Cerpen Cinta - Rahasia Antara Kita dan Langit

RAHASIA ANTARA KITA DAN LANGIT
Karya Nita

”... dan akhirnya setelah semua yang telah terjadi, aku juga hanya mencari sosokmu. aku tetap terperangkap olehmu dan tidak bisa lepas darimu. Dan saat langit cerah di pagi hari aku tahu kau sedang tersenyum padaku,saat langit malam tiba kau mendekapku dengan hangat, dan saat langit mendung engkau tengah bersedih...”

Bulan Juni...
Hari ini tetap panas seperti hari-hari kemarin karena sudah memasuki musim kemarau. Tapi meskipun begitu, aku tetap ceria. Karena berekat musim kemarau mulai tiba, setiap hari aku bisa melihat langit cerah di angkasa.
“Selamat pagi, maaf bisa minta tolong?” Seseorang tiba-tiba menyapaku.
“Pagi! Ya? Minta tolong apa?”
“Ruang kemahasiswaan di sebelah mana ya?”
“Oh, itu. Kamu masuk aja lewat pintu utama itu, terus langsung naik ke lantai 2 belok kiri. Ruang kemahasiswaan ada di paling depan.”
“Oh, terima kasih! Ngomong-ngomong, kenalkan aku Irfan. Aku mahasiswa baru di sini.” Katanya lagi sambil mengulurkan tangan.
“Sama-sama! Oh, aku Titania. Selamat datang di kampus ini!”
“Well Titania, see ya!” Ujarnya sambil berlalu.
 





Setelah anak pindahan itu berlalu, aku pun berlalu ke arah kelasku. Sambil berjalan ke arah kelas, aku membuat penilaian tentang anak pindahan itu. “Hmm... cakep juga tuh anak pindahan, ramah pula! Kayaknya nih kampus bakalan heboh deh buat beberapa hari. Yah, lumayan deh, buat hiburan. Heheee” Ujarku dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.
Dan, 4 jam kemudian. Saat jam istirahat tiba, hal yang sudah kuduga terjadi. Semua anak perempuan dari seluruh kelas sibuk mondar mandir di depan koridor kelasku. Hanya sekedar untuk melihat sianak pindahan. Untungnya cowok itu enggak sekelas denganku.

Saat aku sedang asik bercanda dengan temanku di kelas, tiba-tiba.
“Selamat siang! Maaf mengganggu, di kelas ini ada yang namanya Titania?” Seseorang berdiri di ambang pintu kelasku.
“Iya, ada. Kenapa ya?” Indra teman yang duduk di sebelahku bertanya.
“Err... Well, aku mau ketemu aja sih.” Jawabnya santai sambil tersenyum.
“Oh.. Nih orangnya duduk di sebelahku.” Jawab Indra sambil menunjuk ke arahku yang sekarang justru asik menatap layar laptop Eza. “Woi! Tan!! Kamu dicari tuh.” Teriak Eza sambil menyenggol lenganku.
“Heh? Siapa?”
“Tuh, yang berdiri di pintu.” Unjuk Eza dengan memonyongkan bibirnya.
“Eh, Kak Irfan?! Ada apa kak?” Kataku sambil berjalan menuju ke arahnya.
“Well. Aku rasa aku agak sedikit lapar, dan aku mau ngucapin terima kasih atas bantuan kamu tadi pagi. So, kamu bersedia buat aku traktir?” Ujarnya tanpa basa basi.
“Hah?? Well.. kakak jujur juga ya.” Ujarku sambil tersenyum. “Ngomong-ngomong mau traktir aku apa nih? Yakin sanggup bayarin makanan ku?” Sambugku.
“I’m sure that I can.” Jawabnya singkat sambil tersenyum.
“Well. Let’s go!” “Dan kamu dapat skor plus lagi atas keramahanmu di list yang ada dalam otakku.” Ujarku dalam hati sambil berjalan di depannya.

Setelah hari itu, dia sering mengunjungi kelasku setiap jam istirahat. Dan dia juga jadi sering mengikuti aktifitasku di kampus. Seperti misalnya hari ini. Aku ada jadwal ekskul, dan dia ada di sini juga dalam ruangan ini. Sambil terus memandang ke arahku selama Pak Herman menjelaskan tentang jadwal baru ekskul kami.
“Well, nih cowok mulai aneh. Dan jujur, aku mulai Geer nih sama tingkahnya.” Ujarku dalam hati. Sambil terus melamun, tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara tepuk tangan riuh semua teman-teman yang berada di ruangan.
“Ada apa?” Tanyaku pada tyo yang duduk di sampingku.
“Anak baru diminta buat unjuk kemampuan tuh.” Ujarnya cuek sambil ikut tepuk tangan dengan muka malas. Dan aku hanya bisa ikut-ikutan tepuk tangan sambil geleng-geleng melihat tingkah sahabatku ini.
Dan beberapa detik kemudian kelas hening dan berganti dengan dentingan piano yang mengalunkan lagu As Love is My Witness milik Westlife. Dan itu adalah lagu pavoritku! Dan refleks aku dan teman-teman ikut bernyanyi hingga lagunya usai. Dan 1 rekor lagi yang dia pecahkan.

Bulan Agustus...
“Akhirnyaaaa!!! Ujian selesai! Ahh aku bisa merilekskan otot dan otakku nih kayaknya.” Ujar Ina ceria, saat keluar kelas setelah ujian terakhir yang kami lalui selama seminggu ini berakhir.
“Iya. Ada yang punya rencana buat hang out gag nih?” Risa menambahkan sambil menggandengku.
“Well. Aku sih ngikut aja.” Kataku sambil tetap fokus pada iPhone ku.
“Kalo kalian gimana?” Kata Risa lagi sambil memandang 3 taman lain yang masih berdiri dengan wajah yang kuyu.
“Terserah aja deh. Aku ikut, yang penting jangan hari ini. Aku mau langsung pulang dan tidur aja nih. Ngantuk banget, gara-gara belajar ngebut tadi malam.” Cris berujar sambil berlalu.
“Eh??? Gag seru dong! Gimana kalo kita ke salon aja?” Chacha mengusulkan. “Dan kamu Cris, kamu bisa tidur di sana. Aku butuh creambath nih.” Sambungnya.
“Hah??? Salon!!! Aku gag ikut.” Ujarku langsung.
“Ups! Sayang babe, kamu kalah suara untuk saat ini. Karena Cuma kamu sama Sinta aja yang pasti gag setuju ke salon, sementara kami ber-5 setuju. Jadi, kita kan pergi ke salon sekarang!” Neney menambahkan sambil langsung menyeretku menuju mobilnya. Disusul oler Chacha dan yang lain.

Dan selama 3 jam aku terkurung di salon. Well, aku memang tiak begitu suka untuk berlama-lama di salon. Aku hanya pergi ke salon untuk memotong rambutku. Beda dengan sahabatku yang lain. Mereka rela berjam-jam hanya untuk mengurus kuku mereka di salon.
“Ngomong-ngomong Ta, aku mau tanya nih sama kamu.” Chacha memulai pembicaraan.
“Hmm??”
“Kamu ada hubungan spesial apa sama kak Irfan? Kalian akhir-akhir ini makin deket aja deh.” Ujarnya lagi.
“Nothing! Just friend. Why?”
“Just curious! Soalnya di antara ratusan cewek yang mengejar-ngejar dia di kampus dan di luar, dia malah justru respect sama kamu. Padahal kamu itu kan tomboy.”
“Wow!! Mungkin itu karena my inner beauty.” Jawabku sambil cengengesan.
“Please Ta. Ini gag lucu. Okay? Kami serius.!” Neney angkat bicara. “Soalnya ngelihat gelagatnya dia kayaknya suka kamu, dan terus terang hampir separo cewek di kampus tuh iri sama kamu.” Sambungnya.
“So, what I’m must to do? Kalo kalian bilang jauhin dia, maaf I can’t.” Jawabku.
“Kamu tertarik sama dia? No, kamu jatuh cinta sama dia?” Chaha bertanya.
“Hmmmm kalo jatuh cinta sih aku gag bisa jamin. Tapi kalo tertarik, ya. Aku tertarik sama dia.”
“Well, kalo udah gini sih kami gag bisa apa-apa. Cuma bisa bilang hati-hati sama orang-orang yang ada di sekelilingmu aja. Soalnya banyak banget cewek yang iri sama kamu.” Ujar Neney.
“Bener banget! Sebelum dekat sama dia aja kamu udah banyak yang iri sama kamu karena prestasi kamu.” Chacha menambahkan.
“Well, kayaknya pembicaraannya udah selesai. So, berapa lama lagi nih aku dipenjara di sini? Aku perlu balik lagi ke kampus jam setengah 4. Oke?” Ujarku di tengah-tengah kesibukan para temanku memilih warna kutek yang pas untuk kuku mereka.
“Balik lagi? Kenapa?” Tanya Neney gusar mendengar pernyataanku.
“Well, kuharap kalian gaga lupa kalau aku harus latihan buat acara penutupan class meeting nanti. Dan lagi, motorku masih di kampus sayang.”
“OMG! Aku hampir lupa soal itu.” Neney berujar. “Tapi kalo kamu mau balik ke kampus kamu sama siapa? Kalo sama Sinta gag mungkin kan, soalnya dia lagi luluran tuh sama Ina juga Cris.” Tambahnya.
“Aku bakalan minta jemput Tyo atau Indra. Kan kami 1 klub.”
Dan 5 menit kamudian Tyo datang. Kemudian kami langsung berangkat ke kampus.

Akhir bulan Agustus...
Kegiatan class meeting sudah dimulai. Acara ini akan diselenggarakan selama kurang lebih 2 minggu. Semua klub mempersiapkan diri masing-masing untuk kompetisi. Dan setiap kelas mempersiapkan bazaar.
“Acaranya seru banget ya.” Ujar kak Irfan sore itu.
“Iya dong. Ini cuma ada dalam satu tahun sekali.” Jawabku.
“Hmm. Ngomong-ngomong kelas kamu bikin apa?”
“Oh, kelasku bikin cafe kak. Kakak mau coba mampir?
“Cafe??? Hm. Sounds good! Let’s go!” Ujarnya sambil mearik tanganku.
Sesampai di cafe kelasku, kak Irfan mengambil tempat duduk di pojok dan melihat menu. Lalu memesan puding caramel dan ice lemon tea. Dan teman-teman lelakiku yang juga kebetulan satu klub musik dengan kami segera berkumpul mengelilingi meja kaka Irfan, dan aku langsung mengganti posisi mereka untuk melayani tamu yang hadir.

Reff lagunya Adelle, Someone Like You mengalun dari handphoneku. Tanda ada sms yang masuk. Dan ternyata itu dari kak Irfan.
“Hi! ”
“Hallo!”
“Sibuk banget nih kayaknya. Sampe2 aku dilupain. T___T”
“Oopss!!! >_< Maaf! Soalnya ada anak2 klub di situ, lagian kami kekurangan pelayan nih, gara2 kka menarik semua pelayanku mngellingi meja kka. *Merengut”
“Ohh.. sorry. Kalo gitu, biar aku usir mereka gimana? ”
“Jangan deh. Lagian udah mau ganti shift juga nih. ”
“Kalo gitu, kamu pulang nanti sama siapa?”
“Sendiri kak.”
“Bawa motor gag?”
“Bawa.”
“ya udah kalo gitu, kerja aj gih lagi. ”
“Okay! ”

Jam 5 sore, bazaar tutup. Dan kami siap-siap pulang. Setelah selesai beres-bees, aku bergegas pulang. Sesampai di rumah aku langsung mandi dan makan, saat kembali ke kamar dan melihat handphoneku, ku lihat ada 3 panggilan dan 2 sms yang semuanya dari kak Irfan.
“Hai! Dah di rumah belum? ”
“Hai! Dan di rumah belum? Tadinya aku mau nelpon tapi gag kamu angkat, jadi ku fikir kamu lagi sibuk. Jadi aku kirim pesan lagi. ”

Aku ragu sejenak, “Balas gag ya pesannya??” ujarku dalam hati sambil mondar mandir. Dan kemudian aku memutuskan untuk membalas.
“Maaf kak baru malas. Soalnya td ak mandi sm mkan dlu. Jd ak gg tau klo kkak ad telpn sma sms. >_<” dan tidak sampai satu menit pesanku sudah dibalas.
“Oh, iya gpp kog. Sekarang lg apa?”
“cepat juga ngetik pesannya” kufikir. “Lagi istrhat aj nih ka, smbl dngerin lgu referensi buat tmpil nnti. Klo kka?”
“Lg santai aj nih, ngomong2 soal malam puncak. Itu tinggal 3 hari lagi ya.”
“Iya kak, jd ggp nih. Hee...”
“Gag usah gugup, kan ada aku. Hehee”
“Eh??? Emang kaloada kakak aku gag bakalan gugup lagi ya?”
“Iya dong. Kan semua penontonnya ngelihat ke arahku, bukan ke kamu. Hahahaaaa.... ( ^∇^) “
“Ehh... Kalo gitu percuma dong aku tampil. T__T”
“Gag kog,, becanda... Emang nanti mau nyanyi lagu apa?”
“Hmmm... Masih agak bingung nih... >_<”
“Loh, kog bingung??? Jgn bngung dong.  Mau ak bntu?”
“Hmm kyknya ga usah deh. Ak mw usha sndri dlu. Hee... By d’way, aku udah ngantk nh kak. Tdur dlu ya. ^^ Nite! =.=Zzzzzzz”
“Nite! Have a nice dream! ^^”

Dan satu menit kemudian aku sudah hanyut dalam tidur nyenyakku.
Malam Puncak pun tiba. Dan banyak band dari kelas lain juga kampus lain yang sudah tampil. Dan kini tiba saatnya band kelasku yang tampil. Awalnya aku gugup dan khawatir kalau-kalau lagu yang kami bawakan tidak mendapatkan respon dari penonton. Tapi ternyata aku keliru. Hingga lagu berakhir semua penonton sangat antusias mendengarkan lagu kami. Bahkan ada yang jingkrak-jingkrak saat Tyo menyanyikan Reff lagu what makes you beautifulnya One Direction. Usai band kami tampil, band Irfan pun tampil dan kemudian diselingi oleh band dari luar kampus.
Dan sekarang, adalah pengumuman pemenang kompetisi.
“Selamat Malam semuaaaaa!!! Masih semangat??!!!!” Teriak MC yang disambut dengan teriakan riuh dari para penonton. “Well, sekarang sudah tiba saatnya saya mengumumkan pemenang pentas seni malam ini. Tapi sebelumnya, ada teman kita yang mau mempersembahkan sebuah lagu buat someone special. Nah, teman-teman. Mari kita sambut IRFAANNN!!!!” Teriaknya yang disambut dengan teriakan riuh dari seluruh penonton. Dan kak Irfan, terlihat percaya diri naik ke atas panggung dengan menenteng gitar.
“Ehm, Oke, Oke. Be quiet please... terima kasih atas antusiasmenya semua. Malam ini saya akan menyanyikan sebuah lagu yang mewakili perasaan saya, dan lagu ini saya persembahkan kepada seorang someone special yang mampu membuat saya tidak tidur semalaman hanya karena teringat akan senyumannya.” Ujar Irfan yang langsung disambut tepuk tangan riuh dan teriakan dari para penonton.

Ketika..
Kau lewat...
Bumi tempatku berdiri...
Kedua mata ini...
Tak berkedip...
Menatapi...
Pesona...
Indah wajahmu mampu mengalihkan duniaku...
Tak henti membayangkanmu...
Terganggu oleh wajah cantikmu...
7 hari dalam seminggu hidup penuh warna,
Kuselalu mendekatimu memberi tanda cinta.
Engkau wanita tercantikku,
Yang pernah kutemukan.
Wajahmu mengalihkan duniaku.
Pesonamu...
dan wajahmu...
Mengalihkanku...
Pesona, indah wajahmu.
Mampu mengalihkan duniaku.
Tak henti membayangkanmu terganggu oleh cantikmu...

Lagu Afgan mengalun dengan lembut dibawakan oleh Irfan. Dan tentu saja berhasil membuat hampir seluruh wanita yang berdiri di depan panggung merona. Setelah lagu usai, Irfan masih duduk di atas panggung dan tersenyum puas. Dan kemudian MC kembali masuk sambil membawa seikat bunga mawar putih dan menyerahkannya pada Irfan.
“Terima kasih.” Ujarnya setelah menerima bunga tersebut yang dibalas dengan anggukan oleh MC. “Well, malam ini aku mau membuat pengakuan. Terus terang aku sudah suka seorang cewek sejak aku pertama bertemu dengannya. Dia gadis yang manis, cerdas, mandiri, dan juga baik hati tentunya. Tapi sayangnya dia kurang peka terhadap perasaanku. Saat semua orang di sekelilingnya sudah menangkap sinyal cintaku, dia tetap cuek saja. Jadi malam ini aku akan mengungkapkan perasaanku padanya.” Para penonton langsung berteriak mendengar ucapannya. Dan aku makin terseok-seok di tengah kerumunan karena para gadis berebut untuk berada di posisi paling depan. Karena merasa lelah, aku berbalik dan ingin pergi ke belakang panggung, dan tiba-tiba..
“Titania! Would you be my girlfriend?” Teriaknya melalui pengeras suara yang serentak membuat kehebohan tersebut jadi hening. Dan lampu sorot yang tadinya menyorot Irfan, kini semua tertuju ke arahku.
“Hah?!!” Ujarku. Dan Tyo serta anggota band yang lain langsung berteriak “Terima! Terima! Terima!” Yang kemuadian diikuti oleh seluruh orang yang menonton.
“Titania, maukah kamu jadi pacarku? Tolong jawab.” Sambungnya lagi dan langsung turun dari atas panggung menuju ke arahku. “
“Ahh... Aku harus jawab sekarang ya?” Kataku.
“Iya, sekarang dan di sini.”
Aku terdiam dan akhirnya ku iyakan saja pernyataannya. Dan tidak aku sangaka hubungan kami pun berlanjut hingga kami sama-sama selesai menimba ilmu di universitas. Dan kami telah bekerja, meskipun pada akhirnya kami bekerja di tempat yang terpisah. Tapi hubungan kami masih baik-baik saja, meskipun ada pertengkaran, itu hanyalah pertengkaran kecil yang hanya berlangsung sebentar saja.
5 Tahun kemudian, di bulan Januari...

Matahari pagi mengintip dari celah jendela kamarku. Setelah hujan deras mengguyur bumi selama hampir seminggu, akhirnya hari ini matahari muncul juga. Hari ini aku dan Irfan berencana untuk fitting gaun pengantin. Tepat pukul 8 pagi Irfan sudah datang menjemputku, dan kami pun berangkat.
“Kamu udah sarapan?” Tanya Irfan.
“Em. Udah!”
“Syukur deh. Ngomong-ngomong hari ini cerah ya, langitnya bagus banget.” Katanya lagi.
“Iya, kamu mau lihat langit ya? Kalo kamu mau lihat langit, kita bisa pergi ke tempat biasa buat lihat langit habis fitting nanti.”
“Serius nih??? Iya aku mau! Gimana kalo sekalian piknik?”
“Aku sih terserah kamu aja.”

Dan hari itu kami habiskan di tempat biasa yang merupakan sebuah perbukitan dengan rerumputan hijau, memandangi langit sambil membicarakan tentang renacana hidup masa depan kami berdua. Aku dan Irfan tak terasa sudah bersama selama 5 tahun, dan itu sudah lebih dari cukup bagi kami untuk saling mengenal pribadi satu sama lain. Dan kini kami berencana untuk menikah. Aku rasa kami sudah sangat bahagia saat ini, tapi hari esok tetaplah tak mampu untuk ditebak.
“Kamu tahu gag kenapa aku suka langit?” Tanya Irfan tiba-tiba hari itu.
“Gag, emang kenapa?”
“Karena dari langit kita bisa melihat apa saja yang ada di bumi.” Katanya sambil tersenyum dan menerawang ke arah langit. “Aku berharap, saat aku mati nanti aku akan ada di langit. Dan aku akan bisa mengawasimu dari sana. Selalu ada untukmu saat hujan maupun panas.” Katanya sambil tetap menerawang.
“Apaan sih, ngomong aneh gitu.” Ujarku sambil berusaha tidak menghiraukan perkataannya. Dan dia hanya tertawa.

Bulan Juni..
Pernikahan kami tinggal dua minggu lagi. Aku dan dia sepakat untuk melaksanakan akad nikah di tempat kelahiranku, dan hari ini kami bersiap untuk kembali ke kampung halamanku setelah mengambil gaun pesanan. Awalnya semua baik-baik saja, sampai akhirnya kejadian yang tak diharapkan terjadi. Tiba-tiba truk besar yang menyalip mobil kami terbalik dan spontan ayah Irfan yang menyetir mobil membanting setir ke kiri dan menabrak pembatas jalan, dan setelah itu semuanya gelap.


Saat aku tersadar, aku berada di rumah sakit. Dan seluruh keluarga berkumpul di sana. Semua orang lengkap kecuali Irfan dan ayahnya. Ibu Irfan memberi tahu bahwa ayah Irfan masih di UGD dan belum sadarkan diri. Sementara Irfan tak bisa diselatkan. Aku tidak tahu harus bagaimana, aku ingin menangis tapi air mataku tidak mau keluar dan pikiranku kosong. Semuanya terjadi begitu cepat, terlalu cepat malah. Dia bahkan tidak mengucapkan perpisahan padaku.

Bulan Juni...
2 Tahun berlalu semenjak kematian Irfan, tapi segalanya masih terlintas jelas di benakku. Dan hari ini, di hari yang sama dengan 2 tahun yang lalu aku mengunjungi Irfan. Aku kembali mengenang segala kenangan yang kami lalui 7 tahun yang lalu, dan aku tersenyum setiap mengingatnya. Aku tahu Irfan ada di langit sana dan mengawasiku. Dan aku tahu ia tidak senang jika aku menangis.

“Dan akhirnya setelah semua yang telah terjadi, aku juga hanya mencari sosokmu. Aku tetap terperangkap olehmu dan tidak bisa lepas darimu. Dan saat langit cerah di pagi hari aku tahu kau sedang tersenyum padaku,saat langit malam tiba kau mendekapku dengan hangat, dan saat langit mendung engkau tengah bersedih. Irfan, aku mencintai langit karena langit itu adalah kamu. Terima kasih atas segala cinta yang telah kamu berikan selam ini Fan, kamu tetap ada di dalam hatiku...” Bisikku lirih pada nisan yang ada di hadapanku.

PROFIL PENULIS
Nama : Nita
Alamat : Palangkaraya, Kalimantan Tengah
Hobby : Membaca, Jalan-jalan, Mendengarkan Musik

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya
Share & Like