Cerpen Cinta - 19 Tangkai Zantedeschia

19 TANGKAI ZANTEDESCHIA
Karya Devi Khairun Nisa

Tangkai Bunga Pertama..
Hari ini pagi kesembilan di bulan Mei. Tak seperti tahun tahun sebelumnya, kali ini May Lily tak seindah biasanya. Tanpa semangat, tanpa harapan, tanpa rasa menggebu tiap kali menghitung mundur hari yang terlewati dibulan kelima tahun masehi ini.
Kia, gadis itu akrab dengan nama sapaan seperti itu. Walau terkadang beberapa temannya memanggil dengan Zantedescia di kampus.
Pagi ini tidak terlalu buruk namun juga tidak begitu indah. Biasa biasa saja. Bahkan terkesan membosankan. Namun ia sudah terbiasa dengan kondisi yang seperti ini.
“ tumben datengnya pagian Ki.. biasanya tepat waktu.” Sapa Nana yang dibalas hanya dengan senyuman simpul dari Kia. Tepat waktu yang dimaksud Nana adalah beberapa detik sebelum dosen masuk ke kelas. Sebenarnya ia juga bingung kenapa sepagi ini dia uda tiba dikampus. Tanpa mempedulikan Nana lagi ia berjalan menuju bangku yang bias ia duduki.
“ setangkai Calla Lily.. untuk siapa?? Kok ada disini..” ucapnya bingung.

Karna penasaran, ia membuka lipatan kertas yang yang keberadaannya bersamaan dengan bunga itu. ‘ Selamat pagi Kia. Semoga hari mu indah ‘. Keningnya berkerut setelah membaca selembar kertas itu, heran karna mengetahui setangkai Calla Lily yang indah ini untuknya tanpa mengetahui siapa pengirimnya. Sesaat ia terdiam menebak nebak siapa yang dengan iseng (atau romantic??) mengirimkannya bunga seindah itu.
“ wah.. bunga. Cantik banget… dari siapa Ki?? Enak bener pagi-pagi uda dapet bunga secantik ini..” kata Nana sambil menarik kertas dari tangan Kia.
“ Lho.. kok gak ada nama pengirimnya..?” ujarnya sedikit kecewa karena penasaran ingin tau siapa yg mengirimkan bunga secantik itu pada sahabatnya.
“ aku juga heran. Orang iseng mana yang ngirimin bunga ini. Kurang kerjaan banget..”
“ Ki.. aku tau..” tiba tiba Nana menepuk pundak Kia dengan tatapan yang serius
“ yaa ampun na. Kamu kenapa sih.. ngagetin aja..” ucap Kia sambil ngelus dada dan meminum air mineral yang baru dibeli untuk menenangkan kekagetannya.
“ jangan-jangan… jangan-jangan.. dia pengagum rahasia kamu “. Sontak saja air yang ada dimulut Kia menyembur tepat ke wajah Nana
“ KIAAAAAAA.. KOK MALAH DISEMBURR SIHHH..”
“ yahhh.. sory.. sory Na. Aku gak sengaja. Lagian kamu sih ngomongnya ngelantur. Ya sekalian aja aku semprot biar bangun..” kata Kia tengah menahan tawa melihat sahabatnya.
“ GAK LUCU TAU….”
“ iya deh.. aku bantuin bersihin yah.. nih tissuenya..”

Kehadiaran setangkai calla lily tersebut tak membuat fikirannya tersita untuk kuliahnya hari ini. Ia hanya menganggap hal ini kebetulan saja. Tanpa ia sadari, hari ini adalah awal symphoni kehidupannya yang membosankan akan lebih berwarna.
****

10 Mei, Tangkai Bunga Kedua..
“ Na yakin hari ini kamu di jemput?? Mana yang jemput kamu.. kok gak keliatan..”
“ iya Ki. Hari ini aku di jemput. Mungkin lagi di jalan, palingan bentar lagi nyampek. Kamu duluan aja. Uda kesorean nih..”
“terus kamu ntar sama siapa kalo aku duluan??”
“ yaa ampun.. aku bukan anak kecil lagi Zantedeschia Annisa. Bentar lagi Rendy nyampek kok. Uda gie sana pulang..”
“ ya udah deh kalau gitu. Aku duluan yahh..”
“ oke. Hati hati ya..”
“ yoww..”

Kia berlalu meninggalkan sahabatnya sendirian menuju parkiran motornya sambil memakai earphone di telinganya. Setelah sampai di parkiran, dari jauh ia melihat sesuatu di atas jok motornya, seperti…. ‘Bunga’ . Ia bergegas menghampiri motornya untuk memastikan. Benar saja, sesuatu itu memang bunga. Sama seperti kemarin pagi ia temukan di atas mejanya. Calla Lily dengan selembar kertas. Kia membuka lipatan kertas itu dan membaca isinya namun sayang, kembali ia tidak menemukan siapa pengirimnya.
‘Gimana hari mu Kia. Menyenagkan?? Hati hati di jalan yah..’ sontak ia mengangkat kepalanya memandang menyusuri parkiran berharap ia bias menemukan orang yang dianggapnya iseng itu. Sayang, ia tidak menemukan seorang pun karena saat itu kampus sudah sepi. Bahkan motor yang terparkir saat ini hanya tinggal miliknya dan satu lagi motor vixion yang ntah milik siapa.

*****
11 Mei, Tangkai bunga ketiga..

Sore itu Kia asyik tenggelam menikmati indahnya Calla Lily yang ia tanam di perkarangan rumahnya. Bunga itu sedang mekar. Ia sangat menyukai salah satu spesies Lilium yang satu ini. Kecintaannya terhadap bunga lily diwarisi dari bundanya. Bahkan nama depannya sengaja di ambil dari nama latin salah satu Genus lily ‘Zantedeschia’. Sedangkan nama panggilan Kia itu diberikan Neneknya yang diambil dari kata ‘Chia’ ( huruf C diganti dengan K). Sejak kecil ia telah dikenalkan dan di ajarkan oleh bunda untuk merawat bunga lily. Jadi tidak heran jika ia sangat mencintai bunga yang satu ini.
“ Selamat sore mbak..” suara itu memecah focus Kia yang sedang merawat bunga kesayangannya.
“ iya sore..”
“benar ini rumahnya Zantedeschia Annisa ?” Tanya laki laki itu.
“ iya benar. Saya sendiri “ jawab Kia yang menggernyit nama lengkapnya disebutkan.
“ ini ada kiriman bunga untuk mbak,” ucap pengantar bunga sambil memberikan bunga kiriman itu untuk Kia
“ dari siapa mas..?”
“ saya kurang tau mbak. Saya hanya disuruh mengantarkan saja.”
“ ohh.. ya sudah, saya terima bunganya. Terima kasih ya mas.”
“ iya mbak, sama sama. Saya permisi…”
“ iya silahkan..”
‘Calla Lily lagi…? Sebenarnya siapa sih yang ngirimin bunga ini tiap hari..’ ucapnya dalam hati sambil membuka lipatan kertas di tangannya. ‘ Sore Kia. Gimana weekend kamu?? Calla Lily itu mekar seindah dirimu sore ini ‘ . lagi lagi tanpa pengirimnya. Dengan hati setengah kesal dan setengah penasaran Kia melangkah keluar pagar rumahnya untuk menemukan siapa orang iseng yang tidak bosan bosannya mengirimi ia Calla Lily setiap hari. Namun lagi lagi, Kia tidak menemukannya. Ia kembali masuk ke dalam rumahnya dengan sejuta pertanyaan yang dia sendiri tidak bias menjawabnya.

Tanpa Kia sadari, dari sudut yang tidak pernah kia tahu seorang laki laki tersenyum manis menyaksikan Kia dengan wajah penasaran dan kesalnya mencari seseorang yang telah mengirimkannya bunga. Laki laki itu telah menduga gadis itu akan keluar untuk mencarinya. Ia sengaja mengamatinya dari jauh untuk melihat ekspresi gadis yang selama 6 bulan ini menjadi penghuni hatinya.
****

12 Mei, Tangkai Bunga keempat..
‘Awali hari mu dengan senyuman Kia. Ayo semangat’

13 Mei, Tangkai Bunga Kelima…
‘Kamu tau, terkadang sebuah senyuman itu sangat berarti. Bahkan tersenyum untuk dirimu sendiri’

14 Mei, Tangkai Bunga keenam..
‘Wahh.. Mendung. Tapi jangan biarkan cuaca mempengaruhi semangat mu..  ‘

15 Mei, Tangkai Bunga Ketujuh..
‘ Kia, percaya diri itu penting. Jangan biarkan pesimis menguasai jiwa mu. KEEP FIGHT’

16 Mei, Tangkai Bunga Kedelapan..
‘ tersenyum itu gampang bukan?? Tetaplah tersenyum Zantedeschia’

17 Mei Tangkai Bunga Kesembilan..
‘ hei.. sore ini indah ya. Selamat menikmati akhir pekan mu’

18 Mei, Tangkai Bunga Kesepuluh..
‘semangat yang baru mengawali hari yang baru. Selamat pagi Kia..’
****

Setiap hari selama sepuluh hari terakhir ini Kia selalu menerima setangkai Calla Lily dari orang yang sama. Namun selama itu juga Kia belum pernah tau siapa orang itu. Tanpa ia sadari, sesuatu yang dating bersama bunga itu perlahan menyusup dalam keheningan hatinya. Hingga suatu saat ia tersadar dan mengejar untuk pertama kalinya sesuatu yang belum pernah ia rasakan. Siapa orang itu..?

Berbeda dengan Kia, sahabatnya Nana justru menggebu gebu penasaran akan sosok pengagum rahasia yang setiap hari memberikan Kia bunga. Kia sampai bosan mendengar sahabatnya itu berceloteh nama nama orang yang menjadi kemungkinannya. Kia memang bukan mahasiswi yang terkenal cantik di kampusnya, namun bukan berarti ia tidak memiliki banyak teman. Kia merupakan sosok yang pandai bergaul, ia selalu aktif di berbagai kegiatan kampus. Hanya saja lima bulan terakhir ini sejak Bundanya meninggal, ia berubah. Lebih banyak diam dan jarang berkumpul bersama teman temannya di PMI yang dulu menjadi agenda rutin setiap hari.

Nana tidak heran kalau sekarang sahabatnya itu memiliki pengagum rahasia. Bahkan beberapa bulan yang lalu, salah satu seniornya di PMI sempat mengungkapkan cinta padanya. Namun Kia menolaknya dengan alasan bahwa ia belum mau berpacaran dulu. Nana heran dengan sahabatnya itu, padahal senior yang ‘nembak’ dia cakep gila. Setiap ia bertanya masalah ini dengan sahabatnya itu, Kia selalu jawab, “ Aku belum mau pacaran Na. Dan kalau kamu Tanya kenapa, karena belum ada cowok yang bias memenangkan hati dan perhatianku “. Akhirnya Nana menyerah menanyakan masalah itu pada sahabatnya.

Hari ini cukup berat untuk Kia. Jadwal kuliahnya dari pagi sampai sore penuh dengan tugas dan tugas. Tadi siang ia sempat kena tegur oleh salah satu dosen favoritnya di kelas. Tugas yang seharusnya di serahkan hari ini tertinggal di rumah. Kia bukan seorang gadis pelupa, namun ntah kenapa hari ini sepertinya hari sialnya. Pagi ini di mulai dengan ban motornya yang bocor di jalan dan nyaris saja ia tidak di izinkan masuk kelas karena terlambat. Tadi siang tugas papernya hilang tercecer saat ia tanpa sengaja bertabrakan dengan Andre, seniornya yang dulu pernah menyatakan cinta padanya.

Untung saja ada seseorang menemukannya saat ia hampir menyerah dan menangis mencarinya. Tugas paper itu sangat penting baginya. Jika saat itu seseorang tidak menemukannya, sudah bisa dipastikan ia tidak akan lulus matakuliah itu.
“ Nih Papernya. Kamu nyari ini kan..??” Kia berpaling mencari sumber suara itu tepat ketika ia hampir mengeluarkan airmata karena menyerah.
“ ehh..” katanya lirih.
“ aku liat kamu lagi cari sesuatu. Pasti paper inikan? Tadi aku temuin kececer..”
“ iya. Ini yang aku cari cari. Makasih ya .”
“ iya sama sama…”
“ ehm.. aku ke kelas dulu. Uda telat sepuluh menit. Sekali lagi makasih ya..”
“oke..”

*****

Huuhhhfftt.. ia kembali menghela nafas panjang saat mendapatkan Motornya ada setangkai bunga Calla Lily. “ Bunga Kesebelas. Oke, mari kita lihat apa yang ia katakana untuk ku hari ini” ucapnya lirih.

‘ Hari yang melelahkan bukan?? Ya.. aku juga merasakannya. Namun bukan berarti semangat ikut memudar. Ayo semangat Zantedeschia. Kamu harus tetap mekar agar orang lain dapat melihat keindahan dirimu saat tersenyum dan merasa bahagia karenanya ‘

Entah energy apa yang tiba tiba merasuki jiwanya, sesaat setelah ia membacanya ada sesuatu yang ia rasakan. Sesuatu yang membuatnya merasa lega, sesuatu yang membuatnya merasa lebih baik senja itu, sesuatu yang membuat sesak di dadanya lenyap, sesuatu yang membuat letihnya hilang, sesuatu yang membuatnya tersenyum manis yang belum pernah orang lain lihat, Kecuali seseorang yang mengamatinya dari kejauhan…
*****

20 Mei, Tangkai Bunga keduabelas..

Kembali.. Kia kembali menemukan Bunganya yang keduabelas di mejanya pagi ini. Dengan tersenyum dan rasa penasaran yang tidak seperti biasanya ia mengambil dan membuka lipatan kertas itu. ‘ Pagi Zantedeschia. Hari yang cerah bukan?? Ku harap cerahnya hari ini memberikan keindahan yang lebih untuk melihat senyum mu mekar hari ini’ .
Sesederhana itu ucapan selamat pagi hari ini. Namun memberikan efek yang luar biasa untuk Kia. Hal ini membuat sahabatnya menaruh curiga padanya.
“Ki.. Kamu gak pa-pa kan.??” TanyaNana setelah usai kuliah hari ini.
“emang aku kenapa?” Tanya Kia balik
“ kamu aneh. Senyum senyum gak jelas dari tadi pagi, terus… pokoknya aneh deh..”
“emangnya kalau aku senyum itu aneh ya?” Tanya Kia lagi
“ ya enggak sih. Cuma kamu kan… O..O.. aku tau. Kamu lagi seneng kan?? Certain dong seneng kenapa”
“ sok tau ahh.. seneng kenapa coba. Orang biasa aja juga ”
“ ayo jangan bo’ong. Keliatan tau dari muka kamu..” desak Nana

enggak. Apaan sih ni anak”
“ ehmm aku tau, kamu pasti uda tau kan siapa pengagum rahasiamu itu yang selalu kasih bunga kesayangan mu setiap hari. Iya kan.. iya kan..” goda Nana belum menyerah.
“ pengagum apaan. Gak.. aku belum tau kok orangnya” wajah Kia memerah saat Nana menggodanya dengan pengagum rahasia itu.
“ tuh kan muka kamu merah tuh..ciee… ada yang lagi falling in love ni. Thanks God. Akhirnya sahabat ku merasakan indahnya cinta”
“ ihhh apaan sih.. enggak kok. Muka aku….” BRUUKKKK

Ups.. karena asyik bercanda tanpa sadar Kia menabrak seseorang sampai semua buku yang di bawanya berserak dilantai koridor.
“ aduhh.. sory.. sory.. aku gak sengaja..” Kia mengucapkannya sambil jongkok membantu orang itu membereskan bukunya yang berserak di lantai.
“ iya gak pa pa. aku juga salah kok gak ngeliat jalan” ucapnya datar.
“ ....”

Kia terdiam mengamati catatan ditangannya. Tulisan tangan yang indah dan anehnya membuat sesuatu didalam dadanya bergejolak. ‘Ada apa ini?’
“ehm sory aku buru buru..” kata seseorang yang ditabraknya sambil mengambil buku catatannya dari tangan Kia.

Kia hanya diam memandangi punggung Laki laki itu dengan perasaan aneh. Ada sesuatu dalam benaknya yang membuatnya seperti melupakan sesuatu. Tapi ia tidak tau apa.
“ Ki.. kok diam?? Kamu gak pa pa??”
“ehm.. enggak. Aku gak pa pa. yuk jalan” ucapnya tergagu
*****

21 Mei, tangkai Bunga ketigabelas

Hari ini ada pagelaran seni di kampus. Kia dengan beberapa temannya mewakili kelas mempersembahkan musikalisasi puisi. Dan tak seperti biasanya ia begitu gelisah di menit terakhir ia akan tampil. Teman teman timnya ikut cemas menyaksikan Kia yang seperti itu. Bahkan sahabatnya sendiri ikut bingung dengan sikap Kia.
“Ki.. kenapa sih?? Ini kan bukan kali pertamanya kamu ikut musikalisasi puisi”
“ iya aku tau. Tapi, gak tau nih. Aku kok gelisah banget. Takut pertunjukan nanti berantakan”
“ kalau kamunya berfikir kayak gitu, ya bakal terjadi. Kamu harus positif thinking Ki..”

Kia hanya diam membenarkan ucapan sahabatnya. Ia berusaha menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk menenangi dirinya. Di tengah tengah kegelisahan itu seseorang dating menyapanya.
“ kamu Kia kan??” Tanya orang itu
“Iya.” Jawabnya berusaha memastikan bahwa ia benar benar tidak mengenal orang dihadapannya.
“ini ada titipan bunga buat kamu”
“ dari siapa?” Tanya Nana yang duluan melontarkan pertanyaan itu dari Kia
“gak tau. Tadi aku Cuma dimintai tolong untuk kasih bunga ini untuk kamu”
“ohh..” ucap Kia dan Nana bersamaan.
“ aku permisi dulu”
“iya silahkan. Makasih ya” ucap Kia
“bunga keberapa Ki??”
“bunga ketiga belas” jawab Kia singkat
‘Be Yourself Kia. Kamu pasti bisa. Kamu pasti memukau sore ini. Aku yakin itu’

Setelah membaca pesan di kertas itu seperti ada sesuatu yang merasuk jiwanya. Menghembuskan secercah semangat percaya diri yang tadi sempat nyaris hilang dari dirinya. Nana yang memperhatikan perubahan sahabatnya itu tersenyum mengerti apa yang sedang terjadi pada sahabatnya dan mengetahui apa penyebab kegelisahan yang sempat terjadi pada Kia.
‘Kia.. kamu gak gugup karna pertunjukan ini. Tapi kamu gelisah karna bunga itu belum kamu dapatkan hari ini. Kamu mulai jatuh cinta kia..’ batin Nana
****

22 Mei, Tangkai Bunga keempatbelas
‘ I Just Wanna Say,” Wooww”. Penampilanmu kemarin luar biasa Kia. Sama seperti bunga yang ada di tangan mu kini, begitu mempesona’

Kia tersenyum manis saat membaca lipatan surat itu. Nana yang berada di sampingnya saat itu sibuk menggodanya sampai wajahnya memerah.

Hari Kia berwarna. Ia sadari atau tidak, hari harinya tidak pernah sama lagi sejak pertama kali ia menerima setangkai bunya calla lily 14 hari yang lalu.
‘Tuhan.. siapa dia?? Bisakah aku bertemu dengannya??’

****

23 Mei, Tangkai Bunga ke 15
‘ are you okay Kia?? Kamu kelihatan Pucat. Untuk sehat sangat mahal harganya. Jaga kesehatan mu, Dear’

Kia tersenyum. “ I’m Fine. Aku hanya ingin bertemu dengan mu. Bisakah??” ucapnya lirih. Berharap angin yang bertiup sepoi senja itu mampu membawa suaranya kepada orang yang selama ini membuat hidupnya tidak lagi hitam putih.

****

24 Mei, Tangkai Bunga ke 16
‘kamu sakit?? Hhuufft.. aku gelisah memikirkan mu seharian ini. Cepatlah sembuh Zantedeschia. Agarku bias kembali melihatmu tersenyum’

Setangkai bunga Calla Lily itu datang saat Kia terlelap dalam tidurnya. Namun ketika ia selesai membaca isi surat kecil itu seakan akan ia seperti mendengar kata kata itu di ucapkan dengan lirih penuh dengan perasaan yang dia sendiri tidak tau perasaan apa itu. Namun kata kata itu terdengar sangat jelas dalam mimpinya. Mungkinkah…
“ suster, apa tadi ada seseorang yang menjenguk saya?” Tanya kia saat seorang suster dating mengeceknya.
“ ya.. tadi ada beberapa orang kesini. Tapi kamu sedang tertidur. Jadi saya tidak mengizinkan mereka membangunkan kamu karena dari tadi malam kamu tidak bias istirahat.”
“cewek atau cowok?? Suster melihat teman saya yang membawakan bunga ini untuk saya?” Tanya Kia penasaran
“ temen kamu yang datang cewek dan cowok. Tapi saya tidak melihat ada yang membawa bunga ini tadi.”
“ohh.. terima kasih suster..”
“ ya.. sama sama.”
‘apakah itu hanya mimpi?? Apakah bertemu dengan mu juga hanya sebuah mimpi?? Tuhan, aku ingin bertemu dengannya..’ harapnya

****

25 Mei, Tangkai Bunga Ke 17
‘ aku tau kamu mulai penasaran dengan ku. Sungguh kamu ingin bertemu dengan ku Kia? Benarkah?? Cepatlah sembuh. Kita akan segera bertemu. Aku janji’
****

26 Mei, Tangkai Bunga ke 18
‘aku senang bisa melihat mu lagi. Bolehkah aku mengatakan kalau aku merindukanmu Kia??’

Jantung Kia berdebar kencang sesaat setelah membaca surat kecil itu. ‘Tuhan, perasaan apa ini?? Kenapa jantungku berdebar begitu cepat’ batin Kia. Kata kata sahabatnya terlintas begitu saja di fikirannya “ kamu jatuh cinta Kia. Kamu jatuh cinta pada orang itu"
‘benarkah aku jatuh cinta?? Benarkah ini Cinta ?? benarkah aku mencintai seseorang yang selama ini memberikan ku setangkai Bunga Calla Lily setiap harinya?? Benarkah?? Apa itu mungkin?? Bahkan orang itu tidak pernah ku ketahui. Bagaimana jika orang itu hanya iseng?? Bagai mana jika orang itu bukan seperti harapanku..?? ohh.. Ya.. Tuhan.’
*****

27 Mei, Tangkai Bunga Ke 19

Sejak subuh tadi hp Kia terus bergetar. Ucapan selamat ulang tahun dari teman temannya terus berdatangan silih berganti. Tadi pagi sebelum ayahnya berangkat keluar kota, ia telah memberikan hadiah dan ucapan ulang tahun buat Kia. Nana juga sudah menelpon beberapa jam yang lalu untuk mengucapkan selamat padanya sekaligus permohonan maaf karena tidak bias menemaninya hari ini.

Jadilah harinya sepi. Dia hanya berdiam diri dirumah berkutat dengan laptop dan tugas tugas akhir semesternya. Dulu waktu bundanya masih ada, mereka sekeluarga akan mengadakan acara kecil dirumah. Atau hanya sekedar berkunjung ke rumah neneknya dan merayakannya disana. Namun sekarang semuanya sudah berbeda. Tidak ada lagi bunda yang menyapanya saat sendiri. Tidak ada bunda yang selalu bersamanya menyiram dan merawat lily –lily di pekarangan rumahnya.

Sesaat kenangan masa lalu bersama bundanya membuat dadanya sesak. Rasa rindu itu menguasai hatinya begitu hebat hingga ia ingin mengeluarkan airmata.
“ Gak. Aku gak boleh nangis. Bunda pasti sedih kalau liat aku nangis di hari bahagia aku” ujarnya.

Kia beranjak dari kamarnya dan keluar untuk mencari udara segar. Saat ia membuka pintu rumahnya, setangkai Calla Lily terakhir tergeletak di teras rumah yang cukup luas itu. Ia mengambil bunga itu dan membuka gulungan perkamen yang dililit pita biru. Kia kaget. Ia kaget melihat perkamen itu lukisan wajahnya dengan setangkai bunga kesayangannya disudut kanan bawah disertai nama lengkap yang terukir indah seperti sulur. Zantedeschia Annisa.
Kia meletakkan sesaat lukisan indah itu dan membuka lipatan surat yang hadir bersamaan dengan lukisan dan bunga ini.
‘ Happy Birthday Zantedeschia Annisa.. gimana?? Kamu suka lukisannya?? Indah bukan? Seperti itulah dirimu. Indah dan mempesona. Orang tua mu gak salah memberikan mu nama salah satu bunga terindah di dunia. Karena kamu seindah bunga itu.
Kia, kamu senjaku. Yang tanpa senja langit tidak pernah berarti. Yang tanpa senja langit hanya akan berwarna biru. Yang tanpa senja langit di acuhkan.
Kia, apakah kamu masih mau bertemu dengan ku?? Jika jawabannya adalah ‘iya’ sore ini langit akan menghabiskan waktunya bersama senja di tepi pantai. Menikmati kelengkapan arti hidupnya bersama senja dengan segala keindahannya.’
****

Kia terlelap. Dan saat ini ia juga sadar kalau ia sedang bermimpi. Di saat ia kehilangan arah berjalan, kia berhenti di sebuah taman yang penuh bunga lily. Sesaat ia terpesona dengan keindahannya. Ketika ia tengah menikmati keindahan itu, ia melihat bundanya duduk di bangku taman tengah tersenyum memanggil namanya.
“Kia.. sini sayang”
“ Bunda..”
“ selamat ulang tahun ya. Maaf bunda telat menyampaikannya..”
“gak pa pa bunda. Aku udah cukup bahagia sekarang melihat bunda ada di hadapanku..’walau hanya mimpi’
“Kia.. ikuti kata hatimu. Karena itu akan mengantarkanmu menuju kebahagiaan”
“ maksud bunda??”
“ kita tidak bias menemukan cinta sayang, tapi justru cintalah yanga akan menemukan kita..”
“bunda, aku gak ngerti bunda ngomong apa..”

Bunda Kia hanya tersenyum membelai rambut anaknya.
“bunda.. Kia kangen Bunda..” kata kia lagi dengan airmata yang sesaat lagi akanjatuh
“kamu gak boleh nangis sayang. Kebahagiaanmu akan dating. Kejar dia. Temui dia ditempat yang telah ia janjikan. Ia akan memberikanmu kebahagiaan kia” ujar Bundanya sambil menghapus air mata kia yang terlanjur jatuh di pipinya.

Namun Kia masih diam menatapi bundanya dengan rasa bingung. Ia akhirnya sadar kalau saat ini ia sedang bermimpi. Hal itu yang membuatnya mengcuhkan segala pertanyaan di benaknya untuk menikmati sesaat pertemuan singkat itu.
“ Kia, kamu harus pergi sayang. Dia menunggumu. Kamu harus pergi. Jemput bahagiamu bersamanya” ucap bunda lagi sambil mengecup kening putrinya.
“ bunda.. bunda.. bunda tunggu.. bunda jangan pergi.. bundaaaa”

Kia terbangun dengan nafas yang tersengal dan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya.
‘ mimpi apa aku?? Kenapa aneh sekali?? Apa maksud bunda ngomong seperti itu’ sesaat ia terdiam berusaha memahami mimpinya, lalu kenyataan yang datang menamparnya sadar, ia terkejut.

Kia tidak pernah percaya yang namanya de javu. Baginya itu hanyalah ilusi dan terlalu mengada ngada. Tapi untuk saat ini ia meragukan teorinya itu. Ya.. mimpi mimpinya seperti film yang ia tonton di dalam sebuah bioskop.

Mimpi itu, kata kata bunda, 19 tangkai bunga kesayangannya, surat surat itu, suara yang ia dengar saat ia dirawat dirumah sakit kemarin. Kia tersadar akan satu hal. Satu hal yang menjawab semua rasa penasarannya. Kia bangkit dari tempat tidurnya dan meraih salah satu surat itu. Ia mengamati tulisan yang terlukis diselembar surat itu. Iya.. benar. Tidak salah lagi. Tulisan itu pernah dilihatnya saat tanpa sengaja ia menabrak seseorang dan membuat seluruh buku bukunya terjatuh. Dia. Dialah seseorang yang selalu mengirimkan bunga itu. Ia yakin dengan jawaban hatinya. Ia menoleh untuk melihat jam di kamarnya. Pukul 17.15. jarak dari rumahnya kepantai berkisar 15 menit. Kalau ia tidak bersiap sekarang, Kia akan kehilangan segalanya. Ia tidak ingin. Kali ini ia merasakan untuk pertama kalinya jatuh cinta. Dan ia tidak akan membiarkan semua keindahan itu rusak karena kecerobohannya.
****

Pandangannya menyusuri seluruh pantai untuk mencari sosok itu. Entah dimana. Sesaat ia nyaris putus asa karena terlambat sampai di sini. Senja hampir hilang, namun harapannya begitu besar agar waktu bersedia mundur agar ia bias bertemu sosok itu. Sosok yang selama ini dalam diam selalu ada saat ia butuhkan. Yang selalu ada untuk mendukung dan menghiburnya. Sosok yang selalu tepat waktu dating untuk menghapus air matanya. Hanya saja Kia tidak pernah menyadarinya. Ketika ia telah benar benar menyerah dan mulai menagis mengadu pada bundanya, sosok itu memanggilnya.
“ bunda.. Kia terlambat. Kia uda terlambat Bunda.”
“ kamu belum terlambat kok. Ya itu kalau yang kamu maksud terlambat karena menemui seseorang disini”
“Langit..” ucapnya lirih
“ aku pikir kamu tidak…” BUUKK.. Tanpa mempedulikan apa yang di katakan langit lagi, kia langsung menghambur memeluknya. Langit.. Ya.. Langit. Dialah sosok yang selama ini selalu mengirimkan bunga kesayangan Kia. Dialah seseorang yang dalam diam menyayanginya sejak pertama mereka bergabung kedalam UKM PMI. Dialah yang menjadi rekan tim kerja yang selalu membantu Kia saat saat menjadi relawan. Dialah yang selalu hadir untuk menghapus air mata Kia saat awal kepergian Bundanya. Dialah orangnya. Dialah yang selama ini juga tanpa Kia sadari telah mengisi relung hatinya.

Sesaat Langit terdiam seolah tak percaya Kia memeluknya. Namun setelah sedetik tangis Kia pecah dalam pelukannya, ia menyadari bahwa ia sedang tidak bermimpi. Langit membalas pelukannya.
“ aku fikir aku sudah terlambat untuk ketemu sama kamu” ujar kia dalam pelukan langit.
“ Kia.. maafin aku kalau selama ini aku terlalu pengecut terhadap perasaan ku sendiri. Aku.. aku gak berani mengakui langsung padamu kalau sebenarnya aku telah jatuh hati padamu sejak kita satu tim menjadi relawan ..maaf aku hanya berani memerhatikanmu tanpa menunjukkan identitasku yang sebenarnya.. aku takut kamu semakin menjauhiku.. aku..”
“ Aku juga menyayangimu Langit..” sela Kia ditengah tengah penjelasan Langit yang panjang lebar.
“ Aku.. apa katamu tadi?” langit melepas pelukannya dan menatap Kia dengan serius.
“Aku.. Aku juga menyayangi mu” ucap Kia dengan wajah merona karena malu.
“ beneran?? Aku gak salah dengerkan?? coba ulangi yang keras” pintanya sekali lagi.
“ aku menyayangi mu langit. Sungguh aku menyayangimu” ucap Kia dengan senyum yang dulu pernah Langit lihat saat Kia menerima bunga pemberiannya.
***

“ada apaan sih kok pake ditutup gini matanya??” Tanya Kia penasaran
“udah.. kamu percaya aja sama aku. Namanya juga kejutan. Gak lucukan kalau dikasih tau..”
“ iya deh. Aku percaya..”
“oke.. kita uda sampai. Hitungan ketiga kamu buka mata kamu ya.. 1..2..3..”
“SURPRISE!!! HAPPY BIRTHDAY KIAAA…” teriak seluruh teman kampusnya. Bahkan

Kia melihat Ayahnya kini di depan matanya sambil membawakan kue tart.
“Ayah..” ucapnya lirih
“selamat ulang Tahun anak ayah. Maafin ayah selama ini membiarkan mu menghadapi masa sulit keluarga kita sendirian..” ucap ayahnya dengan mata yang berkaca kaca.
“jangan tinggalin Kia sendiri lagi yah. Kia bener bener kehilangan ayah..”
“iya Kia. Ayah janji gak akan meninggalkanmu sendirian lagi. Ayah janji.”
“ehmm.. Kia.. buruan make a wish dan tiup lilin dong…” kata Nana memecah suasana melo antara ayah dan anak itu.
“oke.. ‘ Tuhan.. aku berharap bahagia yang kurasakan ini juga dirasaka oleh orang orang yang ku cintai’ Amiin”
****

Kia benar benar berterima kasih pada sahabatnya Nana. Semua kejutan ini dialah yang mempersiapkan dengan berpura pura sibuk beberapa hari belakangan ini. Kali ini Nana kerja sama bersama Langit dan Ayah yang ia fikir sedang di luar kota karena ada tugas dari kantor. Ayah sangat tau apa yang disukai putrinya ini, sehingga ia mengadakan acara kecil kecilan di taman yang dulu sering dikunjunginya bersama keluarga.

Sekitar 15 menit yang lalu dengan begitu menyesal ayah Kia harus benar benar pergi dari Taman untuk menemui rekan kerjanya yang menelpon tadi. Dan Langit, seseorang yang selama ini tanpa disadari Oleh Kia selalu ada untuknya yang entah sejak kapan mulai dicintainya. Tiba tiba saja Ia sangat mencintai cowok itu.
“Kia.. kamu ngapain sendirian disini?” suara itu membuyarkan lamunan kia
“ehh.. Langit. Gak ngapa ngapain kok. Cuma pengen duduk sendirian aja”
“ohh.. sory. Kalau gitu aku pergi dulu..”
“ Langit tunggu..” cegah Kia seketika
“kenapa Ki?”
“ Kamu mau nemenin aku disini kan?” pinta Kia dan dibalas senyuman oleh Langit seraya duduk disampingnya.
“ Langit.. makasih ya.” Ucap kia sesaat setelah mereka saling diam.
“buat apa?” Tanya Langit bingung
“ ya untuk semuanya. Semua yang uda kamu lakuin untuk aku. Yang selalu ada saat aku butuh, support aku, hibur aku ya walaupun kamu gak pernah nunjukin jati diri kamu sebenarnya..”
“ehhmm itu.. iya sama sama” ujar Langit sambil menyentuh kepala Kia.
“ dan…” ucap kia terhenti
“dan apa?”
“ dan karena kamu uda kenalin aku dengan Cinta..” ucap Kia lirih namun terdengar jelas oleh langit.

Sesaat langit terdiam lalu ia meraih tangan Kia dan berkata,” seharusnya aku yang ucapin makasih karena kamu uda kasih aku kesempatan untuk bias tempati ruang di hati kamu. Makasih ya Ki. Aku menyayangimu..” ucapnya lembut seraya mengecup kening gadis dihadapannya.
“aku juga menyayangimu langit..”

Lalu mereka berpelukan. Menikmati setiap getaran cinta yang menghujani seluruh hati sepasang kekasih itu. Menikmati setiap detik yang berlalu malam ini. Menikmati detakan jantung mereka saat cinta itu mengalir diantara keduanya. Menikmati setiap desah nafas dan desir darah yang mengalir di suluruh tubuh mereka. Benar saja bahwa kita tidak bias menemukan cinta, justru cintalah yang akan menemukan kita. Dan kini cinta telah menemukan Langit dan Kia hingga kisah mereka indah pada waktunya.
“ langit.. aku mencintaimu. Kamu membawakan bahagia yang tak mampu ku hitung kehadirannya. 19 tangkai Zantedeschia itu menjadi awal kebahagiaan yang telah kau beri untukku. Langit.. aku mencintai mu. Aku tak pernah tau sejak kapan, namun yang pasti sayang ini selamanya milik mu..”
“Tuhan.. Terima kasih atas hadiah terindah MU. Atas semua anugerah MU.
“Kia.. kamu jiwa ku. Aku mencintai mu dengan segala keterbatasanku. Dengan segenap hatiku. Tak kan ku biarkan dirimu menjatuhkan airmata walau hanya setetes. Kia.. kamu seperti senja dalam hidupku. Yang tanpa senja langit tidak pernah merasa indah, yang tanpa senja langit tidak pernah berarti, yang tanpa senja langit tidak akan berwarna…”

The End

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.
Share & Like