I Really Love You - Cerpen Remaja

I REALLY LOVE YOU
Karya Uswah Azizah

Kepindahanku di sekolah ini adalah untuk mendapatkan sesuatu yang baik untuk hatiku. Aku tak mau mengulang hal yang paling kubenci itu sampai kapanpun. Aku tak mau kembali kecewa karena ulah cowok. Bagiku, cowok hanyalahh berperan sebagai penyakit hati bagi semua cewek.
"Siswa baru, ya?" Lalu dia berkata kembali, "Eh, aku kayak pernah melihatmu sebelumnya."
Aku hanya mengangguk dingin saat sosok cowok yang tampaknya sangat begitu ramah itu menanyakan tentang statusku di sekolah ini. "Ah, cerita lama."

Dia tersenyum. "Namamu siapa?"
"Alya." Lalu aku terdiam. dia masih belum berpaling dariku. senyumnya masih saja melebar untukku. Lalu, naluriku maminta untuk berbalik menanyakannya. "Namamu siapa?"
"Alex." Dia kembali menghajarku dengan senyum manisnya. "Kuperhatikan kamu diem mulu dari tadi. Ehm, apa kedatanganku mengganggumu?" Pertanyaan yang begitu halus, namun aku mampu menangkap jika ia tampak begitu kecewa dengan ulahku. Aku menggeleng.
"Terus kenapa? Kayaknya kamu nggak suka aku disini?"
Habis kesabaranku untuk menghadapi anak itu. Lalu, kudekatkan wajahku tepat dihadapannya. "Cowok itu, biang penyakit buat cewek.
Lalu dia terdiam mendengar perkataanku.
***

Setibanya di dalam kelas, aku langsung meletakkan tasku di atas meja. Kulihat sekitar, memang belum ada siapapun disana. Kecuali Alex yang sedang sibuk dengan komiknya. Aku hanya terdiam, kuusahakan agar dia tak berfikir jika aku membutuhkannya. Namun, salah perkiraanku, dia malah yang mendekatiku. Aku serasa ingin berlari, namun aku tak kuasa.
"Hey, kau anggap aku ini hantu, ya?" Dia memegang lenganku. "Kamu ini kenapa, sih? Aku cuma pengen kenal sama kamu aja. Cuma itu, Alya..."
"Bodo amat, aku nggak mau kenal sama kamu. Terus, gimana?"
"Aku akan terus mengejarmu sampai mau."

Sejenak aku berfikir. Sosok terdahulu juga pernah berkata seperti itu kepadaku. semuanya seperti racun yang dibungkus madu di luarnya. Begitu menyakitkan.
"Kenapa?"
"Terus, kalo kamu mengenalku. Selanjutnya kamu akan menyakitiku?" Aku melepaskan tangannya dari lenganku. "Ah, lagu lama. Aku udah terlalu fasih dengan hal itu."

Alex hanya mengangkat alisnya.
"Nggak semua cowok kayak gitu."
"Itu kata semua orang. Nyatanya, aku selalu dapat yang kayak gitu. Aku udah bosen jatuh cinta."
Tak peduli apa yang akan dikatakan oleh Alex. Yang penting aku hanya memandangnya dengan tatapan kesal. Aku juga melihat tak ada sorot mata ramah darinya. Yang terlihat hanyalah sorot mata penuh amarah. Toh, aku tak peduli.
***

Aku masih saja merasakan duka yang mendalam saat aku berada disini. Sosokku yang suka menyendiri,membuat semua temanku menganggap aku ini orang aneh. Padahal tidak semuanya seperti itu. Aku juga butuh teman, tapi aku tak butuh seorang cowok pemain cewek.
Hujan siang ini turun begitu deras membasahi bumi. Ayahku belum juga menjemputku. Terpaksa aku pulang sendiri dengan berjalan kaki di tengah guyuran air hujan. Rasanya begitu dingin menyejukkan. Aku suka ini.

Tiba-tiba, darii arah belakang, aku mendengar deru mobil yang berhenti disampingku. Kutoleh sekilas, namun aku tak dapat melihat wajahnya karena tertutup oleh kaca yang dibungkus oleh film. Aku berhenti sambil mengamati siapa yang berada di dalamnya. Dan pintu terbuka, lalu sosok peilik mobil keluar sambil membawa payungnya dan berlari menghampiriku.
"Alya, bareng aku aja?" Alex menawarkan jasa.
"Nggak perlu, aku bisa jalan sendiri. Aku nggak butuh kamu!" kataku dengan nada yang sedikit terdengar kasar. Aku kembali melanjutkan langkahku. Dia berusaha mengejar, namun tak kuhiraukan.
"Alya, jangan lari terus..."

Aku kembali tak menghiraukan teriakannya. Semakin kupercepat lariku. Hingga aku merasa dia sudah tak mengikutiku lagi. Aku berhenti dan kucoba untuk menolehnya. Benar, dia tak mengikutiku Tapi aku melihat, Alex terkapar dengan payung disampingnya,
"Alex..." teriakku sambil kembali berlari menghampirinya.

Kulihat dia hanya memegang dadanya. Ia tersenyum kepadaku. Senyuman yang sama seperti saat aku baru pertama kali melihatnya.
"Alya, larimu cepet banget. Aku cowok payah yang nggak bsa mengejarmu."
"Udah tau nggak mampu ngejar, ngapain masih juga ngejar aku?" gerutuku pada Alex.
"Aku beneran pengen kenal sama kamu. Aku cuma pengen tau aja."

Aku hanya bisa terdiam melihat wajahnya sudah mulai memucat.
"Aku merasa kayak pernah melihatmu sebelumnya. Beneran..."

Ingin rasanya aku mengacuhkan Alex. Tapi aku tak bisa.
"Oya? Dimana?"
Alex kembali tersenyum. "Bantu aku berdiri..." katanya dengan nada lirih.

Aku membantunya. Dan setelah itu, ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan isinya.
"Ini punyamu?"

Dompet itu? Dompet itu pemberian dari Tayo. Lalu aku segera menyahutnya.
"Darimana kamu mendapatkan ini?"
Alex terdiam. "Aku pernah melihatmu di taman kota sedang menangis. Lalu, kamu pergi saat aku memanggilmu. Dan aku mendapati kamu meninggalkan dompetmu disana..."
Sejenak, amarahku kembali memuncak. "Buang dompet itu!!! Aku nggak mau mengingatnya."
Alex seperti tak mendengarku. Akhirnya, kubuang sendiri dompet itu ke tengah jalan. Aku menangis, dan kemudian Alex memelukku. Pelukan yang sama seperti pelukan Tayo saat itu. Aku tak kuasa melepasnya karena pelukan itu terasa begitu teduh. Dan tak lama kemudian, Alex pingsan dipelukanku.
***

Sejak saat itu, aku merasa semakin dekat dengan Alex. Dia mampu memberikan warna di hidupku. Dia selalu membuatku tersenyum girang. Aku tak berharap jika ia sama seperti Tayo. Aku berharap jika ia mampu menjadi sosok yang benar-benar tulus untukku...
End

PROFIL PENULIS
Nama: Uswah Azizah
TTL : 29 Maret 1993
Alamat : Pucanganom, RT16. RW.02 Kebonsari Madiun
FB: zieza_cute@ymail.com / az-ziza ubait

Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya
Share & Like