mulai berubah, dia menjadi tak banyak bicara, apalagi untuk urusan makan. Saat istirahat Rara mengajak Tata yang biasanya semangat untuk ke Kantin. Tapi, kali ini Tata menolak ajakan Rara. "Gue nggak lapar, Ra. Lo aja yang ke kantin".

Sampai hari seterusnya Tata selalu nolak kalau diajak makan. Alasannya banyak dari mulai nggak lapar, lagi puasa, lagi diet, nggak bawa uang, sampai alasan malas makan. Rara juga pernah memberikan cokelat yang paling Tata sukai, kalau ada cokelat itu pasti wajah Tata berubah sumringah dan langsung dimakannya. Tapi, kali ini hanya gelengan dan Tata beralasan "Lagi nggak mau makan cokelat, Ra". Ada yang aneh memang dari sikapnya. Tapi Tata tidak mau bercerita kepada Rara.

Sepulang sekolah, seperti biasanya Rara dan Tata selalu pulang bersama. Rara melihat wajah Tata yang begitu pucat.
"Ta, lo kenapa? Sakit? Muka lo pucat banget, Ta"
"Gue baik-baik aja, Ra"
"Beneran, Ta?"
Tata mengangguk, tiba-tiba saja pandangannya kabur, kepalanya sangatlah pusing.

BUGG...
Dengan wajah gelisah dan perasaannya yang bercampur aduk menunggu hasil pemeriksaan dokter, Rara mencoba menghubungi Ayah dan Ibu Tata, namun tak pernah tersambung. Rara hanya dapat berdoa agar Tata baik-baik saja.

Terlihat laki-laki berkumis dengan jas putihnya keluar dari kamar rawat Tata.
"Dok, keadaan Tata baik-baik aja, kan?" tanya Rara harap-harap cemas.
"Orangtuanya ada?"
"Belum datang, Dok! Saya sahabat Tata"
"Sepertinya Tata diet terlalu berlebihan, kondisi badannya sangatlah lemah. Ditambah pembengkakan lambungnya"
"Astagfirulla" Rara menangis, tubuhnya seakan melemas.
"Tapi, adik tak usah khawatir. Untung saja Tata cepat-cepat dibawa ke RS" Rara bisa sedikit bernafas lega.
"Rara, udah bisa jenguk Tata, Dok?"
"Silakan"
"Terimakasih, Dok"

Rara memasuki ruang rawat Tata, dilihatnya Tata yang belum sadarkan diri. Wajah pucatnya belum menghilang. Tak lama kemudian, kedua orangtua Tata datang melihat keadaan anaknya yang belum tersadar. Mereka berterimakasih pada Rara yang segera membawa Tata ke Rumah Sakit.

15 menit kemudian, Tata mulai membuka matanya. Tata melihat Rara yang tertidur didekatnya.
"Rara" panggil Tata dengan mulut yang tertutup alat oksigen. Rara menegakkan tubuhnya saat melihat Tata siuman.
"Syukurlah, lo nggak apa-apa, Ta! Dokter bilang lo diet terlalu berlebihan. Itu benar, Ta?" Tanya Rara yang langsung menginterogasi Tata.
"Gue cuma pingin punya badan kayak lo. Apa salah gue diet?"
"Nggak salah kok, Ta. Yang salah itu kalau lo diet dengan cara nggak makan apapun. Lo biarkan perut lo kosong. Jadinya gini, kan? Lo masuk RS. Udah tahu lo punya Mag, mag itu nggak boleh telat makan" Rara terlihat kesal akan tingkah Tata.
"Tapi, Ra. . . . "
"Lo ngebahayain diri lo, kesehatan lo, buat keluarga dan gue khawatir"
"Ra, gue capek jadi cewek gendut yang nggak jarang jadi objek hinaan. Gue pingin pake baju yang ukurannya nggak selalu ekstra dan gara-gara gue gendut, gue nggak bisa ikutan cheers" Tata menangis, dan memalingkan wajahnya dari Rara.
"Lo selalu bilang sama gue. Kita itu harus bersyukur sama apa yang kita punya, kita nggak boleh mengeluh. Karena Allah akan marah kalau kita nggak bersyukur. Lo masih inget, kan, kata-kata itu?" Rara menatap Tata lekat-lekat, Tata mengangguk pelan.
"Lihat gue, ya. Ta"

Dont cry, dont be shy.
Kamu cantik apa adanya.
Sadari, syukuri dirimu sempurna.
Jangan dengarkan kata mereka.
Dirimu indah pancarkan sinarmu.

Oh. . .oh . . .oh. . .
Youre beautiful, beautiful, beautiful
Kamu cantik, cantik dari hatimu.

Rara menyanyikan lagu Youre beautiful dan menari ala CherryBelle di depan Tata. Tata hanya tersenyum geli melihat tingkah sahabatnya untuk menyenangkan hati Tata.
"Lo ada-ada aja, Ra" ucap Tata terkekeh.
"Hehehe, Ta, CherryBelle aja bilang kalau lo cantik, mau lo gendut, kurus, langsing, dll. Lo tetap cantik, karena lo cantik dari sini" jawab Rara sambil menunjuk ke tempat dimana hati itu berada.
"Lo bener, Ra. Gue egois, nggak mikirin kesehatan gue. Indah itu ketika kita bisa mensyukuri setiap anugerah yang Allah kasih"
"Betul, 100 deh dari Bu Guru buat Dik Tara" candaan Rara lagi-lagi membuat Tata tertawa dan sangat terhibur.
"Janji ya, lo nggak akan melakukan hal bodoh kayak gini lagi?'' Rara menunjukkan kelingkingnya. Tata mengerti maksud Rara, ia tersenyum dan mengaitkan kelingkingnya ke kelingking Rara.
"Gue janji" tegas Tata.
Manusia memang melihat melalui mata, tapi manusia juga punya mata yang melihat dan merasakan kebenarannya. Mata luar melihat hanya sebatas cover, namun mata hati melihat dan merasakan segalanya.
YOU ARE BEAUTIFUL, GIRLS :)

TAMAT..

PROFIL PENULIS
Nama lengkap Siska Nurtika Aryani, Panggil aja Siska.
Bisa add my Fb : www.facebook.com/Nurtikaaryani

Baca juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.
Share & Like