Mengejar Mangsa Dien - Cerpen Islami

MENGEJAR MANGSA DIEN
Karya Ila Hidayatillah Fitroh

Aku Zahro, Hidayatuzzahro Ats-tsurayya.
Aku seorang santriwati di Pondok Pesantren Al-abror. Meski hanya santri dari pukul 16.30 sampai pukul 19.30 , setelah itu, pulang kembali ke rumah masing-masing. Nama bekennya sih santri kalong.
Hari sabtu, 3 November 2012.

Selepas sholat maghrib, di masjid, ada pengumuman dari ustadz Shidiq bahwa sehabis isya nanti ada kajian di masjid Arrahmah, dekat Islamic Centre tepat di depan MTs N Al-huda.
Pengisinya adalah seorang mantan pendeta dari Jakarta yang kini telah menjadi muslim.
Selepas maghrib, aku beserta kawan-kawan akhwat kelas 3 kembali ke kelas setelah sebelumnya menunaikan sholat maghrib di masjid al-abror.

“Eeehh... Kayaknya asyik tuh kajiannya, dateng nyooook!!! Mumpung malem minggu nihh" Ajakku.
“hmmmtt, boleh. Aku juga pingin..” Jawab Aisy.
“Ya. Aku pingiiiiiiinn banget tau cerita kenapa beliau tuh sampe masuk Islam yah..??” Celotehku
“Iyah, sama Ro...” Jawab kawan-kawan

Ustadz pun masuk. Kebetulan hari ini pelajaran fiqh, ustadz Shidiq. Ustadz Shidiq kembali mengumumkan, menghimbau serta berharap siswa kelas 3 dapat menghadiri masjid Arrahmah untuk mengikuti kajian. Kali ini Ustadz Shidiq hanya membuka sesi tanya jawab, tidak memberi materi khusus seperti biasanya. Beberapa pertanyaan pun dilayangkan, baik dari anak akhwat (perempuan) maupun ikhwan (laki-laki).
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba saja seorang anak ikhwan datang dari luar kelas. Dia sempat berbincang beberapa detik dengan ustadz. Lalu, dia menempatkan diri di depan meja yang tak ditempati dan langsung mendobrak meja serta mengucapkan kata-kata.
“Braaaaakkk...!!! buat anak ikhwan yang tidak mengikuti rihlah pada ahad lalu, kumpul di halaman . Sekarang juga...!!!” Tegas Zaid.

Wow! Semua kaget...
“Kenapa tuh si Zai...??” Suara penasaran beberapa anak akhwat.
“Gaje banget , bikin takut plus kaget ajja..” Anak akhwat lain menyusul termasuk aku.

Empat anak ikhwan keluar kelas, sisa dua anak ikhwan. Akhirnya mereka berdua keluar juga.
Mereka mendapat panggilan dari luar kelas. Dalam kelas hanya tinggal anak akhwat dan ustadz Shidiq. Sontak saja, gemuruh kebahagiaan anak akhwat menggema, kami bertahmid Alhamdulillaah, tak ada anak ikhwan selain ustadz Shidiq di kelas. Kenapa? Karena anak akhwat bebas bertanya kepada ustadz . Soalnya, kalau ada anak ikhwan rasanya malu, kurang bebas. Ustadz Shidiq melihat tingkah kami dengan pandangan penuh keherananan. Dan tanya jawab pun berlangsung kembali. Pertanyaan datang berbondong-bondong dari anak akhwat.
Selang beberapa menit kemudian, anak-anak ikhwan kembali masuk kelas begitu juga dengan Zaid. Akhie Zai (nama beken dari Zaid) meminta waktu sebentar kepada ustadz Shidiq. Dia meminta maaf kepada semuanya karena tingkahnya tadi. Dia mengaku, ada unsur guyon tadi. Cerdas juga aktingnya.
Pelajaran selesai diiringi berkumandangnya adzan isya.
Sholat isya selesai dilaksanakan. Aku beserta kawan-kawan kelas 3 bersiap-siap menuju masjid Arrahmah. Saat kami berada di dekat pintu, tiba-tiba saja Ustadz Utsman masuk dengan membawa tas khasnya. Sebenarnya setiap malam minggu ada pelajaran tambahan nahwushorof. Kami meminta pada ustadz Utsman agar hari ini tidak pelajaran tambahan dulu.

“Ustadz, ngga pelajaran tambahan dulu yah.. Kami mau ke masjid Arrahmah.” Pinta anak-anak
Akhwat.
“Udaaah, duduk dulu..” Balas Ustadz Utsman
“Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhh...” Keluh santriwati.
“Ya. Ada tugas bukan...??” Ucap Ustadz Utsman.
“Ada Tadz...” Jawab santriwati.
“Ya, Zahro baca dan jawab soal no.1” Perintah Ustadz Utsman.
“Ana Tadz...??!!!” Ucapku sedikit gugup.
“Ya..!” singkat Ustadz.

Setelah kubaca dan kujawab soal, Ustadz Utsman memerintahkanku menuliskan jawabannya di papan tulis. Berlanjut terus ke soal selanjutnya oleh ukhtie Fitri, Amani, Aisy, Wahyu. Inda, dan ukhtie Umi. Saat menuliskan jawaban di papan tulis secara bergilir, kami terus saja meminta kepada Ustadz Utsman untuk menyelesaikan pelajaran. Kami takut ketinggalan kajian, karena Masjid Arrahmah cukup jauh dari Ponpes Al-abror, sekitar 1 KM. Anak-anak akhwat kelas 2 menanti di halaman, karena rencana buat berangkat bareng-bareng kelas 3 akhwat. Namun, Ustadz Utsman bilang ke anak 2 akhwat untuk berangkat dahulu.
Akhirnya pelajaran pun selesai. Kami sudah tak sabar, langsung saja kami menggendong tas dan bergegas menuju pintu kelas.

“(Dalam kondisi berdiri) Ayoo Tadz, udaah..!” Celoteh kami tak sabar
“ Eiittss, ntar dulu..!” Ucap Ustadz Utsman.
“ Oiyaa, baca do’a..” Ingatku.
“ Nah..! Do’a kaffarotul majlis...!” Tambah Ustadz Utsman.

Saat selesai membaca do’a, Langsung saja semua tak sabar menuju keluar.

“Eiittss, ustadznya dulu dooonkk..!!” Peringatanku.
“Eeeeehhhh, iyaa ustadznya dulu donkk..!” Tambah ukhtie Inda.
“Yaaaah, tanggung (di mulut pintu)” Jawab salah seorang.
Huuuuuuuuh... aku jadi ikutan nyrobot deh.. heheee
Langsung kami menuju tempat wudhu untuk mencuci tangan karena kotor kapur. Dan setelah itu, langsung saja kami naiki sepeda masing-masing dengan sigap dan terburu-buru. Ketika di depan jalan, gerbang pondok, terdengar ada suara yang mengagetkan, seperti ada sesuau yang jatuh dari kendaraan. Aku , ukhtie Aisy dan ukhtie Umi sudah berada di seberang gerbang pondok. Berhenti dan menengok sejenak apa yang terjadi. Sedangkan Ukhtie Inda, wahyu dan Fitri belum menyebrang.

Di perjalanan.
Aku, ukhtie Aisy dan ukhtie Umi melaju lebih dulu. Melaju bak seekor harimau kelaparan yang tengah mengejar mangsanya, ambisi yang tinggi, tatapan tajam mengarah ke depan , tak peduli sekitar, tak tengok belakang dan pastinya melaju dengan kecepatan tinggi bagi sebuah sepeda. Hingga ukhtie Inda, Wahyu dan Fitri tak terlihat dari pandanganku, mereka ketinggalan. Sedangkan ukhtie Amani pulang dahulu, karena ia dijemput oleh kakaknya.
Jalan tak selalunya lurus, ada banyak rintangan, terjal , jalan berlubang, bagi jalan dengan pengguna jalan lain , hiiuuuuuhhh, kami terus melaju bak harimau kelaparan yang tak ingin menyiakan mangsanya. Demi mencari ilmu dien (ilmu agama) .
 
Alhamdulillah, sampai juga. Betapa bahagianya hatiku, harimau berhasil menangkap mangsanya. Ternyata acara sudah dimulai. Banyak yang datang. Aku, ukhtie Aisy dan ukhtie Umi menunggu sejenak. Tak lama kemudian, tibalah ukhtie Inda, ukhtie Wahyu dan ukhtie Fitri .

PROFIL PENULIS
Nama ane Ila Hidayatillah Fitroh :)
Ane lahir 31 Januari 1999 (masih muda bangett kan...??!!)
Kelas 9 dari MTs Negeri Brebes
No. Urut : 1407
Tanggal Kirim : 06/11/2012 23:15:38
#salam Ukhuwah 

Baca juga Cerpen Islam yang lainnya.
Share & Like