Kakak Kelas Impianku - Cerpen Cinta

KAKAK KELAS IMPIANKU
Karya Aldri Dipakalyana

Pukul 05.30, jam wekerku berbunyi. Aku bangkit dari tempat tidur dan bergegas mandi, berganti pakain dan pergi ke sekolah. Seperti biasa, aku sangat bersemangat pergi ke sekolah. Bukan tertarik dengan pelajarannya, melainkan ada gadis yang membuatku semangat datang ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, aku masuk ke kelas IX-B, dan menyapa temanku, Anton.
"Pagi, Ton!"
"Yoo.. Pagi, Ben!"
Ben. Ya, itulah namaku. Pribadi berwajah biasa, tidak pintar, pemalu, dan paling masa bodo dengan urusan cinta. Tapi kali ini, entah kenapa aku bisa suka padanya.

Seperti biasa, aku selalu menyempatkan diri pergi ke kelas X-A. Disana kulihat kak Santi, duduk di kursinya di paling pojok sambil membaca komik kesukaanya. Santi? Ya, Santi namanya. Kakak kelas yang selama ini ku idam - idamkan. Dia berbadan mungil, cantik banget sih engga, tapi wajahnya imut dan menggemaskan, selain itu dia juga pintar.
"Hoy, Ben! Ngeliatin apa kamu ?" tegur kak Lisa yang tiba-tiba saja telah berdiri di belakangku.
"Ga liat apa - apa kok, kak!" jawabku singkat.
"Kamu bohong!"
"Eee.. Beneran deh kak. Udah ya, aku balik ke kelas dulu. Daaahh.." kataku dan bergegas pergi karena takut ketahuan.
*krrrriiiiinngg* Bel sekolah berbunyi, aku masuk ke kelas.

Jam istirahat, aku bersama Anton bergegas ke kantin untuk jajan. Tak lama kemudian, kak Santi datang bersama teman - temannya. Mereka semua ngobrol dan tertawa bersama. Aku senang melihat kak Santi tersenyum dan tertawa. Senyumnya manis, dan tertawanya pun lepas, kelihatan seperti tak ada beban dalam hidupnya.
"Hoi, Ben! Ngelamunin apa ? Kok sambil senyum - senyum gitu ?" lamunankku dibuyarkan oleh Anton.
Tak disangka, memang sejak tadi aku melamun sambil senyum - senyum sendiri.
"Toon! Ngagetin aja lo" jawabku ketus
"Sori broo.. Abisnya sih.. Lo ngelamun sambil senyum gajelas gitu. Lagi jatuh cinta ni ye?" katanya dengan nada meledek
"Kagaa.. Kan gue uda bilang kalo urusan cinta cinta itu ursan nanti aja.. Sekarang gue mo fokus belajar.." aku terpaksa berbohong, aku malu kalau harus bicara yang sebenarnya.
"Ahh.. Kaga usah ngeles loo.. Gue tau lo lagi jatuh cinta kaan ? Cerita dong ama guee.." paksa Anton
"Kagaa.. Uda ah, gue balik duluan" ucapku dan langsung pergi meninggalkan Anton

Seharian ini aku tidak ngobrol lagi dengan Anton. Dan sampai di rumah, Handphoneku bergetar. Sudah ku duga, ada sms dari Anton.
"Broo.. Gitu aja ngambek loo.."
Untuk beberapa saat, aku tidak menjawab sms itu. Jujur, aku memang belum pernah menceritakan hal ini kepada siapapun. Aku malu. Ben yang dari dulu cuek sama urusan cinta, sekarang malah fall in love sama kakak kelas. Mau ditaruh dimana mukaku kalau mereka tau tentang hal ini?
1 Jam kemudian aku baru membalas sms Anton.
"Lo juga sih! Ngapain ngomong begituan.. -_-"
Anton membalasnya dengan cepat
"Sori broo.. Tapi emang bener kan? :D"
Setengah hati aku membalas smsnya
"Menurut loo? Uda ah.. Gue capek.."
Anton mengerti keadaanku dan berhenti sms. Kudengarkan radio dan diputarkanlah lagu "Lebih Indah" dari Adera. Lagu itu membuatku ngantuk, dan tidak lama kemudian, aku tertidur.

Seperti biasa, aku sangat bersemangat pergi ke sekolah. Kali ini ada yang berbeda di sekolah. Saat aku sampai di sekolah, kudengar lantunan suara indah dari ruang musik. Tak disangka, suara itu berasal dari sebuah biola yang dimainkan oleh kak Santi. Selain pintar dalam pelajaran, ia juga jago di bidang musik. Kurang lebih 10 menit aku memperhatikannya. Sampai akhirnya ia sadar bahwa ada yang memperhatikannya.
"Siapa disana?" suara lembutnya terdengar
Tanpa berpikir lagi, aku langsung pergi dari tempat itu dan masuk ke kelas.

Hari itu, pelajaran terasa membosankan, terutama sejarah dan fisika. Dan sialnya, jam istirahat, Anton kembali mendesakku untuk bercerita.
"Ayo, Ben! Cerita dong sama gue.."
"Cerita apa?"
"Lo beneran kan lagi fall in love?"
"Oke gue cerita. Tapi janji lo ga kasih tau siapa - siapa ye.."
"Iyee.. Tenang aja.."
"Lo bener ton. Gue emang lagi suka sama orang"
"Ciye banget.. Ama siapa ?"
"Kak Santi"
"HA? Yang bener loo?" suaranya mengagetkan semua orang di kelas
"Sssstt.. Berisik deh lo.. Inget, jangan ember"
"Tenang broo.. Tapi seriusan tu?"
"Iya. Aneh kan? Gue yang dari dulu cuek soal cinta - cinta, sekarang malah jatuh cinta segampang ini"
"Ngga juga lah.. Ada kemajuan.. Emang uda saatnya lo ngerasain itu broo.."
"Gitu yah? Tapi lo kan tau sendiri sifat gue kaya gimana.."
"Malu? Malu mah urusan belakangan"
Tak terasa, bel masuk sudah berbunyi..
"Nanti kita lanjutin, Ton! Uda bel" ucapku sambil beranjak ke mejaku

Pulang sekolah, aku tidak langsung ke rumah. Anton mengajakku untuk pergi ke cafe. Melanjutkan pembicaraan saat istirahat tadi. Sampai disana, Anton menraktirku makan. Sambil menunggu makanan datang, Anton kembali menanyakan hal itu.
"Lo mau gue bantuin, Ben?"
"Eh, bantuin apa ni?"
"Deketin kak Santi lah.."
"Eh.. Kaga deh.. Kaga usah.. Gue terlalu malu, Ton!"
"Alah.. Gausah alibi, Ben! Jujur, lo mau kan?" tatapan Anton tajam menatapku
"Mau lah.. Siapa coba yang gamau?"
"Ya makanya.."
"Tapi gausah deh.. Gue uda nyaman kok walau cuma perhatiin dari jauh aja"
"Serius ni gamau gue bantu?"
"Kaga uda, Ton! Tapi, makasih ya tawarannya.."
Makanan datang, kami makan. Selesai makan, kami berdua pulang ke rumah masing - masing. Sampai rumah, aku menggerutuki diriku sendiri.
"Kenapa tadi aku ga terima tawarannya? Ah tapi uda lah. Itu uda berlalu.." kataku dalam hati.

Tak terasa, hari demi hari, bulan demi bulan telah ku lewati dengan cepat.
Dengan kerja keras dan doa, aku berhasil menempuhnujian dengan nilai yang cukup baik. Hari pertama setelah ujian berakhir, aku mendapat kabar bahwa aku akan menjadi salah satu pemeran utama dalam drama untuk acara malam perpisahan nanti.
"Ha? Serius lo, Di?" tanyaku pada Adi, temanku yang memberikan info itu
"Yeee.. Ngapain gue boong.."
"Ahh.. Yauda lah.. Makasih ye infonya"
Jujur, dari dulu, aku malu kalau disuruh berakting di depan banyak orang. Entah alasan apa yang membuatku ngga pede tampil dihadapan banyak orang. Tapi kali ini, apa salahnya kalau aku mencoba?

Aku kaget ketika datang ke latihan pertama. Bukan kaget kalau aku menjadi pemeran utama, melainkan kaget karena tahu bahwa lawan mainku adalah kak Santi. Perasaanku campur aduk saat itu. Kaget.. Bahagia.. Malu juga.
"Gimana kalau nanti aku ngga bisa memerankan peran ini? Aku pasti akan malu. Ah, jangan pesimis dulu, Ben! Usaha dulu semaksimal mungkin." aku berusaha menyemangati diriku sendiri.
Latihan dimulai. Alur ceritanya sederhana. Aku menjadi seorang pangeran, dan kak Santi menjadi pasanganku. Kak Santi diculik, kemudian aku harus menyelamatkannya. Simple kan ? Ya, kelihatannya simple. Tapi kenyataanya, itu tidak segampang yang kukira. Terdapat adegan - adegan seperti berpegangan dan berpelukan yang sama sekali belum pernah kulakukan disana. Latihan pertama, awalnya aku sangat gugup, takut kalau aku melakukan kesalahan yang akan membuatku malu ditertawakan. Tapi latihan pertama itu bisa dibilang berjalan dengan mulus walaupun tidak sepenuhnya mulus.
"Gak apa - apa, Ben! Namanya juga latihan pertama" ujar kakak pelatihku

Kira - kira 3 minggu sudah aku menjalani latihan itu. Aku mulai terbiasa dengan adegan - adegan yang tak biasa itu. Dan melalui latihan itu juga aku lebih banyak megenal kak Santi. Sesuai apa yang kuduga, kak Santi baik orangnya, tidak sombong, penyabar, tapi agak lemot. Tapi itu tidak akan menjadi penghalangku untuk tetap menyukai kak Santi.

Sejak latihan pertama dulu, aku berjanji akan mengutarakan rasa cintaku pada kak Santi saat pementasan drama di acara perpisahan nanti. Dan tak terasa, hari itu telah datang. Sekolah telah ramai dipenuhi murid - murid beserta orang tuanya. Tepat pukul 07.00 acara dimulai. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan acara - acara lain. Aku hanya memikirkan acara puncak nanti. Acara dimana semua akan menjadi sempurna bagiku. Aku bahkan tidak memperdulikan saat semua angkatan kelas IX bersenang - senang atas kelulusan 100% sekolah kami. Dan akhirnya, sampai di penghujung acara. Para pemain sudah bersiap naik ke panggung, begitu juga aku dan kak Santi.
"Inilah.. Acara terakhir yang kita tunggu - tunggu.. Langsung saja kita saksikan.. Pertunjukan drama Sekolah Cahaya Bangsa" ujar presenter dan diikuti dengan tepuk tangan penonton.
Semua rasa gugup yang kurasakan sebelumnya, hilang begitu saja. Aku menikmati peran ini. Dari dulu aku meninginkan ini terjadi. Dan sampailah kita di akhir, dimana aku akan membuka semuanya. Aku gugup, kami berpelukan..
"Aku suka padamu, kak! Aku benar - benar suka padamu sejak pertama kali melihatmu.. Aku tidak peduli kakak menganggap ini hanya lelucon atau apapun, yang penting aku benar - benar suka padamu. Aku tidak memaksamu untuk menjadi milikku seutuhnya. Yang penting aku sudah mengatakan semua ini kepadamu, kak!" bisikku pada kak Santi
Kak Santi terdiam, tak mampu berkata apa - apa. Lalu kemudian ia menunjukkan senyum manisnya. Kami berbalik memberi hormat kemudian turun dari pangggung.

Semua sudah selesai. Tujuanku untuk mengatakan "cinta" pada orang yang benar - benar kucintai telah tercapai. Sebelum aku benar - benar pergi, kak Santi sempat memberikan nomor handphonenya padaku. Entah apa artinya itu, yang pasti aku sangat bahagia. Kini, aku sudah tak pernah menunjukkan diriku lagi pada kak Santi, aku dan keluargaku pindah keluar kota karena urusan bisnis ayahku. Tapi, kami masih saling berkomunikasi lewat telepon atau sekedar sms, walaupun jarang - jarang.

Share & Like