ADA PELANGI DI BALIK AWAN YANG ITU
Karya Nur Darmawansyah (Wawan)
Awan, dan pelangi.. Mngkin jika kamu mndngar kata itu, yg tersirat di benakmu adalah pemandangan langit yang begitu indah.. Dan di hiasi oleh kedua objek yang saling melengkapi. Yah, memang itu yang seharusnya dibayangkan..
"ayo Awan, nanti keburu tlat lihatnya! Yang cepat dong!" kata seorang wanita yang mendahuluiku berlari ke atas bukit. "iya.. Iya.. Sabar sedikit dong, Langi'.. :p" jawabku dengan mengucapkan nama ejekannya. "eits..! Tadi kamu bilang apa?" tanyanya sambil berjalan ke arahku. "ngg.. Nggak kok, aku cuman mau blang kalau aku ini capek tau habis gendong kamu dari kaki bukit yang di bawah itu". "kamu nya sih enak, cuman setengah perjalanan aja ngerasain capeknya" sambungku. "bohong saya jewer! Tadi saya denger kamu bilang Langi'.. Udah! ngaku aja, Awaw:p" responnya sambil menyebut nama ejekanku juga. "iii.. Siapa juga yang bilang Langi', orang cuman bilang itu doang kok. Nggak pake Langi', dasar congek! :p" ejekku sambil mencoba menyangkal. "alah.. Nggak usah bohong deh! Telingaku ini tuh ngak bermasalah tau! Jadi, mana mungkin salah dengar.. Dasar, Awaw bego!" ejeknya sambil membela diri yang tak mau di kalah. "eh.. Berani kamu yah? Ngatain saya bego lagi. Sini kamu!" tegasku yang berhasil meraih tangannya dan menggenggamnya cukup lama.
Karya Nur Darmawansyah (Wawan)
Awan, dan pelangi.. Mngkin jika kamu mndngar kata itu, yg tersirat di benakmu adalah pemandangan langit yang begitu indah.. Dan di hiasi oleh kedua objek yang saling melengkapi. Yah, memang itu yang seharusnya dibayangkan..
"ayo Awan, nanti keburu tlat lihatnya! Yang cepat dong!" kata seorang wanita yang mendahuluiku berlari ke atas bukit. "iya.. Iya.. Sabar sedikit dong, Langi'.. :p" jawabku dengan mengucapkan nama ejekannya. "eits..! Tadi kamu bilang apa?" tanyanya sambil berjalan ke arahku. "ngg.. Nggak kok, aku cuman mau blang kalau aku ini capek tau habis gendong kamu dari kaki bukit yang di bawah itu". "kamu nya sih enak, cuman setengah perjalanan aja ngerasain capeknya" sambungku. "bohong saya jewer! Tadi saya denger kamu bilang Langi'.. Udah! ngaku aja, Awaw:p" responnya sambil menyebut nama ejekanku juga. "iii.. Siapa juga yang bilang Langi', orang cuman bilang itu doang kok. Nggak pake Langi', dasar congek! :p" ejekku sambil mencoba menyangkal. "alah.. Nggak usah bohong deh! Telingaku ini tuh ngak bermasalah tau! Jadi, mana mungkin salah dengar.. Dasar, Awaw bego!" ejeknya sambil membela diri yang tak mau di kalah. "eh.. Berani kamu yah? Ngatain saya bego lagi. Sini kamu!" tegasku yang berhasil meraih tangannya dan menggenggamnya cukup lama.
Tiba-tiba, suasana menjadi hening. Hempasan angin dan dedaunan kering yang berguguran membuat suasana semakin hening, tenang, dan.. Entah perasaan apa yang timbul setelah itu. Desiran darah seolah mengalir begitu cepat dan begitu pun dengan jantungku, serasa berdegub begitu kencang. Apakah ini yang namanya cinta...??
Karena tanganku masih menggenggam tangannya, ia tiba-tiba menepis genggamanku dan membalikkan pandangannya ke arah lain, kemudian Ku lihat mukanya agak sedikit memerah. "apakah dia merasakan hal yang sama?" tanyaku dalam hati. "udah ah! kita lanjutin lagi jalannya, nanti keburu telat lagi ngelihat pelanginya." cetusnya dan mulai melanjutkan langkah lagi. tapi, kali ini suaranya agak pelan tak seperti tadi. "i,i.. Iya.." jawabku dan mulai melanjutkan langkah lagi.
"hoy!! Pagi-pagi ngelamun lo? Ngelamunin apaan?" suara dari depan meja tiba-tiba saja memecahkan lamunanku. "eh, Afil.. Nggak kok, gue cuman ngantuk aja." sangkalku yang memang tidak pernah berbagi tentang masa lalu kepada siapapun, Baik itu sahabat maupun teman seperti Afil ini. "ooo.. Eh, tugas matematika kemarin udah lo kerjain? Lihat dong..?" tanyanya dengan sedikit berharap aku akan memberikan tugasku itu. "iya.. Iya.. Nih, lihat aja. Sampai lo puas!" responku sambil menyodorkan tugas yang dimaksud. "oke.." jawabnya yang tiba-tiba menarik tugas tersebut dan mulailah ia menyalin.
Karena tanganku masih menggenggam tangannya, ia tiba-tiba menepis genggamanku dan membalikkan pandangannya ke arah lain, kemudian Ku lihat mukanya agak sedikit memerah. "apakah dia merasakan hal yang sama?" tanyaku dalam hati. "udah ah! kita lanjutin lagi jalannya, nanti keburu telat lagi ngelihat pelanginya." cetusnya dan mulai melanjutkan langkah lagi. tapi, kali ini suaranya agak pelan tak seperti tadi. "i,i.. Iya.." jawabku dan mulai melanjutkan langkah lagi.
"hoy!! Pagi-pagi ngelamun lo? Ngelamunin apaan?" suara dari depan meja tiba-tiba saja memecahkan lamunanku. "eh, Afil.. Nggak kok, gue cuman ngantuk aja." sangkalku yang memang tidak pernah berbagi tentang masa lalu kepada siapapun, Baik itu sahabat maupun teman seperti Afil ini. "ooo.. Eh, tugas matematika kemarin udah lo kerjain? Lihat dong..?" tanyanya dengan sedikit berharap aku akan memberikan tugasku itu. "iya.. Iya.. Nih, lihat aja. Sampai lo puas!" responku sambil menyodorkan tugas yang dimaksud. "oke.." jawabnya yang tiba-tiba menarik tugas tersebut dan mulailah ia menyalin.
Oh iya.. Aku belum memperkenalkan diri. Namaku Awan, kini umurku sudah 17 tahun. Aku duduk di bangku kelas 3 SMA, aku salah satu murid yang alhamdulillah boleh di bilang cerdas. dan perempuan yang ada di lamunanku tadi itu, namanya Pelangi. dia sahabatku waktu SMP dulu. Sahabat yang nyaris saja menjadi pacar. Nyaris memang, ini semua karena ketidak PD-an dan ketakutanku yang mungkin akan mendengar kata "tidak". Pelangi memang cantik. rambut yang lurus, kulit yang putih bersih, mata yang tidak belo' dan juga tidak sipit membuat dirinya semakin indah jika di pandang. dia juga cerdas, supel, baik lagi. Tidak sedikit juga lelaki yang ingin menjadi pacarnya. tetapi entah karena apa, ia menolak semuanya. Sekalipun lelaki yang banyak di taksir cewek-cewek juga. Aku juga bersyukur bisa akrab dengannya dahulu walaupun bukan dengan gelar pacar, hanya sahabat. Tapi aku sudah cukup senang kok, karena bukan hanya di sekolah saja kita biasanya bertemu. Di hari-hari liburpun kita sering janjian untuk keluar walaupun cuman untuk makan bakso. tetapi yang paling sering, setiap habis hujan kami biasanya pergi melihat pelangi di puncak bukit yang kebetulan tak jauh dari rumah kami juga.
"Nah, sekarang kita sudah sampai. Ayo Awan, gelar tikarnya!" pintah Pelangi yang tak sabar ingin duduk sambil memandang langit yang indah itu. "iya.. Iya.. Nyonya besar. nih, tikarnya sudah bisa di dudukin.." canda ku sambil merapikan sedikit posisi tikar. "eh.. eh.. Jangan bilang gitu dong, kan nggak enak jadinya." cetus pelangi yang telah duduk manis di atas tikar. "lagian, elo sih! Dari tadi bisanya cuman nyuruh-nyuruh aja." sangkalku yang mulai mengeluarkan minuman dan cemilan dari dalam tas. "weleh.. sadar sedikit dong! Kamu kan cowok, sudah pantasnya kan menolong saya yang lemah nan rapuh ini..?" bela nya sambil memasang wajah yang manja. "iya deh, aku ngalah aja.. " pasrahku yang di kalah debat. "nah.. Gitu dong. Eh, lihat-lihat! Ada pelangi di balik awan yang itu" sahut Pelangi sambil menunjuk-nunjuk ke arah objek yang di maksud. "mana? mana?" tanyaku sambil menoleh kiri kanan menatap langit. "Itu, yang di sana itu.. Masa kamu nggak lhat sih?" jelas Pelangi. "ooh.. Iya iya, aku sudah lihat. Indah yah? Ada awannya lagi." kagumku yang telah menemukan pemandangan indah itu. "berarti, begini dong..?" canda Pelangi yang tiba-tiba saja berlindung di balik pungggungku dengan tujuan untuk meniru posisi dari pemandangan indah itu (Pelangi di balik Awan). "haha, btul juga yah? Jika sperti ini, posisi kita jadi sama dengan pelangi di balik awan itu. Hahaha.." responku dengan sedikit tertawa terbahak-bahak. "Pelangi memang indah yah? Sudah indah, cerdas lagi.." bangga Pelangi yang berhasil menemukan kesamaan kita dengan pemandangan itu. "iya deh, kamu memang nggak ada duanya.. Tapi kalau cuman dalam hal bercandaan doang yah? Hehe.." kagum sekaligus ejekku kepada Pelangi sambil mengetok dahinya. "auw.. Sakit bego!" keluh pelangi. "biarin.. :p" ejekku.
Kami pun menikmati cukup lama desiran alam, pemandangan, dan yang pasti, cemilannya.. Hehe, sambil berbagi cerita, pengalaman, canda, maupun tawa sampai kita lupa waktu saja. Sungguh, ini adalah moment-moment yang sangat indah.
"Brak!!" suara dobrakan pintu tiba-tiba saja memecahkan lanjutan dari lamunanku. Dan yang muncul dari pintu adalah Enden, orang yang selalu membawa kabar baru ke kelas dengan tujuan biar kelas kita tidak ketinggalan informasi. "hey, bro and sist..? Kali ini ada kabar baru lagi, dan kabar ini mungkin lebih untuk ke cowoknya doang yah..?" sahut Enden dengan aksen yang khas. "memangnya ada kabar apaan sih?" tanya Afil yang mungkin juga penasaran. "jadi gini bro, di semester terakhir ini ada anak baru, cewek loh! Dan yang pasti, kalau lo lihat dia, gue yakin, lo bakalan langsung naksir! Asli! Gue aja langsung terpesona waktu ngelihatnya tadi." jelas Enden. "yang bener lo?" tanya Afil lagi yang makin penasaran. "bener lah. kalau nggak percaya, lihat aja sendiri! Dia ditempatkan di kelas sebelah. Dan, tadi gue lihat dia lagi duduk duduk santai di depan kelasnya." jelas Enden lagi. Tanpa menjawab, Afil dan teman-teman yang ikut mendengar langsung saja menuju ke pintu kelas untuk melihat wanita yang di maksud. "Wan, lo pernah bilang ke gue kalau lo nggak bakalan pernah tertarik dengan cewek-cewek di sekolah ini kan? Gue yakin, setelah lihat yang satu ini lo bakalan langsung naksir! Percaya deh! Ke sini aja lihat sendiri!" goda Afil agar aku mau melihat anak baru itu. Dengan bermalas-malasan, aku mulai melangkahkan kaki menuju pintu. Dan ternyata benar kata Afil, wanita itu memang sangat cantik dan menawan. "di,,di,diakan Pelangi?" tanyaku dalam hati yang berharap-harap cemas.
"Awan, aku mau ngomong sesuatu." sahut Pelangi sambil bersandar di bahuku, yang di mana kita masih berada di puncak bukit itu. "mau ngomong apa?" tanyaku. "mungkin, ini terakhir kalinya kita bakalan bareng-bareng seprerti ini." jelas Pelangi yang membuat dadaku terasa sesak karena perkataannya itu. "emangnya kenpa? Lo sudah punya pacar? Jadi takut kalau pacarmu bakalan cembru karena ngelihat kita selalu bersama?" pertanyaanku yang bertubi-tubi membuat Pelangi semakin enggan untuk menjelaskan. "bu,, bu,, bukan karena itu. Setelah penerimaan ijazah kelulusan besok, mungkin aku akan sibuk mengurusi kepindahanku ke tempat lain." jelas Pelangi. "kenpa harus pindah?" tanyaku. "kamu tahu kan kalau ibuku sudah bertahun-tahun mengalami sakit parah? Penanganan medis di kota ini nggak bisa menyanggupi penanganan untuk ibuku saat ini. jadi kita sepakat akan pindah ke ibu kota untuk penanganan yang lebih terjamin." jelas Pelangi lagi. "ooo.. Begitu, ingat-ingat gue aja yah? Muda-mudahan ibu kamu bisa langsung sembuh setelah pindah nanti." doaku kepada ibunya Pelangi. "Amin Ya Tuhan.. Makasih ya Awan.. Tenang aja, gue nggak bakalan pernah ngelupain elu kok ;)" janji Pelangi.
Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman. sungguh, ketidak beranianku waktu itu membuat diri ini selalu menahan-nahan perasaan untuk menyinggung ataupun membicarakan tentang perasaanku kepadanya.
Ingin sekali ku rasa untuk mencegat kepergiannya. tetapi aku sadar, aku dan dia tidak berada dalam satu ikatan.
Ingin sekali rasanya lengan ini memeluknya, tetapi aku tetap sadar kalau aku ini bukan siapa-siapanya dia.
Aku hanya bisa pasrah dan tabah saja menerimanya.
Akhirnya aku harus merelakan kepergian sosok seseorang yang ku sayang.
Esok dan seterusnya, tak akan ada lagi senyuman indah yang menemani hari-hariku.
Tak akan ada lagi pelangi yang indah di pucak bukit.
Aku harus menerima semua itu..
"halo? Maaf, kamu Awan kan?" suara lembut dan indah tiba-tiba saja memecahkan lamunanku lagi. Akhir-akhir ini aku memang sering melamun yah?
Ternyata suara itu adalah suara milik si siswi baru yang dari tadi telah berada di depanku. "nghh.. Maaf, aku ngelamun lagi. Tadi kamu bilang apa?" tanyaku yang sedikit bingung. "kamu Awan kan?" jelas siswi baru itu. "iya, aku Awan. Kamu sendiri Pelangi kan?" tanyaku yang berharap dia benar-benar Pelangi. "hmm, bukan. Aku Putri, Putri Pelangi. Mungkin orang yang kau maksud adalah adik saudari kembarku, dan aku sendiri adalah kakak saudari kembarnya Pelangi. "hahh? Jangan bercanda deh, dari dulu kamu nggak pernah berubah yah? Suka bercanda!" responku yang tidak percaya. "memangnya Pelangi tidak pernah cerita yah?" tanya siswi baru itu. "nggak.." jawabku. "Oh.. Iya! aku baru ingat! Kami kan bertemu baru 2 tahun yang lalu. Dan Pelangi pindah dari daerah ini sejak 3 tahun yang lalu, jdi mana mungkin kamu bisa tau." jelas siswi baru itu yang mengaku sebagai saudari kembarnya Pelangi. "ohh.. Begitu yah? Trus Pelangi nya sekarang ada di mana? Aku kangen banget nih..! Nggak sabar pengen mengajaknya lagi ke puncak bukit.!" tanyaku yang memang sangat rindu kepada Pelangi. "ngg.. Kalau masalah itu.. Pelangi.." jawabnya dengan rasa enggan. "Pelangi kenapa? Dia tidak kenapa-kenapa kan?" tanyaku yang mulai merasa risau. Tanpa menjawab pertanyaan, Putri malah memberiku informasi yang menggantung "nanti sepulang sekolah, kita bertemu di gerbang sekolah yah? Aku akan menjelaskan semuanya"
bel masuk telah berbunyi, dan terpaksa aku harus menahan dulu keingin tahuanku tentang keberadaan dan kondisi Pelangi saat ini. Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia masih Pelangi yang dulu? Pelangi yang selalu ku impikan, dan Pelangi yang selalu ku rindukan?
"kring.. Kring..!! Kriingg!!" suara bel sekolah pertanda sudah waktunya bagi para siswa siswi untuk pulang. Ku percepat langkahku menuju ke pintu gerbang sekolah dengan tujuan agar aku lebih duluan berada di gerbang dibanding Putri. Muda-mudahan dengan melakukan ini, Putri bisa melihat keseriusanku demi bertemu Pelangi. "hey, sudah lama?" suara dari belakangku yang ternyata itu suaranya Putri. "eh, nggak kok, baru aja nyampe." jawabku spontan. "oh.. Kalau begitu kita langsung aja ke rumah ku yah? Deket kok dari sini. Aku yakin, Pelangi pasti senang kalau melihat kamu." janji Putri dengan pasti dan kami pun memulai langkah menemui Pelangi.
Setelah berjalan tidak begitu lama, kami pun telah sampai ke tempat yang di tuju. Putri dengan senyum manisnya dan kesenangan hatinya langsung saja mempersilahkanku masuk dan menyuruhku duduk di sofa ruang tamunya . "kamu mau minum apa?" tanya Putri sambil melangkah menuju ke dapurnya. "nggak usah nggak usah, aku cuman ingin menemui Pelangi aja, udah gak sabar banget nih." tolak ku yang sudah tidak sabar lagi ingin bertemu pelangi. "wah..wah.. Udah kangen banget yah? Iya deh.. Kalau begitu kita langsung ke kamarnya pelangi aja yah?" ajak Putri dan mulai menuntunku menuju ke kamar Pelangi.
"Pelangi, Pelangi? Aku masuk yah?" sahut Putri sambil mengetok-ngetok pintu kamar milik Pelangi. "Masuk aja put..!" sahut suara dari balik pintu itu. Apakah itu suara pelangi? Ingin rasanya aku dengan cepat membuka pintu kamar itu dan melihat siapa yang ada di dalam. Pelangi, sudah 3 tahun kita tidak pernah bertemu. Apakah kau masih seperti yang dulu? "ok deh.." jawab Putri dan mulai membuka pintu kamar.
Dan ternyata, yang kulihat adalah seorang wanita yang duduk diatas kursi roda sambil menatap keluar jendela. Secara spontan aku pun berkata "Pe,, Pe,, Pelangi?" berbaliklah wanita itu. tetapi setelah melihatku, dia langsung saja memasang wajah yang cdmberut. "Awan..? Ke,,ke,, kenapa kamu ke...?? Pergi!! Pergilah!! Tinggalkan saja aku!!" teriak Pelangi. "Pelangi, Bukannya kamu memang merindukan Awan?" tanya Putri dari belakang. "aku memang merindukan Awan Put, tapi bukan berarti aku ingin bertemu dengannya." jelas Pelangi yang membuat dadaku terasa sesak setelah mendengar pernyataannya itu. Dengan sedikit terbata-bata, aku pun mulai berkata "me,, memangnya kenapa? Apa yang salah dari diriku?". "pokoknya pergi! Nggak usah nemuin aku!" teriak Pelangi lagi. "Pelangi!! Aku suka kamu! Dari dulu aku suka kamu! 3 tahun yang lalu, di atas bukit itu. Di saat kau mengatakan bahwa kau harus pergi, Masih ingat kan? Jujur, aku sangat terpukul setelah mendengar pernyataanmu itu Pelangi! Aku sayang sama kamu! Dulu dan sekarang, perasaanku ke kamu itu tetap masih sama, tidak berkurang sedikitpun." ucapku yang ceplos begitu saja.
Pelangi pun berkata "Awan..? Tapi, Pelangi yang dulu berbeda dengan Pelangi yang sekarang. Sekarang aku telah lumpuh karena kecelakaan, dan sekarang aku tidak bisa apa-apa lagi.". "tidak peduli!! Mau Pelangi lumpuh, cacat, ataupun hanya bisa terbaring kaku, aku tidak peduli!! Aku akan tetap mencintai dan setia menemanimu pelangi!" jujurku, yang harus mengumpulkan semua nyali dulu untuk mengungkapkannya. "kenapa kau tidak bilang sejak dulu? Aku menolak semua cinta yang datang bukan karena aku tidak punya alasan, aku menolak semuanya karena aku takut akan di jauhin kamu jika aku menerimanya." jelas pelangi yang mulai meneteskan air mata. "maaf, aku tidak punya cukup nyali untuk mengungkapkannya di waktu itu.
Jadi aku lebih memilih untuk memendamnya saja." terangku kepada Pelangi. "bodoh! Kamu bodoh!! Apakah kamu tidak bisa melihat semuanya? Dari dulu aku juga suka sama kamu. sejak kepindahanku, aku selalu merindukanmu Awan.." ungkap Pelangi yang ternyata memiliki rasa yang sama terhadapku juga. Tanpa canggung lagi, akupun mulai berjalan dan mendekap Pelangi, ku rasakan hangat tubuhnya, dentuman detak jantungnya, desiran darah, dan suara hatinya, terasa seirama dengan apa yang ada pada diriku juga. "sudahlah. kini kita telah bertemu dan bersama lagi, jadi tak usah sedih. Aku akan selalu ada untukmu, aku akan selalu menemanimu.. Sampai ajal yang memisahkan kita, Pelangi ku.." bisikku kepada pelangi di sela-sela dekapanku. Dengan rasa bahagia, Pelangi pun membalas Dekapan tersebut dan berkata "janji yah, Awanku?". "iya, aku janji.." jawabku. Putri hanya bisa terharu melihat pertemuan kita berdua yang pada akhirnya berujung bahagia ini.
Sungguh, aku akan sangat bersungguh-sungguh menemani dan menjaga pelangi di setiap hari-harinya. Aku akan selalu dan selalu menyayangi juga mencintai Pelangi, Pelangiku yang akan selalu cerah dan berwarna..
Aku janji! Suatu saat, kita pasti akan ke bukit itu lagi. Berbagi canda, maupun tawa bersama di sana dan selamanya..
PROFIL PENULIS
Sungguh, aku akan sangat bersungguh-sungguh menemani dan menjaga pelangi di setiap hari-harinya. Aku akan selalu dan selalu menyayangi juga mencintai Pelangi, Pelangiku yang akan selalu cerah dan berwarna..
Aku janji! Suatu saat, kita pasti akan ke bukit itu lagi. Berbagi canda, maupun tawa bersama di sana dan selamanya..
PROFIL PENULIS
Nama : Nur Darmawansyah
Sekolah: SMPN 17 Makassar.
Note : Maaf kalau tutur bahasa masih amburadul. dan maaf juga kalau cerpennya nggak nendang. Soalnya aku kurang mahir dalam merangkai kata. ^_^
Add fb: Wawan Mawansyah Ahmad (wawanmawansyah@ymail.com)
Sekolah: SMPN 17 Makassar.
Note : Maaf kalau tutur bahasa masih amburadul. dan maaf juga kalau cerpennya nggak nendang. Soalnya aku kurang mahir dalam merangkai kata. ^_^
Add fb: Wawan Mawansyah Ahmad (wawanmawansyah@ymail.com)