KAULAH CINTA PERTAMA DAN TERAKHIRKU
Karya Muryadi
Menatap bulan dikala malam hari, itulah yang aku lakukan beberapa malam ini. Dengan itu aku bisa melepaskan rasa rindu ku pada seorang kekasih yang begitu ku sayang. Namanya Aldo orang yang meninggal akibat kecelakaan mobil beberapa hari yang lalu, ia adalah cinta pertama ku. Walaupun ia telah pergi dari dunia yang orang lain tak punya, aku masih ingat kata yang ia ucapkan pada ku sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.
“Tetaplah tersenyum, karena senyum akan membawa kedamaian pada dirimu. sampai kapan pun aku akan tetep mencintai mu” ya kata itulah yang ia ucapkan untuk ku sebelum sang malaikat menjemputnya. Aku tau cintanya pada ku begitu besar, tapi yang aku tidak tau kenapa ia harus pergi secepat ini dan membiarkan aku harus merana karena tak bisa melupakan dirinya.
“Aldo mungkin cinta kita tak bisa bersatu di dunia ini, tapi aku berharap kelak tuhan akan menyatukan cinta kita di alam yang kedua nanti. Tunggulah aku Aldo” hati kecil ku berkata. Terkadang aku merasa cahaya kehidupan ku telah hilang bersama perginya Aldo dalam hidupku.
“Ris, kamu kenapa? Melamun ya?” tanya Lisa membangunkan aku dari lamunan, emang beberapa malam ini Lisa selalu datang kerumah ku untuk menghiburku.
“Oh...tidak , siapa yang lagi melamun” ucap ku terkejud, sambil mengusap airmata ku.
“kamu menangis Ris? Kamu pasti lagi teringat Aldo kan? Udah Ris, kamu harus bisa menerima kenyataan ini?”
“Aku Cuma sedih aja Lis. Kenapa Aldo perginya secepat itu dan kenapa dia tega meninggalkan aku sendiri seperti ini?”
“Ris kepergian Aldo bukan atas kehendaknya, tapi itu kehendak yang diatas. Asal kamu tau Ris, Aldo udah bahagia disana dan kamu harus tetap semangat, karena perjalanan hidupmu masih panjang Ris. Kamu harus bisa mengikhlaskan kepergiannya” ucap Lisa kepada ku.
“Apa yang dikatakan kamu benar Lis. Aku akan coba untuk mengikhlaskan kepergiaannya” Lisa hanya tersenyum dengan ucapanku.
“Kehidupan terkadang memang tak selalu indah, seperti apa yang kita pikirkan dan tak semudah apa yang kita bayangkan. Pahit, manis, siang, malam, bulan, matahari, serta pertemuan dan perpisahan. Semua itu adalah pasangan dalam kehidupan” jelas Lisa pada ku, aku hanya bisa tersenyum mendengar nasehatnya itu. Memang sahabat ku ini begitu peduli padaku, buat aku Lisa seperti saudara kandungku yang selalu ada disaat aku suka maupun duka.
Pagi telah menjelang, dengan langkah gontai ku langkahkan kaki ku menuju gerbang rumah untuk berangkat kesekolah, ku lihat Lisa telah menunggu ku dengan motornya yang berwarna biru metalix itu.
Entah berapa jam aku dan teman-teman ku belajar didalam kelas dengan menghadapi guruku yang super cerewet itu, bel istirahat pun telah menyapa kami. Teman-teman ku pada berhamburan pergi meninggalkan kelas menuju kantin sekolah. Sementara aku hanya memilih untuk duduk ditaman. Hatiku masih pilu, aku masih belum siap menerima kenyataan ini. Tanpa ku sadari airmataku mengalir dari kelopak mata. Ditaman inilah Aldo menyatakan cintanya dan ditempat ini pula ia mengucapkan hari ulang tahunku yang telah berlalu beberapa hari yang lalu. Kenangan bersama Aldo masih tersimpan didalam memory otak ku. Beberapa menit berlalu, datanglah Riky sahabatnya Aldo sejak SMP.
“Ris, sampai kapan kamu mau seperti ini? Sekalipun kamu menangis darah, Aldo tidak akan kembali bersama kamu” jelas Riky padaku.
“jangan pernah kau sia-siakan hidupmu Ris hanya karna kepergian Aldo. Tataplah masa depanmu yang sekarang, jangan terlalu larut dalam kesedihan” sambungnya lagi. Aku tak bisa berkata apa pun padanya, aku hanya bisa menangis dan menangis.
Empat bulan telah berlalu, tapi nama Aldo masih selalu ada didalam benak ku, sekuat apapun aku coba buat mengikhlaskan kepergiannya selalu saja gagal.
Sore ini Riky datang kerumah ku, buat menemaniku pergi keperpustakaan buat mengerjakan tugas yang diberikan bu Ratih guru Sosiolaogi ku. Kedekatan ku beberapa bulan ini dengan Riky telah membuat Riky jatuh cinta padaku, sepulang sekolah ia menemui aku dan menyatakan cintanya padaku, tapi aku menolaknya lantaran aku tidak mencintainya.
“Maafkan aku Riky. Bukannya aku ingin menyakiti hatimu, tapi aku belum bisa..” Tiba-tiba perkataan ku diputus oleh Riky.
“Belum bisa melupakan Aldo kan Ris? Potong Riky, kelihatannya ia begitu kecewa dengan keputusan ku.
“Aku binggung Rik, kenapa sampai saat ini aku belum bisa melupakan dirinya” ucapku dengan nada sedih.
“Begitu berartinya Aldo dalam hidup kamu Ris, sampai-sampai tidak ada cinta yang lain buat kamu”
“Aku tidak tau Riky, entah seberapa pentingnya Aldo buat aku. Sampai detik ini hanya Aldo lah yang ada dimemory ku. Itulah ucapku pada Riky, mendengar itu Riky pergi meninggalkan aku. Aku lihat ada kekecewaan pada dirinya atas keputusan ku itu. Aku telah coba membunuh perasaan cinta ku pada Aldo, tapi semua itu juga tidak ada hasilnya.
“Apa yang kamu pikirkan Ris?” tanya Tia menghampiriku setelah Riky pergi meninggalkan aku.
“Begini Lis. Tadi Riky nembak aku, tapi.....tapi...”
“Tapi kenapa Ris?” tiba-tiba Lisa memotong pembicaraan ku
“Tapi aku menolaknya”
“kenapa kamu tolak Ris, jangan kamu bilang ini semua karena kamu tidak bisa melupakan Aldo”
“Apa yang dikatakan kamu itu benar Lis, ini semua karena aku tidak bisa melupakan Aldo. Sebab aldo telah membawa separuh hatiku”
“Kenapa sih Ris kamu belum juga bisa melupakannya. Aku tidak mengenal Risya yang dulu lagi, yang selalu tersenyum dan ceria dalam menghadapi kenyataan hidup” jelas Lisa padaku, kemudian ia pergi meninggalkan aku. Sepertinya Lisa juga kecewa padaku seperti yang dirasakan Riky beberapa saat tadi.Kini aku hanya bisa menatap langit, ingin rasanya aku menjerit sekuat tenagaku, tapi sayang suaraku tak mampu untuk ku keluarkan. Lidahku kaku aku hanya bisa menangis meratapi nasib hidupku ini.
Pagi telah berganti petang dan bentar lagi matahari akan tengelam di sebelah barat menandakan malam akan datang. Suara burung hampir sunyi dan kini yang terdengar hanya suara nyanyian jengkrik dan cacing. Hembusan angin menusuk tulangku. Ku pejamkan mataku dengan pikiran diambang-ambang kesedihan.
“Aldo..! sampai saat ini tak ada satu pun yang bisa mengantikan kamu di hatiku, karena kau adalah cinta pertama dan terakhir ku” Itulah kata yang ku ucap sebelum aku tertidur lelap untuk selamanya.
" TAMAT "
Entah berapa jam aku dan teman-teman ku belajar didalam kelas dengan menghadapi guruku yang super cerewet itu, bel istirahat pun telah menyapa kami. Teman-teman ku pada berhamburan pergi meninggalkan kelas menuju kantin sekolah. Sementara aku hanya memilih untuk duduk ditaman. Hatiku masih pilu, aku masih belum siap menerima kenyataan ini. Tanpa ku sadari airmataku mengalir dari kelopak mata. Ditaman inilah Aldo menyatakan cintanya dan ditempat ini pula ia mengucapkan hari ulang tahunku yang telah berlalu beberapa hari yang lalu. Kenangan bersama Aldo masih tersimpan didalam memory otak ku. Beberapa menit berlalu, datanglah Riky sahabatnya Aldo sejak SMP.
“Ris, sampai kapan kamu mau seperti ini? Sekalipun kamu menangis darah, Aldo tidak akan kembali bersama kamu” jelas Riky padaku.
“jangan pernah kau sia-siakan hidupmu Ris hanya karna kepergian Aldo. Tataplah masa depanmu yang sekarang, jangan terlalu larut dalam kesedihan” sambungnya lagi. Aku tak bisa berkata apa pun padanya, aku hanya bisa menangis dan menangis.
Empat bulan telah berlalu, tapi nama Aldo masih selalu ada didalam benak ku, sekuat apapun aku coba buat mengikhlaskan kepergiannya selalu saja gagal.
Sore ini Riky datang kerumah ku, buat menemaniku pergi keperpustakaan buat mengerjakan tugas yang diberikan bu Ratih guru Sosiolaogi ku. Kedekatan ku beberapa bulan ini dengan Riky telah membuat Riky jatuh cinta padaku, sepulang sekolah ia menemui aku dan menyatakan cintanya padaku, tapi aku menolaknya lantaran aku tidak mencintainya.
“Maafkan aku Riky. Bukannya aku ingin menyakiti hatimu, tapi aku belum bisa..” Tiba-tiba perkataan ku diputus oleh Riky.
“Belum bisa melupakan Aldo kan Ris? Potong Riky, kelihatannya ia begitu kecewa dengan keputusan ku.
“Aku binggung Rik, kenapa sampai saat ini aku belum bisa melupakan dirinya” ucapku dengan nada sedih.
“Begitu berartinya Aldo dalam hidup kamu Ris, sampai-sampai tidak ada cinta yang lain buat kamu”
“Aku tidak tau Riky, entah seberapa pentingnya Aldo buat aku. Sampai detik ini hanya Aldo lah yang ada dimemory ku. Itulah ucapku pada Riky, mendengar itu Riky pergi meninggalkan aku. Aku lihat ada kekecewaan pada dirinya atas keputusan ku itu. Aku telah coba membunuh perasaan cinta ku pada Aldo, tapi semua itu juga tidak ada hasilnya.
“Apa yang kamu pikirkan Ris?” tanya Tia menghampiriku setelah Riky pergi meninggalkan aku.
“Begini Lis. Tadi Riky nembak aku, tapi.....tapi...”
“Tapi kenapa Ris?” tiba-tiba Lisa memotong pembicaraan ku
“Tapi aku menolaknya”
“kenapa kamu tolak Ris, jangan kamu bilang ini semua karena kamu tidak bisa melupakan Aldo”
“Apa yang dikatakan kamu itu benar Lis, ini semua karena aku tidak bisa melupakan Aldo. Sebab aldo telah membawa separuh hatiku”
“Kenapa sih Ris kamu belum juga bisa melupakannya. Aku tidak mengenal Risya yang dulu lagi, yang selalu tersenyum dan ceria dalam menghadapi kenyataan hidup” jelas Lisa padaku, kemudian ia pergi meninggalkan aku. Sepertinya Lisa juga kecewa padaku seperti yang dirasakan Riky beberapa saat tadi.Kini aku hanya bisa menatap langit, ingin rasanya aku menjerit sekuat tenagaku, tapi sayang suaraku tak mampu untuk ku keluarkan. Lidahku kaku aku hanya bisa menangis meratapi nasib hidupku ini.
Pagi telah berganti petang dan bentar lagi matahari akan tengelam di sebelah barat menandakan malam akan datang. Suara burung hampir sunyi dan kini yang terdengar hanya suara nyanyian jengkrik dan cacing. Hembusan angin menusuk tulangku. Ku pejamkan mataku dengan pikiran diambang-ambang kesedihan.
“Aldo..! sampai saat ini tak ada satu pun yang bisa mengantikan kamu di hatiku, karena kau adalah cinta pertama dan terakhir ku” Itulah kata yang ku ucap sebelum aku tertidur lelap untuk selamanya.
" TAMAT "
PROFIL PENULIS
Nama : Muryadi
TTL : Pelanduk, 30 Januari 1993
Alamat : Riau
Status : Mahasiswa
Alamat Fb : Muryadi Rahadi
Twitter : Muryadi Rahadi
TTL : Pelanduk, 30 Januari 1993
Alamat : Riau
Status : Mahasiswa
Alamat Fb : Muryadi Rahadi
Twitter : Muryadi Rahadi
Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya