SAHABAT, DIMANAKAH DIRIMU???
Karya Losendra Yonando
Ketika aku mengunjungi di desa nenekku, tempatnya di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur. Disana ada patokan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Aku melihat tanah Malaysia dan desa-desa di negara Malaysia, disitu aku bertemu sahabatku, Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail, tetapi setelah sekian lamanya aku tidak pergi ke desa, dia menghilang. Berhari-hari aku mencarinya tetapi mereka sudah.....
***
Namaku Fariz Al Fikri, waktu itu ketika liburan sekolah aku mengunjungi ke Rumah Nenekku, yang berada di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur. Disana aku melihat perbatasan antara negara Indonesia dan negara Malaysia yang dipatoki sebuah batu.
Ketika aku mengunjungi di desa nenekku, tempatnya di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur. Disana ada patokan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Aku melihat tanah Malaysia dan desa-desa di negara Malaysia, disitu aku bertemu sahabatku, Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail, tetapi setelah sekian lamanya aku tidak pergi ke desa, dia menghilang. Berhari-hari aku mencarinya tetapi mereka sudah.....
***
Namaku Fariz Al Fikri, waktu itu ketika liburan sekolah aku mengunjungi ke Rumah Nenekku, yang berada di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur. Disana aku melihat perbatasan antara negara Indonesia dan negara Malaysia yang dipatoki sebuah batu.
Sahabat, Dimanakah Dirimu??? |
Ketika aku mengelilingi desa-desa di pulau itu, aku mengunjungi perbatasan, aku bertemu seorang anak laki-laki yang bermain dengan teman-temannya, dia memanggilku
“Hey, kau dari mane, mau ikut bermain ?” tanya Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail
“Hurrrmm, saya dari Jakarta, Indonesia. Okey, aku ikut” jawab ku, dengan nada riang
“Jom (ayo), main bersama-sama teman aku” ajak Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail sambil lari
Aku pun ikut lari menghampiri mereka.Sangking enaknya mainan bersamanya, aku jadi lupa waktu, aku dipanggil ibuku untuk makan siang, aku pun menghentikan untuk bermain dan menuju ke rumah.
Keesokan harinya, mereka menjemput ku ke rumah nenenk.
“Assalamu’alaikum, makcik Fariz ada ke ?” tanya Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail kepada ibuku
“Ada, sebentar aku panggilkan ye” jawab ibuku sambil mencari ku kedalam rumah.
Ketika aku sedang menonton tv, aku dipanggil ibuku, bahwa ada yang mencariku, aku langsung bergegas ke teras.
“Eh, korang (kalian).. ade ape ni ?” tanya ku
“Fariz, Jom (ayo) Main” ajak teman-teman
“Oke, oke, aku pamit ibuku dulu ya” jawabku,
Kami bermain dengan senangnya, sampai – sampai kami kecapekan dan kami pun beristirahat di sebuah gubuk. Kami membeli sebuah minuman untuk menghilangkan rasa haus di leher kami. Rahman pun bertanya kepadaku, Afan, dan Haziq.
“Eh, bagamana law (kalau), kite buat persahabatan, setuju tak korang (kalian) ?” tanya nya
“Hurmm, setuju-setuju ^_^” jawab ku, Afan, dan Haziq.
Sejak itu persahabatan kami dimulai, dan kami menulis di tiang gubuk dengan tanggal 10-10-2002, dengan sebuah pisau, agar kami ingat jikalau kami besar nanti, kami tidak akan terlupa.
***
2 Minggu Kemudian
Waktu liburan ku sudah habis, aku pun berpamit kepada mereka untuk mengucapkan selamat tinggal pada mereka dan memekuk memeluk mereka.
“Aku pergi dulu ya, aku janji liburan besok pasti balik lagi, okey” janjiku padanya
“okey – okey, jangan lupakan kami” kata Haziq
“iya, Riz. Kami selalu merindukanmu” jawab, Afan dan Rahman
“Iya, aku tak akan melupakan korang (kalian)” sahutku dengan rasa sedih..
Setelah aku berpamit, aku langsung masuk mobil menuju bandara untuk kembali ke Jakarta, aku pun melambaikan tangan untuk mengucapkan selamat tinggal.
Sesampai di Jakarta, aku melihat foto ku bersamanya, waktu bermain – main, aku bercerita kepada teman-temanku di sekolah, ketika pengalaman ku di Desa. Hari demi hari aku jalani, sudah berbulan-bulan lamanya mendekati liburan lagi, aku ingin kembali ke Desa, aku pun bertanya kepada kedua orang tuaku ketika sedang di Ruang Keluarga.
“Ayah, Ibu, sebentar lagi kan liburan, kembali ke Desa tidak ?” tanya ku
“Maaf nak, liburan ini kita tidak ke rumah nenek, Ayah dan Ibu masih sibuk dengan pekerjaan kami” jawabnya
“Yah, Ayah Ibu kenapa tidak ke desa ? aku kan kangen sama sahabtku disana. Apakah ayah dan ibu tidak rindu kepada nenek ?” tanyaku kembali, dengan rasa kesal.
“Kita semua kangen nak, tapi bagaimana lagi ? kami sibuk dengan masalah pekerjaan” jawab nya
“Ya sudah lah.. liburan kali ini tak seru” jawabku dengan kesal dan langsung menuju kamar.
Aku menuliskan surat untuk ke-3 sahabatku yang berisi :
“Hari Sobat, Bagaimana kabarmu ? baik-baik saja bukan ?, disini aku baik-baik saja, oh ya maaf liburan kali ini, aku tidak bisa berkunjung ke desa. Sebab, orang tua aku ada masalah dengan pekerjaannya. Maaf ya, sobat, mungkin liburan selanjutnya aku akan kembali ke desa. Aku akan selalu merindukan mu sobat.”
Salam Manis, Fariz
Beberapa minggu kemudian, dia membalas surat ku dia agak kecewa dengan ku karena, aku tidak bisa menepati janji. Suratnya berisi :
“Kami juga baik-baik saja. Syukurlah kalau kamu baik-baik saja, kami kecewa Riz. Kenapa kamu tidak kembali, kami sangat rindu padamu Riz. Aku ingin liburan selanjutnya kamu kembali disini. Kami juga merindukan Riz”
Salam kangen, Rahman, Afan, dan Haziq
***
10 tahun kemudian
Aku sudah masuk ke Universitas, aku lupa dengan janjiku bahwa aku akan kembali ke desa, tetapi selama 10 tahun ini aku tidak kembali. Tetapi orang tuaku sudah berjanji bahwa liburan kali ini akan ke desa, aku pun sangat senang ketika orang tua ku memberi kabar itu.
Beberapa hari kemudian, aku dan orang tuaku menuju desa, setelah sampai aku pun menaruh barang-barang ku ke kamar dan bersalaman kepada nenek. Aku pun lari keluar rumah untuk menuju rumah Rahman, Afan, dan Haziq, sesampai disana rumahnya sudah kosong dan dibuat lahan pertanian. Aku langsung bergegas kembali ke rumah mencari informasi kepada nenek.
“Nek, kenapa rumah sahabatku menjadi lahan pertanian ?” tanyaku
“Siapa ? sahabatmu yang mana nenek tidak tahu” jawabnya
“Itu nek, anaknya Mak Cik Annis (orang tua Rahman), Pakcik Ashrif (orang tua Afan), dan Encik Syahdi (orang tua Haziq) ?” jelasku kembali
“Oh itu, itu sudah pindah 5 tahun yang lalu nak” jawabnya
“Lantas, pindah kemana mereka ?” tanya ku dengan rasa ingin tahu
“Mereka pindah di Kinabalu, Sabah, Malaysia. Kata orang tuanya mereka kuliah di Universiti Sabah Malaysia” jawab nenek sambil menjahit sebuah pakaian.
Setelah nenek menjelaskan semua, aku pun meminta izin kepada orang tua ku dan ingin menemui sahabatku yang sangat kurindukan. Setelah orang tuaku mengizinkan aku pun langsung bergegas menuju Kota Kinabalu, Malaysia.
Sesampai di sana, aku mengunjungi Universiti Sabah Malaysia, dan aku pun tanya kepada salah satu guru disitu.
“Encik, apakeh disini ade murid yang bername, Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail ?” tanyaku sambil berbahasa Malaysia
“Dulu dia murid disini, but (tetapi) dia sudah pergi (pindah) 2 tahun yang lalu” jawabnya
“Maaf law (kalau) boleh tau, pindah dimana ya ?” tanyaku lagi
“Mereka pindah di Universiti Tunku Abdulrahman, Kuala Lumpur”
“Oh, okey terima kasih encik, atas informasinya”
“sama-sama”
Setelah mendapatkan informasi itu, aku pergi ke bandara untuk keberangkatan di Kuala Lumpur. Setelah 2 jam perjalanan, aku pun sampai di sana. Aku beristirahat disebuah apartemen, dan besok aku akan bergegas ke Universiti Tunku Abdulrahman.
***
Keesokan Harinya
Setelah menghirup udara yang segar dan masih pagi, aku pun langsung menuju ke Universiti Tunku Abdulrahman, dan aku minta informasi fakultas apa yang dia masuki. Ketika berada di ruang guru, dan bertanya untuk mencari informasi tersebut, salah satu guru pun bilang kepadaku.
“Siape ? Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail ? mereka sudah pergi (pindah) 1 tahun yang lalu” jawabnya
“Mereka pergi (pindah) dimana Encik ?” tanyaku
“Mereka pergi (pindah) di Universiti Perlis Malaysia” jawabnya
Setelah mendapat informasi tersebut aku langsung berpamit menuju bandara untuk keberangkatan menuju Perlis sekitar 1 jam perjalanan dan menunggu di bandara 2 jam. Akusangat capek, aku memutuskan untuk mencari hotel agar bisa beristirahat sejenak.
Ketika usai mencari hotel, saya menuju Universiti Perlis Malaysia. Aku juga tak lupa membawa fotoMohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail agar mudah untuk mencarinya, dan sesampai disana aku bertanya kepada salah satu temannya yaitu, Hanna Aleeya.
“Permisi, kau kenal budak (anak) ini” aku sambil menunjukkan foto Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail.
“Oh saye kenal, orang tu. Mereka dulu satu kelas same aku disini, but (tapi) mereka sudah pindah 1,5 tahun yang lalu” Jawabnya
“Kira-kira mereka pindah dimana ?” tanya ku lagi
“Mereka pindah di Alor Setar, Kedah. But (tapi)saye tak tau di Universiti mana mereka pindah” jawab nya
“Oh, kalau begitu.. kau tahu alamat rumah mereka ?” tanyaku
“Saya masih ingat, rumahnya di Jalan Kebangsaan Malaysia III No. 50,54, dan 58 Alor Setar” jawab nya
“Okey, Terima kasih atas informasinya” jawab ku
Setelah mengetahui informasi tersebut, aku kembali ke hotel karena hari sudah mulai malam, aku melanjutkan besok untuk mencari sahabat lamaku yang kurindukan.
Keesokan harinya
Ketika aku mulai terbangun dari tidur, saya pun bergegas ke Terminal untuk menuju ke Alor Setar. Aku naik Bus untuk menuju kota tersebut, sekitar 4 jam perjalanan. Aku memutuskan untuk makan siang di Retoran dan beristirahat sejenak.
Setelah itu, aku langsung menuju alamat rumah mereka. Ketika mencari alamat tersebut aku mencari sangat lama, sekitar 2 jam lamanya untuk mencari alamat jalan tersebut. Setelah sampai ke rumah sahabat, aku pun menuju rumah Haziq.
“Assalamu’alaikum, encik ?”
“Wa’alaikum salam, oh Fariz, apa kahbar ?” tanya nya
“Baik encik, Haziq mane ?” tanya ku
“Jom masuk dulu agar saye jelaskan” jawabnya
Aku pun masuk ke dalam rumah Haziq dan duduk di Ruang Tamu.
“Rahman, Afan, dan Haziq. Mereka sudah tiak adr Riz, mereka meninggal dunia ketika perjalanan menuju Indonesia, untuk menemui mu. Pesawatnya jatuh, di pegunungan. Semua penumpangnya meninggal, ketika mendapat khabar itu, aku pun menangis histeris :’(“ Jelas nya sambil menangis
“Ape ? Meninggal ? Innalilahi Wa’inallilahi Roji’un Rahman, Afan, Haziq, kenapa boleh (bisa) begini :’(“ aku ikut menangis setelah mendengar cerita itu.
“Encik akan tunjukkan kau ke makamnya, mereka meninggal 2 bulan yang lalu”
“Berarti, mereka tak lama meninggal encik ?” tanyaku
“Iya Fariz,” Jawabnya
Setelah mendengar kabar itu, aku langsung shock, menangis, dan hati ku sudah tak karuan, aku mencari dari desa ke kota untuk mencari sahabt lamaku. Ternyata mereka lebih dulu pergi, mereka meninggal karena aku, yang lupa akan janji ku dulu :’( . Aku dan Orang Tua Haziq pergi ke makam Rahman, Afan, dan Haziq. Aku pun menaburi bunga ke makamnya dan mengirimi doa.
Dan aku pun membersihkan kotoran-kotoran daun-daun sang berserakan di makamnya. Aku pun melihat dengan rasa sedih duka. Aku hanya bisa mengirimi do’a kepada sahabtku, aku menyesal dulu aku tidak menepati janji. Sudah 10 tahun lamanya aku tidak mengasihi kabar akan keadaanku....
“Rahman, Afan, Haziq aku akan mengingatmu” kataku sambil menangis,
Aku pun memeluk orang tua Haziq, dan pergi meninggalkan makam, sebelum pergi aku pergi meninggalkan ,makam sahabtku. Aku pun mengirimi surat ke makamnya, yang berisi.
“Dear, Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail
Maafkan aku, aku telah melupakan janjiku, maafkan aku jika aku telah melupakan kalian. Aku sedih, sendiri, sepi, hanya kamu lah sahabat yang paling setia bagiku, aku ingin kita bersenang-senang seperti dulu, semoga kalian tenang disana, dan amal kalian diterima di sisih-Nya. Amin
Salam Rindu, Fariz”
“Hey, kau dari mane, mau ikut bermain ?” tanya Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail
“Hurrrmm, saya dari Jakarta, Indonesia. Okey, aku ikut” jawab ku, dengan nada riang
“Jom (ayo), main bersama-sama teman aku” ajak Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail sambil lari
Aku pun ikut lari menghampiri mereka.Sangking enaknya mainan bersamanya, aku jadi lupa waktu, aku dipanggil ibuku untuk makan siang, aku pun menghentikan untuk bermain dan menuju ke rumah.
Keesokan harinya, mereka menjemput ku ke rumah nenenk.
“Assalamu’alaikum, makcik Fariz ada ke ?” tanya Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail kepada ibuku
“Ada, sebentar aku panggilkan ye” jawab ibuku sambil mencari ku kedalam rumah.
Ketika aku sedang menonton tv, aku dipanggil ibuku, bahwa ada yang mencariku, aku langsung bergegas ke teras.
“Eh, korang (kalian).. ade ape ni ?” tanya ku
“Fariz, Jom (ayo) Main” ajak teman-teman
“Oke, oke, aku pamit ibuku dulu ya” jawabku,
Kami bermain dengan senangnya, sampai – sampai kami kecapekan dan kami pun beristirahat di sebuah gubuk. Kami membeli sebuah minuman untuk menghilangkan rasa haus di leher kami. Rahman pun bertanya kepadaku, Afan, dan Haziq.
“Eh, bagamana law (kalau), kite buat persahabatan, setuju tak korang (kalian) ?” tanya nya
“Hurmm, setuju-setuju ^_^” jawab ku, Afan, dan Haziq.
Sejak itu persahabatan kami dimulai, dan kami menulis di tiang gubuk dengan tanggal 10-10-2002, dengan sebuah pisau, agar kami ingat jikalau kami besar nanti, kami tidak akan terlupa.
***
2 Minggu Kemudian
Waktu liburan ku sudah habis, aku pun berpamit kepada mereka untuk mengucapkan selamat tinggal pada mereka dan memekuk memeluk mereka.
“Aku pergi dulu ya, aku janji liburan besok pasti balik lagi, okey” janjiku padanya
“okey – okey, jangan lupakan kami” kata Haziq
“iya, Riz. Kami selalu merindukanmu” jawab, Afan dan Rahman
“Iya, aku tak akan melupakan korang (kalian)” sahutku dengan rasa sedih..
Setelah aku berpamit, aku langsung masuk mobil menuju bandara untuk kembali ke Jakarta, aku pun melambaikan tangan untuk mengucapkan selamat tinggal.
Sesampai di Jakarta, aku melihat foto ku bersamanya, waktu bermain – main, aku bercerita kepada teman-temanku di sekolah, ketika pengalaman ku di Desa. Hari demi hari aku jalani, sudah berbulan-bulan lamanya mendekati liburan lagi, aku ingin kembali ke Desa, aku pun bertanya kepada kedua orang tuaku ketika sedang di Ruang Keluarga.
“Ayah, Ibu, sebentar lagi kan liburan, kembali ke Desa tidak ?” tanya ku
“Maaf nak, liburan ini kita tidak ke rumah nenek, Ayah dan Ibu masih sibuk dengan pekerjaan kami” jawabnya
“Yah, Ayah Ibu kenapa tidak ke desa ? aku kan kangen sama sahabtku disana. Apakah ayah dan ibu tidak rindu kepada nenek ?” tanyaku kembali, dengan rasa kesal.
“Kita semua kangen nak, tapi bagaimana lagi ? kami sibuk dengan masalah pekerjaan” jawab nya
“Ya sudah lah.. liburan kali ini tak seru” jawabku dengan kesal dan langsung menuju kamar.
Aku menuliskan surat untuk ke-3 sahabatku yang berisi :
“Hari Sobat, Bagaimana kabarmu ? baik-baik saja bukan ?, disini aku baik-baik saja, oh ya maaf liburan kali ini, aku tidak bisa berkunjung ke desa. Sebab, orang tua aku ada masalah dengan pekerjaannya. Maaf ya, sobat, mungkin liburan selanjutnya aku akan kembali ke desa. Aku akan selalu merindukan mu sobat.”
Salam Manis, Fariz
Beberapa minggu kemudian, dia membalas surat ku dia agak kecewa dengan ku karena, aku tidak bisa menepati janji. Suratnya berisi :
“Kami juga baik-baik saja. Syukurlah kalau kamu baik-baik saja, kami kecewa Riz. Kenapa kamu tidak kembali, kami sangat rindu padamu Riz. Aku ingin liburan selanjutnya kamu kembali disini. Kami juga merindukan Riz”
Salam kangen, Rahman, Afan, dan Haziq
***
10 tahun kemudian
Aku sudah masuk ke Universitas, aku lupa dengan janjiku bahwa aku akan kembali ke desa, tetapi selama 10 tahun ini aku tidak kembali. Tetapi orang tuaku sudah berjanji bahwa liburan kali ini akan ke desa, aku pun sangat senang ketika orang tua ku memberi kabar itu.
Beberapa hari kemudian, aku dan orang tuaku menuju desa, setelah sampai aku pun menaruh barang-barang ku ke kamar dan bersalaman kepada nenek. Aku pun lari keluar rumah untuk menuju rumah Rahman, Afan, dan Haziq, sesampai disana rumahnya sudah kosong dan dibuat lahan pertanian. Aku langsung bergegas kembali ke rumah mencari informasi kepada nenek.
“Nek, kenapa rumah sahabatku menjadi lahan pertanian ?” tanyaku
“Siapa ? sahabatmu yang mana nenek tidak tahu” jawabnya
“Itu nek, anaknya Mak Cik Annis (orang tua Rahman), Pakcik Ashrif (orang tua Afan), dan Encik Syahdi (orang tua Haziq) ?” jelasku kembali
“Oh itu, itu sudah pindah 5 tahun yang lalu nak” jawabnya
“Lantas, pindah kemana mereka ?” tanya ku dengan rasa ingin tahu
“Mereka pindah di Kinabalu, Sabah, Malaysia. Kata orang tuanya mereka kuliah di Universiti Sabah Malaysia” jawab nenek sambil menjahit sebuah pakaian.
Setelah nenek menjelaskan semua, aku pun meminta izin kepada orang tua ku dan ingin menemui sahabatku yang sangat kurindukan. Setelah orang tuaku mengizinkan aku pun langsung bergegas menuju Kota Kinabalu, Malaysia.
Sesampai di sana, aku mengunjungi Universiti Sabah Malaysia, dan aku pun tanya kepada salah satu guru disitu.
“Encik, apakeh disini ade murid yang bername, Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail ?” tanyaku sambil berbahasa Malaysia
“Dulu dia murid disini, but (tetapi) dia sudah pergi (pindah) 2 tahun yang lalu” jawabnya
“Maaf law (kalau) boleh tau, pindah dimana ya ?” tanyaku lagi
“Mereka pindah di Universiti Tunku Abdulrahman, Kuala Lumpur”
“Oh, okey terima kasih encik, atas informasinya”
“sama-sama”
Setelah mendapatkan informasi itu, aku pergi ke bandara untuk keberangkatan di Kuala Lumpur. Setelah 2 jam perjalanan, aku pun sampai di sana. Aku beristirahat disebuah apartemen, dan besok aku akan bergegas ke Universiti Tunku Abdulrahman.
***
Keesokan Harinya
Setelah menghirup udara yang segar dan masih pagi, aku pun langsung menuju ke Universiti Tunku Abdulrahman, dan aku minta informasi fakultas apa yang dia masuki. Ketika berada di ruang guru, dan bertanya untuk mencari informasi tersebut, salah satu guru pun bilang kepadaku.
“Siape ? Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail ? mereka sudah pergi (pindah) 1 tahun yang lalu” jawabnya
“Mereka pergi (pindah) dimana Encik ?” tanyaku
“Mereka pergi (pindah) di Universiti Perlis Malaysia” jawabnya
Setelah mendapat informasi tersebut aku langsung berpamit menuju bandara untuk keberangkatan menuju Perlis sekitar 1 jam perjalanan dan menunggu di bandara 2 jam. Akusangat capek, aku memutuskan untuk mencari hotel agar bisa beristirahat sejenak.
Ketika usai mencari hotel, saya menuju Universiti Perlis Malaysia. Aku juga tak lupa membawa fotoMohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail agar mudah untuk mencarinya, dan sesampai disana aku bertanya kepada salah satu temannya yaitu, Hanna Aleeya.
“Permisi, kau kenal budak (anak) ini” aku sambil menunjukkan foto Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail.
“Oh saye kenal, orang tu. Mereka dulu satu kelas same aku disini, but (tapi) mereka sudah pindah 1,5 tahun yang lalu” Jawabnya
“Kira-kira mereka pindah dimana ?” tanya ku lagi
“Mereka pindah di Alor Setar, Kedah. But (tapi)saye tak tau di Universiti mana mereka pindah” jawab nya
“Oh, kalau begitu.. kau tahu alamat rumah mereka ?” tanyaku
“Saya masih ingat, rumahnya di Jalan Kebangsaan Malaysia III No. 50,54, dan 58 Alor Setar” jawab nya
“Okey, Terima kasih atas informasinya” jawab ku
Setelah mengetahui informasi tersebut, aku kembali ke hotel karena hari sudah mulai malam, aku melanjutkan besok untuk mencari sahabat lamaku yang kurindukan.
Keesokan harinya
Ketika aku mulai terbangun dari tidur, saya pun bergegas ke Terminal untuk menuju ke Alor Setar. Aku naik Bus untuk menuju kota tersebut, sekitar 4 jam perjalanan. Aku memutuskan untuk makan siang di Retoran dan beristirahat sejenak.
Setelah itu, aku langsung menuju alamat rumah mereka. Ketika mencari alamat tersebut aku mencari sangat lama, sekitar 2 jam lamanya untuk mencari alamat jalan tersebut. Setelah sampai ke rumah sahabat, aku pun menuju rumah Haziq.
“Assalamu’alaikum, encik ?”
“Wa’alaikum salam, oh Fariz, apa kahbar ?” tanya nya
“Baik encik, Haziq mane ?” tanya ku
“Jom masuk dulu agar saye jelaskan” jawabnya
Aku pun masuk ke dalam rumah Haziq dan duduk di Ruang Tamu.
“Rahman, Afan, dan Haziq. Mereka sudah tiak adr Riz, mereka meninggal dunia ketika perjalanan menuju Indonesia, untuk menemui mu. Pesawatnya jatuh, di pegunungan. Semua penumpangnya meninggal, ketika mendapat khabar itu, aku pun menangis histeris :’(“ Jelas nya sambil menangis
“Ape ? Meninggal ? Innalilahi Wa’inallilahi Roji’un Rahman, Afan, Haziq, kenapa boleh (bisa) begini :’(“ aku ikut menangis setelah mendengar cerita itu.
“Encik akan tunjukkan kau ke makamnya, mereka meninggal 2 bulan yang lalu”
“Berarti, mereka tak lama meninggal encik ?” tanyaku
“Iya Fariz,” Jawabnya
Setelah mendengar kabar itu, aku langsung shock, menangis, dan hati ku sudah tak karuan, aku mencari dari desa ke kota untuk mencari sahabt lamaku. Ternyata mereka lebih dulu pergi, mereka meninggal karena aku, yang lupa akan janji ku dulu :’( . Aku dan Orang Tua Haziq pergi ke makam Rahman, Afan, dan Haziq. Aku pun menaburi bunga ke makamnya dan mengirimi doa.
Dan aku pun membersihkan kotoran-kotoran daun-daun sang berserakan di makamnya. Aku pun melihat dengan rasa sedih duka. Aku hanya bisa mengirimi do’a kepada sahabtku, aku menyesal dulu aku tidak menepati janji. Sudah 10 tahun lamanya aku tidak mengasihi kabar akan keadaanku....
“Rahman, Afan, Haziq aku akan mengingatmu” kataku sambil menangis,
Aku pun memeluk orang tua Haziq, dan pergi meninggalkan makam, sebelum pergi aku pergi meninggalkan ,makam sahabtku. Aku pun mengirimi surat ke makamnya, yang berisi.
“Dear, Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail
Maafkan aku, aku telah melupakan janjiku, maafkan aku jika aku telah melupakan kalian. Aku sedih, sendiri, sepi, hanya kamu lah sahabat yang paling setia bagiku, aku ingin kita bersenang-senang seperti dulu, semoga kalian tenang disana, dan amal kalian diterima di sisih-Nya. Amin
Salam Rindu, Fariz”
~TAMAT~
PROFIL PENULIS
Nama : Losendra Yonando
TTL : Surabaya, 16 Oktober 1998
Facebook : Losendra Yonando
Twitter : @losendrayonando
TTL : Surabaya, 16 Oktober 1998
Facebook : Losendra Yonando
Twitter : @losendrayonando
Baca juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.