TERNYATA AKU SALAH MENCINTAIMU
Karya Risty Cahya Yuantika
Tepat pukul 07:00 jam deringku berbunyi, rasanya sangat malas sekali untuk membuka mata, tapi sangat tidak mungkin jika aku melanjutkan tidurku, karena aku juga harus beraktivitas pagi ini. Dengan bermalas-malasan aku melangkahkan kaki menuju pintu kamar tidurku, aku keluar rumahku untuk menghirup udara pagi. Di dpan rumah ku pandangi sekeliling, banyak yang sudah mulai beraktivitas, anak-anak sekolah juga terlihat terburu-buru untuk pergi kesekolah. Begitupun orang-orang yang bekerja, mereka sudah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Tepat pada sudut gang buntu aku melihat seseorang yang mungkin juga akan berangkat kerja. Aku bertanya-tanya siapa dia? Karna aku juga tidak pernah melihatnya. Semakin lama aku memandangnya, semakin terasa jantungku berdegub cepat. Entahlah apa yang aku rasakan. Aku tersadar dari lamunanku padanya ketika cowok itu lewat dihadapanku. Aah.. aneh sekali aku ini, gumamku dalam hati. Langsung saja aku masuk kedalam rumah dan siap-siap untuk berangkat bekerja.
Ditempat kerja pikiran tak tenang, memikirkan cowok yang tadi pagi ku temui, pikiranku dihantui bayangannya. Sampai-sampai aku ditegur bosku karena melamun pada waktu berkerja. Sungguh malunya kau ditertawakan teman-teman kantorku. Hari ini kerjaanku kurang maksimal.
“ Gara-gara cowok itu, aku dimarahin bos. “ kataku ngedumel kesal.
Ditempat kerja pikiran tak tenang, memikirkan cowok yang tadi pagi ku temui, pikiranku dihantui bayangannya. Sampai-sampai aku ditegur bosku karena melamun pada waktu berkerja. Sungguh malunya kau ditertawakan teman-teman kantorku. Hari ini kerjaanku kurang maksimal.
“ Gara-gara cowok itu, aku dimarahin bos. “ kataku ngedumel kesal.
Hari ini aku pulang terlambat, biasanya pukul 3 sore aku sudah pulang, tapi gara-gara pekerjaanku yang tak bisa ku selesaikan dengan cepat. Akhirnya aku pulang pukul 4 sore.
“ Kamu pulang jam berapa rik? “
“ Jam 4, belum selesai nih, bantuin dong, biar cepet-cepet. “ jawabku kesal.
“ Enggak ah, aku ada janji dengan pacarku, salah sendiri tadi pake nglamun
nglamun segala, nggak selesai-selesai kan jadinya. “ ledek Lisa teman kantorku.
“ Kamu ada masalah ya rik? Katanya lagi.
“ Iya Lis, masalah hati “ jawabku sambil tertawa.
“ Masalah hati?? “ Lisa semakin bingung melihat sikapku yang salah tingkah.
Melihat ekspresi wajah Lisa yang kebingungan aku hanya bisa cengar-cengir.
“ Aaah.. ya sudahlah, ngladenin kamu yang nggak waras!! “ Kata Lisa kesal karena aku tidak menjawab pertanyaannya. Lalu ia pun pulang. Aku tertawa lebar melihat sikap Lisa.
Waktu menunjukkan pukul 4. Akhirnya pekerjaanku selesai juga. Aku pulang dengan rasa penat dikepalaku. Berjalan dari gang depan menuju rumah rasanya berat seklai kaki melangkah. Tidak biasanya aku seperti ini. Mungkin karena banyak yang aku kerjakan dan harus kuselesaikan dengan waktu cepat. Pikiranku mulai melayang kemana-mana, melamun dijalan sebenarnya sangat bahaya, tapi lamunanku ini sangat sayang jika terlewatkan.
“ Tiiiinnnn... “
Terdengar suara klakson sepeda motor disampingku, mengagetkanku, dan membuyarkan lamunanku. Setelah aku menoleh ke sumber sura tersebut. Aku smakin kaget, diam mematung, jantung terasa berdebar cepat. Oh My God cowoku itu, dia yang membuat hatiku tak tenang seharian ini, dia yang membuat pekerjaanku berantakan, dia yang membuat aku dimarahi bosku di depan teman-teman kantorku. Sekarang dia ada disampingku, tersenyum padaku. Rasanya aku seperti terbang ke langit ketujuh.
“ Jalan kaki mbak? Ayo bareng aku aja. “
Aku tidak mendengarkan suaranya sama sekali. Aku hanya terpaku memandang wajahnya yang manis itu. Sekali lagi dia memanggilku.
“ Mbak.. “
“ Iya.. “ jawabku kaget.
Malu sekali rasanya. Dan aku salah tingkah berhadapan dengannya.
“ Bagaimana mbak tawaran ku tadi. “
“ Em,, rumahku depan itu mas, tinggal 5 langkah udah nyampek, nggak
Usah aja deh. “
“ Oh, gitu mbak. Kalau gitu, aku duluan ya.. “ kata cowok itu, berlalu dengan tersenyum padaku.
Mimpi apa semalam, gumamku sambil cengar-cengir sendiri. Karena sudah sore aku cepat-cepat masuk kedalam rumah.
Malam harinya aku tidak bisa tidur, melamun didepan laptop. Ku ulang satu persatu kejadian siang tadi, tiba-tiba aku tertawa malu sendiri rasanya.
3 hari setelah kejadian itu. Seperti biasa, setiap pagi aku selalu keluar rumah dulu sebelum bersiap-siap untuk bekerja, menghirup udara pagi, menyaksikan anak-anak berangkat sekolah, menyaksikan orang-orang yang akan berangkat bekerja. Dan pastinya aku tidak ingin ketinggalan menyaksikan pemandangan yang bisa membuatku lupa segalanya.
Ternyata cowok itu juga memperhatikanku dari kejauhan. Aku tersipu malu saat kita saling beradu pandang, lalu aku mengalihkan pandanganku padanya. Tiba-tiba ada yang menyapaku.
“ Mbak, nggak kerja nih? “
Suara itu, aku pernah mendengarnya. Aku menoleh kebelakang. Jantungku kembali berdebar cepat. Tingkahku mulai tidak jelas. Rasanya aku jatuh cinta padanya, cinta pada pandangan pertama.
“ Eh.. enggak Eh.. iya , nanti “ jawabku dengan gaya salah tingkah. Cowok itu hanya tersenyum padaku.
“ Namaku Erik, nama mbak siapa? “ katanya sambil mengulirkan tangan padaku.
“ Erikk.. “ mataku tak berkedip memandangnya, sampai-sampai aku kurang lengkap menyebut namaku.
“ Erik ?? cowok itu semakin bingung dengan omonganku.
“ Ehm.. maksudku Erika, hehehe.. “ kataku sambil tertawa malu.
“ hmm.. masuk jam berapa?
“ jam 8 nanti pulangnya jam 3. “
“ owh, aku duluan ya, bye.. “ katanya sambil tersenyum dan pergi dari hadapanku.
Rasanya aku senang sekali bisa berkenalan dengannya. Namanya Erik, sedangkan namaku Erika, nama kita hampir sama, mungkin dia emang jodohku, gumamku dalam hati.
Sejak perkenalan itu, ia semakin sering menyapaku, itu membuatku semakin berharap padanya, ingin ku ungkapkan perasaanku padanya, tapi aku tidak punya nyali untuk mengungkapkannya. Ketika aku berjalan dari pintu masuk gang ia sering menawarkan barengan padaku. Apa dia juga memiliki perasaan yang sama padaku?? Tapi mengapa dia tidak mengungkapkannya padaku?? Pertanyaan itu selalu mengiang-ngiang di kepalaku.
Sudah satu minggu aku tidak bertemu dengan Erik. Pagi-pagi sekali aku berdiri di depan rumah dengan maksud untuk melihat dia, mungkin saja dia berangkat pagi-pagi sekali. Tapi sampai lebih dari jam biasanya dia berangkat, dia tak kunjung muncul. Sorenya juga begitu, ketika aku pulang bekerja sampai menjelang magrib aku juga tidak bertemu dengannya. Kemana dia?? Apakah dia pindah?? Tapi kenapa dia tidak memberi tahu aku??
“ Aah ya sudahlah, mungkin dia tidak peduli sama aku. Aku juga bukan siapa-siapanya. “ kataku dengan perasaan sedih.
Ketika aku pulang bekerja, aku ingat pertama kali ia menyapaku, hatiku sedih, aku merasa sangat sepi, tidak ada lagi semangatku untuk bangun pagi, tidak ada lagi yang memboncengku dari pintu masuk gang. Tidak akan ada lagi yang mengacaukan hatiku.
Aku berdiri mematung didepan rumahku, mataku tidak berkedip melihat anak kecil bermain dengan ibunya tepat dimana biasanya Erik menunggu jam untuk berangkat kerja. Anak kecil itu lucu sekali. Ingin sekali rasanya aku menghampirinya dan ikut bermain bersamanya.
“ tiiinn.. “ bunyi klakson itu membuyarkan lamunanku.
“ Erika... “
Suara itu mengagetkanku. Aku tau suara itu suara siapa. Aku menoleh dengan perasaan gembira.
“ Erik, kemana saja kamu?? Sudah satu minggu aku nggak lihat kamu.. “ tanyaku dengan manja kepadanya.
“ Maaf, aku lupa pamitan sama kamu, anakku masuk Rumah sakit, aku
buru-buru, sampai aku lupa pamitan sama kamu. “
Aku ternganga dengan ucapannya.
“ Sekarang dia udah sembuh, itu dia, dia lagi main sama mamanya. “ katanya lagi sambil menunjuk kearah anak kecil dan seorang wanita yang sedang bermian tepat dimana biasanya Erik menunggu jam untuk berangkat bekerja.
Aku semakin shock, rasanya seperti tertimpa batu besar dari langit, air mata seakan mau menetes, tapi aku berusaha untuk menahannya.
“ Papaaaaa.... “
Dari kejauhan anak kecil itu berteriak memanggil Erik dengan sebutan papa, ia berlari ke arah erik, begitu juga wanita itu,
“ Papa udah pulang.. “ katanya dengan girang.
Aku perlahan-lahan meninggalkan mereka bertiga. Dari dalam rumah aku memperhatikan kebahagiaan mereka. Sayang sekali jika aku merusaknya, aku nggak mau dibilang sebagai perusak. Biarkan cinta yang salah ini aku buang jauh-jauh.
THE END
“ Kamu pulang jam berapa rik? “
“ Jam 4, belum selesai nih, bantuin dong, biar cepet-cepet. “ jawabku kesal.
“ Enggak ah, aku ada janji dengan pacarku, salah sendiri tadi pake nglamun
nglamun segala, nggak selesai-selesai kan jadinya. “ ledek Lisa teman kantorku.
“ Kamu ada masalah ya rik? Katanya lagi.
“ Iya Lis, masalah hati “ jawabku sambil tertawa.
“ Masalah hati?? “ Lisa semakin bingung melihat sikapku yang salah tingkah.
Melihat ekspresi wajah Lisa yang kebingungan aku hanya bisa cengar-cengir.
“ Aaah.. ya sudahlah, ngladenin kamu yang nggak waras!! “ Kata Lisa kesal karena aku tidak menjawab pertanyaannya. Lalu ia pun pulang. Aku tertawa lebar melihat sikap Lisa.
Waktu menunjukkan pukul 4. Akhirnya pekerjaanku selesai juga. Aku pulang dengan rasa penat dikepalaku. Berjalan dari gang depan menuju rumah rasanya berat seklai kaki melangkah. Tidak biasanya aku seperti ini. Mungkin karena banyak yang aku kerjakan dan harus kuselesaikan dengan waktu cepat. Pikiranku mulai melayang kemana-mana, melamun dijalan sebenarnya sangat bahaya, tapi lamunanku ini sangat sayang jika terlewatkan.
“ Tiiiinnnn... “
Terdengar suara klakson sepeda motor disampingku, mengagetkanku, dan membuyarkan lamunanku. Setelah aku menoleh ke sumber sura tersebut. Aku smakin kaget, diam mematung, jantung terasa berdebar cepat. Oh My God cowoku itu, dia yang membuat hatiku tak tenang seharian ini, dia yang membuat pekerjaanku berantakan, dia yang membuat aku dimarahi bosku di depan teman-teman kantorku. Sekarang dia ada disampingku, tersenyum padaku. Rasanya aku seperti terbang ke langit ketujuh.
“ Jalan kaki mbak? Ayo bareng aku aja. “
Aku tidak mendengarkan suaranya sama sekali. Aku hanya terpaku memandang wajahnya yang manis itu. Sekali lagi dia memanggilku.
“ Mbak.. “
“ Iya.. “ jawabku kaget.
Malu sekali rasanya. Dan aku salah tingkah berhadapan dengannya.
“ Bagaimana mbak tawaran ku tadi. “
“ Em,, rumahku depan itu mas, tinggal 5 langkah udah nyampek, nggak
Usah aja deh. “
“ Oh, gitu mbak. Kalau gitu, aku duluan ya.. “ kata cowok itu, berlalu dengan tersenyum padaku.
Mimpi apa semalam, gumamku sambil cengar-cengir sendiri. Karena sudah sore aku cepat-cepat masuk kedalam rumah.
Malam harinya aku tidak bisa tidur, melamun didepan laptop. Ku ulang satu persatu kejadian siang tadi, tiba-tiba aku tertawa malu sendiri rasanya.
3 hari setelah kejadian itu. Seperti biasa, setiap pagi aku selalu keluar rumah dulu sebelum bersiap-siap untuk bekerja, menghirup udara pagi, menyaksikan anak-anak berangkat sekolah, menyaksikan orang-orang yang akan berangkat bekerja. Dan pastinya aku tidak ingin ketinggalan menyaksikan pemandangan yang bisa membuatku lupa segalanya.
Ternyata cowok itu juga memperhatikanku dari kejauhan. Aku tersipu malu saat kita saling beradu pandang, lalu aku mengalihkan pandanganku padanya. Tiba-tiba ada yang menyapaku.
“ Mbak, nggak kerja nih? “
Suara itu, aku pernah mendengarnya. Aku menoleh kebelakang. Jantungku kembali berdebar cepat. Tingkahku mulai tidak jelas. Rasanya aku jatuh cinta padanya, cinta pada pandangan pertama.
“ Eh.. enggak Eh.. iya , nanti “ jawabku dengan gaya salah tingkah. Cowok itu hanya tersenyum padaku.
“ Namaku Erik, nama mbak siapa? “ katanya sambil mengulirkan tangan padaku.
“ Erikk.. “ mataku tak berkedip memandangnya, sampai-sampai aku kurang lengkap menyebut namaku.
“ Erik ?? cowok itu semakin bingung dengan omonganku.
“ Ehm.. maksudku Erika, hehehe.. “ kataku sambil tertawa malu.
“ hmm.. masuk jam berapa?
“ jam 8 nanti pulangnya jam 3. “
“ owh, aku duluan ya, bye.. “ katanya sambil tersenyum dan pergi dari hadapanku.
Rasanya aku senang sekali bisa berkenalan dengannya. Namanya Erik, sedangkan namaku Erika, nama kita hampir sama, mungkin dia emang jodohku, gumamku dalam hati.
Sejak perkenalan itu, ia semakin sering menyapaku, itu membuatku semakin berharap padanya, ingin ku ungkapkan perasaanku padanya, tapi aku tidak punya nyali untuk mengungkapkannya. Ketika aku berjalan dari pintu masuk gang ia sering menawarkan barengan padaku. Apa dia juga memiliki perasaan yang sama padaku?? Tapi mengapa dia tidak mengungkapkannya padaku?? Pertanyaan itu selalu mengiang-ngiang di kepalaku.
Sudah satu minggu aku tidak bertemu dengan Erik. Pagi-pagi sekali aku berdiri di depan rumah dengan maksud untuk melihat dia, mungkin saja dia berangkat pagi-pagi sekali. Tapi sampai lebih dari jam biasanya dia berangkat, dia tak kunjung muncul. Sorenya juga begitu, ketika aku pulang bekerja sampai menjelang magrib aku juga tidak bertemu dengannya. Kemana dia?? Apakah dia pindah?? Tapi kenapa dia tidak memberi tahu aku??
“ Aah ya sudahlah, mungkin dia tidak peduli sama aku. Aku juga bukan siapa-siapanya. “ kataku dengan perasaan sedih.
Ketika aku pulang bekerja, aku ingat pertama kali ia menyapaku, hatiku sedih, aku merasa sangat sepi, tidak ada lagi semangatku untuk bangun pagi, tidak ada lagi yang memboncengku dari pintu masuk gang. Tidak akan ada lagi yang mengacaukan hatiku.
Aku berdiri mematung didepan rumahku, mataku tidak berkedip melihat anak kecil bermain dengan ibunya tepat dimana biasanya Erik menunggu jam untuk berangkat kerja. Anak kecil itu lucu sekali. Ingin sekali rasanya aku menghampirinya dan ikut bermain bersamanya.
“ tiiinn.. “ bunyi klakson itu membuyarkan lamunanku.
“ Erika... “
Suara itu mengagetkanku. Aku tau suara itu suara siapa. Aku menoleh dengan perasaan gembira.
“ Erik, kemana saja kamu?? Sudah satu minggu aku nggak lihat kamu.. “ tanyaku dengan manja kepadanya.
“ Maaf, aku lupa pamitan sama kamu, anakku masuk Rumah sakit, aku
buru-buru, sampai aku lupa pamitan sama kamu. “
Aku ternganga dengan ucapannya.
“ Sekarang dia udah sembuh, itu dia, dia lagi main sama mamanya. “ katanya lagi sambil menunjuk kearah anak kecil dan seorang wanita yang sedang bermian tepat dimana biasanya Erik menunggu jam untuk berangkat bekerja.
Aku semakin shock, rasanya seperti tertimpa batu besar dari langit, air mata seakan mau menetes, tapi aku berusaha untuk menahannya.
“ Papaaaaa.... “
Dari kejauhan anak kecil itu berteriak memanggil Erik dengan sebutan papa, ia berlari ke arah erik, begitu juga wanita itu,
“ Papa udah pulang.. “ katanya dengan girang.
Aku perlahan-lahan meninggalkan mereka bertiga. Dari dalam rumah aku memperhatikan kebahagiaan mereka. Sayang sekali jika aku merusaknya, aku nggak mau dibilang sebagai perusak. Biarkan cinta yang salah ini aku buang jauh-jauh.
THE END
PROFIL PENULIS
Nama : Risty Cahya Yuantika
Fb: Ryztytull@rocketmail.com ( Risty Cahya Yuantika )
Twitter : @RistyCahya
Twitter : @RistyCahya
Baca juga Cerpen Remaja dan Cerpen Cinta yang lainnya.