AKU TETAP PERCAYA SAMA KAMU
Karya Nanda Agutiawati
Ingin sekali tertawa sekeras mungkin ketika melihat randi menampar orang itu. Meski bukan aku yang menamparnya namun sepertinya aku puas hanya dengan melihat kejadian barusan. Karena mungkin aku gak akan berani melakukan itu kepadanya.
“Din, kenapa lo senyum” Tanya risa.
“Entah lah Ris. Sepertinya aku puas sekali melihat Randi menampar si Nia. Entah karena kebencian ku pada Nia atau kah ada alasan lain yang membuat ku tertawa melihat hal itu.” Jawab ku.
“Kalau aku tebak sepertinya karena kebencian mu terhadap Nia lah yang membuatmu senang melihatnya.”
“Din, kenapa lo senyum” Tanya risa.
“Entah lah Ris. Sepertinya aku puas sekali melihat Randi menampar si Nia. Entah karena kebencian ku pada Nia atau kah ada alasan lain yang membuat ku tertawa melihat hal itu.” Jawab ku.
“Kalau aku tebak sepertinya karena kebencian mu terhadap Nia lah yang membuatmu senang melihatnya.”
Aku hanya tersenyum dan pergi meninggalkan tempat keributan barusan.
“Ah lu, malah ninggalin gw.” Sambil menepuk pundak ku.
“Maaf. Risa teman ku yang baik,cantik, tapi bawel.” Sambil menarik kerudungnya.
“Ih dasar. Eh tapi ngomong-ngomong kalo inget sama kejadian yang lalu. Kenapa ya kok si Nia tega-teganya ngehianatin persahabatan kita?”
“Ris, napa sih. Gw kan udah bilang jangan pernah Tanya kenapa dia khianatin persahabatan kita. Waktu itu gw juga udah bilang mungkin dia punya alasan buat ngelakuin itu.”
Tiba-tiba Nia menghampiri dan menampar pipi Dina. Dina dan Risa kaget.
“Nia apa sih yang lo lakuin.” Bentak Risa.
“Gw tau kok. Kalian senangkan liat kejadian barusan. Apalagi lo” sambil nunjuk kemuka Dina.
“Tapi gak perlu pake nampar Dina kan,”
“ Ris udah. Sepertinya kita pergi saja.”
“Gak bisa dong Din. Dia harus dikasih pelajaran. Dia tuh udah gak tau diri banget. Dia udah gak bisa di maafin Din.”
“Maaf Nia. Gw akui kesalahan gw. Ucap Dina.
“Apa?” Risa tertegun kaget.
Aku menarik tangan Risa dan pergi meninggalkan Nia.
“Dina lepasin tangan gue!.”
Aku melepaskan tangannya.
“Din lo jangan jadi orang munafik deh. Gw tau kok lo benci banget kok sama si Nia.
Mendekatinya dan memeluknya.
“Risa gw emang benci ama dia tapi gw gak bisa tunjukin ke dia bahwa gw benci dia.” Sambil menangis.
“Din, gw tau lo yang paling baik diantara kita berdua. Setiap gw atau Nia ngelakuin kesalahan lo pasti bisa maafin dan ketika gw dan Nia kesusahan lo pasti yang selalu ada bwt bantuin kita. Tapi seharusnya Nia sadar apa yang udah dia lakuin dan apa yang udah kamu lakuin buat dia.”
“Risa maafin gw.”
“Ya udah gak usah nangis lagi yah. Maafin gw tadi udah emosi”
“Ia ga papa.”
***
Hari ini hari minggu aku membawa tas yang hanya berisi netbook. Handphone dan dompet ku masukan dalam saku jaket ku. Hari ini aku ingin pergi ke pantai untuk mengisi hari libur ku.
Ketika aku sampai di halte aku bertemu Nia dan tersenyum kepadanya. Dia hanya diam dan tak menghiraukan ku sama sekali. Aku duduk disampingnya . Aku mengambil dompet dari saku jaketku dan melihat isi dompet ku.
Setelah lama menunggu bis akhirnya bis yang ku tunggu datang juga Aku pun naik. Ketika berada di bis aku mencari dompet ku yang aku ketahui tidak ada di saku ku. Nia masuk dan memberikan dompet ku. Dia langsung duduk di kursi paling belakang. Aku menyusulnya dan ikut duduk dibelakangnya. Dia masih tetap sama seperti sebelumnya dia tetap cuek terhadap ku. Aku menawarkan 1 lolipop kepadanya namun dia menolaknya. Tapi aku bersikeras memaksa dia untuk menerimanya. Akhirnya dia menerimanya dan memasukannya kedalam sakunya.
***
Sesampainya di tempat tujuan sebelum aku turun aku lihat Nia tidur. Namun aku berpikir untuk apa aku membangunkannya. Aku pun pergi meninggalkannya. Kutelusuri pesisir pantai sambil menikmati permandangan sekitar. Entah kenapa hari ini tampak sepi sekali. Dari belakang muncul Nia dan menyerepetku. Pundak begitu sakit karna benturan pundaknya begitu keras. Aku segera lari mendekatinya dan mencoba bertanya.
“Ni, kamu sedang apa disini? Sedang liburankah atau ada seseorang yang akan kamu temui?”
“Apa urusannya dengan mu. Yang penting gak ada urusannya dengan mu. Lebih baik kamu menjauh dari ku sebelum aku melakukan sesuatu pada mu”
“Ni, tolong jawab pertanyaan aku. Sebenarnya kenapa waktu itu kamu menuduh bahwa aku yang mencuri handphone milik wiwin?”
“Aku tidak menuduh. Memang benarkan handphone Wiwin juga ada di tas mu kan?”
“ Tapi, aku gak ngelakuin itu Ni.”
“Ok. Gue akuin waktu itu sebenarnya emang gw yang nyuri handphone Wiwin tapi karena takut ketahuan gw masukin tuh handphone ke tas lo.”
“Kenapa mesti aku???”
“Ya karena posisi lo yang paling deket ma gw makanya gw masukin aja tuh hp ke tas lo.”
“kamu jahat banget sih Ni.”
“Maafin gw Din waktu itu gw kedesak ma keadaan ekonomi gw.”
Dina memeluk Nia sambil menangis. Nia begitu terkejut dia kira Dina akan menamparnya dan akan marah kepadanya.
“Ni, dari awal aku tau kok kamu ngelakuin itu ada alasannya. Makanya aku gak pernah merasa benci kepada mu. Mungkin sekali-sekali rasa benci itu muncul. Tapi, aku gak bisa tunjukin rasa benci itu ma kamu Ni.”
Air mata Nia mengalir membasahi pipinya.
“Din, maafin aku ya.”
“ Ni, aku dah maafin kamu kok. Kamu mau kan mengembalikan keaadaan seperti semula. Kembalikan persahabatan kita kaya dulu.”
“aku mau Din, tapi bagaimana dengan Risa. Mungkin sekarang risa sangat membenciku?”
“Biar aku yang menjelaskannya pada Risa. Aku yakin kok Risa juga pasti mengerti.”
Nia hanya tersenyum dan air matanya.
***
Tali persahabatan gak akan putus jika kita telah meyakini diri kita bahwa dia memang sahabat kita. Seburuk apapun dia tidak akan mempengaruhi keyakinin itu. Mungkin disaat kita memilih seseorang menjadi sahabat kita. Kadang seseorang itu gak berpikiran sama dengan kita. Ntah mau ataupun enggak. Apa salah nya tunjukan kalau kamu memang seseorang yang pantas untuk dijadikan sosok seorang sahabat. Sesungguhnya sosok seorang sahabat itu bukan mengharapkan segala sesuatu yang di berikan oleh sahabatnya. Namun sosok sahabat itu selalu berharap bisa memenuhi segala kebutuhan sahabatnya. Jika dia merasa tidak bisa membantu sahabatnya setidaknya ia akan berusaha semampunya untuk membantu sahabatnya.
Selesai
“Ah lu, malah ninggalin gw.” Sambil menepuk pundak ku.
“Maaf. Risa teman ku yang baik,cantik, tapi bawel.” Sambil menarik kerudungnya.
“Ih dasar. Eh tapi ngomong-ngomong kalo inget sama kejadian yang lalu. Kenapa ya kok si Nia tega-teganya ngehianatin persahabatan kita?”
“Ris, napa sih. Gw kan udah bilang jangan pernah Tanya kenapa dia khianatin persahabatan kita. Waktu itu gw juga udah bilang mungkin dia punya alasan buat ngelakuin itu.”
Tiba-tiba Nia menghampiri dan menampar pipi Dina. Dina dan Risa kaget.
“Nia apa sih yang lo lakuin.” Bentak Risa.
“Gw tau kok. Kalian senangkan liat kejadian barusan. Apalagi lo” sambil nunjuk kemuka Dina.
“Tapi gak perlu pake nampar Dina kan,”
“ Ris udah. Sepertinya kita pergi saja.”
“Gak bisa dong Din. Dia harus dikasih pelajaran. Dia tuh udah gak tau diri banget. Dia udah gak bisa di maafin Din.”
“Maaf Nia. Gw akui kesalahan gw. Ucap Dina.
“Apa?” Risa tertegun kaget.
Aku menarik tangan Risa dan pergi meninggalkan Nia.
“Dina lepasin tangan gue!.”
Aku melepaskan tangannya.
“Din lo jangan jadi orang munafik deh. Gw tau kok lo benci banget kok sama si Nia.
Mendekatinya dan memeluknya.
“Risa gw emang benci ama dia tapi gw gak bisa tunjukin ke dia bahwa gw benci dia.” Sambil menangis.
“Din, gw tau lo yang paling baik diantara kita berdua. Setiap gw atau Nia ngelakuin kesalahan lo pasti bisa maafin dan ketika gw dan Nia kesusahan lo pasti yang selalu ada bwt bantuin kita. Tapi seharusnya Nia sadar apa yang udah dia lakuin dan apa yang udah kamu lakuin buat dia.”
“Risa maafin gw.”
“Ya udah gak usah nangis lagi yah. Maafin gw tadi udah emosi”
“Ia ga papa.”
***
Hari ini hari minggu aku membawa tas yang hanya berisi netbook. Handphone dan dompet ku masukan dalam saku jaket ku. Hari ini aku ingin pergi ke pantai untuk mengisi hari libur ku.
Ketika aku sampai di halte aku bertemu Nia dan tersenyum kepadanya. Dia hanya diam dan tak menghiraukan ku sama sekali. Aku duduk disampingnya . Aku mengambil dompet dari saku jaketku dan melihat isi dompet ku.
Setelah lama menunggu bis akhirnya bis yang ku tunggu datang juga Aku pun naik. Ketika berada di bis aku mencari dompet ku yang aku ketahui tidak ada di saku ku. Nia masuk dan memberikan dompet ku. Dia langsung duduk di kursi paling belakang. Aku menyusulnya dan ikut duduk dibelakangnya. Dia masih tetap sama seperti sebelumnya dia tetap cuek terhadap ku. Aku menawarkan 1 lolipop kepadanya namun dia menolaknya. Tapi aku bersikeras memaksa dia untuk menerimanya. Akhirnya dia menerimanya dan memasukannya kedalam sakunya.
***
Sesampainya di tempat tujuan sebelum aku turun aku lihat Nia tidur. Namun aku berpikir untuk apa aku membangunkannya. Aku pun pergi meninggalkannya. Kutelusuri pesisir pantai sambil menikmati permandangan sekitar. Entah kenapa hari ini tampak sepi sekali. Dari belakang muncul Nia dan menyerepetku. Pundak begitu sakit karna benturan pundaknya begitu keras. Aku segera lari mendekatinya dan mencoba bertanya.
“Ni, kamu sedang apa disini? Sedang liburankah atau ada seseorang yang akan kamu temui?”
“Apa urusannya dengan mu. Yang penting gak ada urusannya dengan mu. Lebih baik kamu menjauh dari ku sebelum aku melakukan sesuatu pada mu”
“Ni, tolong jawab pertanyaan aku. Sebenarnya kenapa waktu itu kamu menuduh bahwa aku yang mencuri handphone milik wiwin?”
“Aku tidak menuduh. Memang benarkan handphone Wiwin juga ada di tas mu kan?”
“ Tapi, aku gak ngelakuin itu Ni.”
“Ok. Gue akuin waktu itu sebenarnya emang gw yang nyuri handphone Wiwin tapi karena takut ketahuan gw masukin tuh handphone ke tas lo.”
“Kenapa mesti aku???”
“Ya karena posisi lo yang paling deket ma gw makanya gw masukin aja tuh hp ke tas lo.”
“kamu jahat banget sih Ni.”
“Maafin gw Din waktu itu gw kedesak ma keadaan ekonomi gw.”
Dina memeluk Nia sambil menangis. Nia begitu terkejut dia kira Dina akan menamparnya dan akan marah kepadanya.
“Ni, dari awal aku tau kok kamu ngelakuin itu ada alasannya. Makanya aku gak pernah merasa benci kepada mu. Mungkin sekali-sekali rasa benci itu muncul. Tapi, aku gak bisa tunjukin rasa benci itu ma kamu Ni.”
Air mata Nia mengalir membasahi pipinya.
“Din, maafin aku ya.”
“ Ni, aku dah maafin kamu kok. Kamu mau kan mengembalikan keaadaan seperti semula. Kembalikan persahabatan kita kaya dulu.”
“aku mau Din, tapi bagaimana dengan Risa. Mungkin sekarang risa sangat membenciku?”
“Biar aku yang menjelaskannya pada Risa. Aku yakin kok Risa juga pasti mengerti.”
Nia hanya tersenyum dan air matanya.
***
Tali persahabatan gak akan putus jika kita telah meyakini diri kita bahwa dia memang sahabat kita. Seburuk apapun dia tidak akan mempengaruhi keyakinin itu. Mungkin disaat kita memilih seseorang menjadi sahabat kita. Kadang seseorang itu gak berpikiran sama dengan kita. Ntah mau ataupun enggak. Apa salah nya tunjukan kalau kamu memang seseorang yang pantas untuk dijadikan sosok seorang sahabat. Sesungguhnya sosok seorang sahabat itu bukan mengharapkan segala sesuatu yang di berikan oleh sahabatnya. Namun sosok sahabat itu selalu berharap bisa memenuhi segala kebutuhan sahabatnya. Jika dia merasa tidak bisa membantu sahabatnya setidaknya ia akan berusaha semampunya untuk membantu sahabatnya.
Selesai
PROFIL PENULIS
Nama : Nanda Agustiawati
TTL : Sukabumi, 13 Agustus 1996
Alamat fb : Nandagustiawati@gmail.com
TTL : Sukabumi, 13 Agustus 1996
Alamat fb : Nandagustiawati@gmail.com
Baca juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.