MEMORIES UNDER THE MAGNOLIA
Karya Ririn Ratna Safitri
Hai aku Grace begitulah orang-orang memanggilku, tapi nama lengkapku adalah Angelia Grace Pratiwi. Sekarang aku kuliah di salah satu universitas di New York, aku belum lama tinggal di New York soalnya aku baru lulus SMA 1 tahun yang lalu. Aku memutuskan untuk kuliah di New York karena itu cita-citaku semenjak pertama kali masuk SMA dan sekarang semua itu menjadi kenyataan, dan satu lagi yang membuat aku bangga pada diriku adalah aku sekolah disini di New York tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun karena aku mendapatkan beasiswa, dan baiknya lagi aku justru mendapat uang setiap bulannya untuk hidupku di kota sebesar ini. Disini aku tidak sendirian, ada 3 orang temanku yang lain yang juga mendapat beasiswa sekolah disini mereka adalah Gea, Deby dan Julia kami berempat menempati sebuah rumah kecil yang jaraknya tak jauh dari universitas kami.
Hari ini cuaca di New York sangat cerah, seperti biasa aku, Gea, Deby dan Julia bersiap-siap buat berangkat ke kampus.
“Gea, cepetan kenapa lama banget sih mau kita tinggal?” kata Deby
“Iya iya sebentar, tungguin” jawab Gea sambil lari kedepan rumah
“udah siap kan semua? Yuk berangkat sekarang!” ajakku
“sudah…oke berangkat” jawab Gea, Deby dan Julia serempak
Karya Ririn Ratna Safitri
Hai aku Grace begitulah orang-orang memanggilku, tapi nama lengkapku adalah Angelia Grace Pratiwi. Sekarang aku kuliah di salah satu universitas di New York, aku belum lama tinggal di New York soalnya aku baru lulus SMA 1 tahun yang lalu. Aku memutuskan untuk kuliah di New York karena itu cita-citaku semenjak pertama kali masuk SMA dan sekarang semua itu menjadi kenyataan, dan satu lagi yang membuat aku bangga pada diriku adalah aku sekolah disini di New York tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun karena aku mendapatkan beasiswa, dan baiknya lagi aku justru mendapat uang setiap bulannya untuk hidupku di kota sebesar ini. Disini aku tidak sendirian, ada 3 orang temanku yang lain yang juga mendapat beasiswa sekolah disini mereka adalah Gea, Deby dan Julia kami berempat menempati sebuah rumah kecil yang jaraknya tak jauh dari universitas kami.
Hari ini cuaca di New York sangat cerah, seperti biasa aku, Gea, Deby dan Julia bersiap-siap buat berangkat ke kampus.
“Gea, cepetan kenapa lama banget sih mau kita tinggal?” kata Deby
“Iya iya sebentar, tungguin” jawab Gea sambil lari kedepan rumah
“udah siap kan semua? Yuk berangkat sekarang!” ajakku
“sudah…oke berangkat” jawab Gea, Deby dan Julia serempak
Sampai dikampus tiba-tiba aku jadi nggak semangat buat masuk ke kelas hari ini nggak tahu kenapa.
“kenapa Grace kok mukanya ditekuk gitu? Ada masalah?” Tanya Julia
“oh enggak kok, aku baik-baik saja” jawabku sambil senyum
“oh ya udah kalau gitu.” Kata Julia
Di kampus ini aku mengambil jurusan kedokteran, Gea dan Deby mengambil jurusan desain grafis sedangkan Julia mengambil jurusan psikologi. Diantara kami berempat yang sifatnya paling dewasa adalah Julia dan yang paling kekanak-kanakkan adalah Gea, padahal umur kita nggak jauh cuma beda bulan aja, aku lahir bulan Juni, Julia lahir bulan Januari, Gea lahir bulan Agustus sedangkan Deby lahir bulan Februari. Ya emang sih, diantara kita berempat Julia paling tua…haha. Tapi kita saling menghormati dan menghargai satu sama lain nggak jarang juga aku sering curhat sama Julia terutama masalah cowok..hehe. Julia juga tahu kalau beberapa bulan yang lalu tepatnya sih lima bulan yang lalu aku benar-benar depresi dan sakit hati karena pacarku yang dulu benar-benar aku cintai dan aku udah percaya banget sama dia, ternyata dia selingkuh dibelakang aku, dan parahnya lagi dia mutusin aku secara sepihak. Disitu Julia sangat berperan banyak karena dialah yang selalu menasehatiku dan berkat nasehatnya juga sekarang aku lebih berhati-hati dalam memilih pacar.
“kenapa Grace kok mukanya ditekuk gitu? Ada masalah?” Tanya Julia
“oh enggak kok, aku baik-baik saja” jawabku sambil senyum
“oh ya udah kalau gitu.” Kata Julia
Di kampus ini aku mengambil jurusan kedokteran, Gea dan Deby mengambil jurusan desain grafis sedangkan Julia mengambil jurusan psikologi. Diantara kami berempat yang sifatnya paling dewasa adalah Julia dan yang paling kekanak-kanakkan adalah Gea, padahal umur kita nggak jauh cuma beda bulan aja, aku lahir bulan Juni, Julia lahir bulan Januari, Gea lahir bulan Agustus sedangkan Deby lahir bulan Februari. Ya emang sih, diantara kita berempat Julia paling tua…haha. Tapi kita saling menghormati dan menghargai satu sama lain nggak jarang juga aku sering curhat sama Julia terutama masalah cowok..hehe. Julia juga tahu kalau beberapa bulan yang lalu tepatnya sih lima bulan yang lalu aku benar-benar depresi dan sakit hati karena pacarku yang dulu benar-benar aku cintai dan aku udah percaya banget sama dia, ternyata dia selingkuh dibelakang aku, dan parahnya lagi dia mutusin aku secara sepihak. Disitu Julia sangat berperan banyak karena dialah yang selalu menasehatiku dan berkat nasehatnya juga sekarang aku lebih berhati-hati dalam memilih pacar.
Seperti biasa setiap sore aku selalu meluangkan waktuku untuk merefresh otak dan menikmati pemandangan di taman tak jauh dari rumah yang aku tempati, dan ditaman itu ada satu tempat yang paling aku suka yaitu di bawah pohon Magnolia. Magnolia adalah tanaman bunga yang selalu berbunga setiap musim panas tiba. Kadang aku juga sering membaca novel dan buku-buku lainnya disini, karena tempat ini sangat nyaman dan sejuk.
Ketika aku sedang asyik membaca novel, tiba-tiba ada seorang cowok, dia terjatuh dari sepeda yang ia kendarai tak jauh dari tempatku saat ini, aku pun bergegas membantunya.
“are you ok?” tanyaku
“yes I’m fine, thanks for help me” jawab cowok itu
“yeah, no problem” kataku
Aku kemudian meninggalkannya pergi dan aku kembali menuju ke pohon Magnolia untuk menerusakan membaca novel yang sempat terhenti karena kejadian ini.
Selang beberapa hari kemudian aku kembali duduk-duduk dibawah pohon Magnolia dan tak disangka-sangka ternyata aku bertemu cowok yang beberapa hari lalu aku tolong saat dia jatuh dari sepedanya.
“perasaan itu cowok yang waktu itu deh” pikirku dalam hati
Beberapa menit kemudian setelah aku termenung, aku memberanikan untuk memanggil cowok itu, “Hey Mr, what you are few days ago fell off the bike? Tanyaku
“Ya, that’s me. You who have helped me do right? Jawabnya
“Yes” jawabku singkat
“btw, my name is David. What’s your name? tanyanya
“My name is Grace.” Balasku
“Grace, Where you come from? It seems you’re not here” tanyanya lagi
“oh, I’m from Indonesia and in here i’m study at one university.” Jawabku
“ternyata kamu orang Indonesia juga. Aku juga orang Indonesia yang sekarang juga lagi belajar di salah satu universitas. Oh ya Grace salam kenal ya” kata David
“oke David salam kenal juga” jawabku singkat.
Hari berganti hari, aku dan David semakin akrab kita saling share informasi dan bertukar pikiran dalam segala hal yang berhubungan dengan kuliah. Kedekatanku dengan David ini sudah aku critakan pada Julia yang ternyata Julia kenal dengan David, dia adalah teman satu jurusannya dan itu berarti David satu kampus denganku. Julia sangat mensupport kalau aku bisa dekat dengan David karena menurutnya David itu orang yang sangat baik dan rajin. Di kampus dia juga banyak disukai sama cewek-cewek tapi dia bersikap dingin sama mereka, pokoknya cuek banget deh orangnya. Mendengar cerita dari Julia, aku jadi semakin penasaran dengan sosok David dan aku berusaha untuk mencari tahu.
Sudah kurang lebih 3 bulan aku mengenal David, sedikit banyak aku juga sudah tahu apa yang dia suka dan apa yang dia paling benci. Dia paling suka main game, kalau sudah main dia sampai lupa waktu dan nggak ada sedikit pun orang yang boleh mengganggunya. Tapi dia paling benci dan takut sama yang namanya kucing, soalnya dia pernah crita kalau dulu waktu masih kecil, dia pernah dicakar sama kucing dan ketakutannya itu berlanjut sampai sekarang.
Semakin lama aku mengenal David, dihatiku muncul perasaan yang tak biasa, aku merasa sangat nyaman ketika disamping David namun ketika David berada jauh dari aku, hatiku rasanya nggak tenang dan gelisah. Perasaanku yang aneh ini aku coba critakan pada sahabat-sahabatku, Julia, Gea dan Deby. Mereka berkomentar sama, mereka bilang itu tandanya aku sudah jatuh cinta pada David dan Julia juga berkata bahwa dia seneng karena aku sudah nggak memikirkan masa laluku lagi.
Tidak seperti biasanya sore ini aku benar-benar takut dan jantungku berdebar sangat kencang, aku segera menuju ke taman dan berlari menuju pohon Magnolia. Aku merogoh saku celanaku, mengambil ponsel dan aku mulai mencari nama seseorang dalam kontak ponselku, ya aku mencari nama David, dan akhirnya ketemu. Tanganku bergetar tapi aku tetap nekat untuk menelepon David.
“Halo David, bisa nggak sekarang kita ketemu di taman biasa?? Aku tunggu kamu dibawah pohon Magnolia.” Kataku dengan nada yang sedikit bergetar
“emm..oke baiklah”jawab David dengan muka sedikit bingung
Beberapa menit kemudian orang yang aku tunggu-tunggu tiba.
“ada apa Grace, kenapa tiba-tiba menelponku? Ada masalah?” kata David bingung
“emm..sebenarnya ada hal yang pengen aku katakan sama kamu, sebenarnya aku pengen jujur sama kamu” kataku dengan nada bergetar dan tanganku juga sekejap merasa dingin
“iya jujur kenapa?” jawab David penasaran
“sebenarnya…sebenarnya…aku sayang sama kamu David…aku cinta sama kamu.”kata ku yang kemudian aku lari pergi meninggalkan David sendirian.
“Grace, tunggu kamu mau kemana?”teriak David
Aku sama sekali nggak menghiraukan pertanyaan David, yang ada dipikiranku saat ini hanyalah aku sangat malu karena harus mengungkapkan perasaanku ini terlebih dahulu tapi lebih baiknya lagi akau merasa sangat lega. Aku sampai dirumah dengan nafas yang tak beraturan karena sepanjang jalan aku hanya lari lari dan terus berlari. Sahabat-sahabatku merasa kebingungan dan setelah aku merasa lebih baik beberapa saat kemudian aku bercerita kepada mereka tentang semuanya yang sudah terjadi. Awalnya mereka mentertawaiku tapi mereka salut karena aku mempunyai keberanian besar buat mengatakan itu pada David.
Setelah kejadian itu, hubunganku dan David sedikit renggang kami jarang telpon-telponan, smsan, di kampus kita juga jarang ketemu. Tapi selang satu minggu setelah kejadian itu, tiba-tiba David ngajak aku ketemuan di Taman dan di bawah pohon Magnolia. Aku bingung sekaligus penasaran, akupun bergegas menuju kesana.
Sesampainya disana ternyata David sudah menunggu.
“Grace, aku mau ngomong sesuatu.” Kata David dengan nada serius
“sebenarnya, jujur aku juga sayang sama kamu, aku juga cinta sama kamu dan aku juga nggak mau kehilangan kamu Grace. Tapi…” David tidak meneruskan ucapannya
“Tapi apa David?” jawabku penasaran
“Tapi maaf aku tidak bisa jadi pacar kamu.” Kata David
“Tapi kenapa?” tanyaku
“Sorry Grace aku tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya.”
“David” kataku sambil mengusap air mata yang mengalir dipipiku
“aku sayang kamu Grace, aku cinta kamu.” Kata David sambil memelukku.
Setelah kejadian itu kami bersikap seperti dulu lagi menganggap kejadian itu tidak pernah terjadi, namun dipikiranku masih saja terngiang-ngiang kejadian itu dan aku juga masih bingung kenapa David tidak mau memberikan alasan yang sebenarnya kepadaku. Aku sudah tidak berani lagi untuk bertanya masalah itu ke David dan aku juga tidak berani lagi untuk mengungkit-ungkit masalah ini karena hubunganku dan David sepertinya membaik setelah kejadian itu dan aku tidak mau memperburuk keadaan yang dapat membuat hubunganku dengan David menjadi tidak baik. Aku berusaha untuk sabar dan menerima kenyataan tentang hal ini.
Beberapa bulan kemudian aku dengar cerita dari Julia yang mengatakan bahwa David sudah tidak lagi berangkat kuliah dan menurut informasi yang dia dengar David sudah keluar dari kampus tanpa suatu sebab yang jelas. Berita itu membuatku semakin shock, karena sekarang ini aku juga kehilangan kontak dengan David, bahkan dia sudah tidak menelpon dan mengajakku untuk bersama-sama duduk di bawah pohon Magnolia lagi. Dan akhir-akhir ini aku sering duduk sendiri melamun membayangkan hal-hal yang sudah kulalui dengan David dengan candaan dan tawa. Setiap malam aku menangis, dan berdoa kepada Tuhan, disetiap doaku aku meminta agar Tuhan selalu melindungi David dimanapun dia berada.
Kring…kring..kring…telpon rumah berbunyi dan aku bergegas menuju ke meja telepon.
“Halo, Grace disini. Ini siapa ya?”
“Grace, ini aku David.”
Grace kaget dan shock, ternyata saat ini detik ini dan menit ini dia sedang berbicara dengan David.
“David, kamu gimana kabarnya? Sekarang dimana? Kenapa nggak ada kabar?” tanyaku
“ceritanya panjang Grace. Bisa kan kita besok sore ketemu di taman biasa dan tepat dibawah pohon Magnolia?”
“Siapp Vid, aku akan kesana, aku sudah nggak sabar.”
Hari yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba, aku seneng banget akhirnya aku bisa juga ketemu sama David.
Sesampainya di bawah pohon Magnolia, Grace sangat bingung kenapa disitu ada seorang cowok yang duduk di kursi roda dan tubuhnya terlihat sangat lemah. Grace memberanikan diri untuk menyapanya. “Excuse me” cowok itu pun segera berbalik badan, betapa kagetnya Grace setelah melihat cowok itu adalah David.
“David apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu jadi seperti ini David?”
“sekarang aku mau jawab pertanyaanmu yang dulu pernah kamu kasih ke aku.”jawab David dengan nada yang lemah
“pertanyaan yang mana David?” tanyaku bingung
“pertanyaan tentang alasan aku kenapa aku menolak untuk jadi pacar kamu. Itu karena aku sakit Grace…aku sakit kanker dan kanker ini sudah stadium akhir.”
Grace benar-benar shock dengan apa yang baru saja dia dengar dari David.
“enggak David, kamu bohong kan? Kamu bohong kan?” tanyaku sambil menangis histeris
“aku jujur Grace, aku nggak bohong. Orang sakit sepertiku ini nggak pantes dampingin hari-hari kamu, yang ada nantinya aku malah ngrepotin kamu”
“David jadi benar apa yang barusan kamu katakan?”tanyaku masih tak percaya
“Benar Grace.”
“David aku sayang banget sama kamu, aku nggak mau kehilangan kamu David.” Kataku sambil memeluk tubuh David yang aku rasa sudah mulai melemah.
“aku juga sayang sama kamu Grace, aku cinta sama kamu Grace. I love you, yesterday, today and forever. Your always in my heart, just you and no other.”
Tiba-tiba David pingsan, Grace pun panik dan dia segera membawanya ke rumah sakit terdekat.
Tak berapa lama dokter yang menangani David yang juga dokter keluarga dari Indonesia keluar, keluarga David juga sudah berada di rumah sakit, mereka langsung terbang ke New York saat mereka tahu kondisi David yang semakin menurun.
“Dokter gimana keadaan David sekarang? Dia baik-baik saja kan?”
“maaf, bu, pak dan adek. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain, nyawa David tidak bisa kami selamatkan.”
Aku pun seketika itu langsung tak sadarkan diri, begitu juga ibu David. Setelah siuman aku kemudian menuju kamar David, aku memeluknya sangat erat seolah aku tak ingin melepaskan tubuhnya yang sudah terbaring kaku.
“David kenapa kamu ninggalin aku? Aku sayang sama kamu David, I love you forever”
Hari ini adalah hari pemakaman David, yang sebelumnya jenasahnya sudah diterbangkan dari New York ke Indonesia, aku dan sahabat-sahabatku turut serta dalam proses pemakaman. Sebenarnya aku masih belum bisa melepas kepergian David untuk selamanya tapi sahabat-sahabat ku terus memberiku semangat agar aku bisa kuat dan tegar.
Pelayat yang lain sudah meninggalkan pemakaman tapi aku masih disini, disamping makam seseorang yang benar-benar aku cintai, David.
Beberapa hari setelah pemakaman David aku kembali ke New York untuk melanjutkan kuliahku disana, dan disana juga kenangan antara aku dan David tercipta.
Sesampainya di New York, aku tidak langsung menuju ke rumah, tetapi aku menuju ke Taman, tempat pertama kali aku bertemu dengan David, dan aku duduk dibawah pohon Magnolia dan pohon itu sekarang sedang ditumbuhi banyak bunga yang bermekaran sangat indah karena di New York saat ini sedang musim panas. Aku terdiam, memasuki kembali alam pikiranku saat ketika aku bersama David, dan itu sangat indah. Kenangan itu akan abadi di dalam diriku dan didalam diri David, meskipun sekarang dia telah tiada.
THE END